x

image: Maxmanroe.com

Iklan

Yan Okhtavianus Kalampung

Narablog dan Akademisi
Bergabung Sejak: 11 Desember 2023

Jumat, 15 Desember 2023 17:06 WIB

Agama Bisa Mendukung Gambaran Tubuh yang Lebih Positif

Bagaimana iman dan kepercayaan seseorang mempengaruhi pandangan mereka terhadap tubuh mereka sendiri dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri dan kepuasan hidup?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam konteks kekinian, topik mengenai persepsi diri, kesehatan mental, dan hubungan antara spiritualitas atau kepercayaan agama dengan kesejahteraan psikologis telah menjadi semakin relevan dan penting. Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental dan bagaimana berbagai faktor, termasuk keyakinan spiritual dan agama, mempengaruhi pandangan seseorang terhadap diri mereka sendiri dan dunia sekitar.

Masyarakat modern mengalami peningkatan tekanan dan tantangan, mulai dari tekanan sosial hingga dampak dari media sosial terhadap citra tubuh dan harga diri. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental telah meningkat, mendorong individu untuk mencari cara untuk memperbaiki kesejahteraan psikologis dan emosional mereka.

Spiritualitas dan agama sering kali menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan bagi banyak orang. Mereka memberikan kerangka kerja moral, dukungan komunitas, dan pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan, yang dapat berdampak positif pada kesejahteraan mental dan emosional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Citra tubuh telah menjadi topik hangat di era modern, terutama dengan kehadiran media sosial dan budaya pop yang sering mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis. Hal ini menciptakan tekanan pada individu, terutama remaja dan dewasa muda, untuk memenuhi standar tersebut, yang sering kali berdampak negatif pada harga diri dan apresiasi tubuh.

Hubungan antara kepercayaan agama atau spiritual dengan citra tubuh dan kesehatan mental merupakan area penelitian yang menarik. Bagaimana kepercayaan seseorang mempengaruhi pandangan mereka terhadap tubuh mereka sendiri dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri dan kepuasan hidup?

Ada peningkatan minat dalam psikologi positif, yang berfokus pada memahami dan mempromosikan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Aspek-aspek seperti self-compassion, penghargaan terhadap tubuh, dan hubungan spiritual adalah topik utama dalam bidang ini.

Masyarakat modern semakin memperhatikan pentingnya inklusivitas dan menerima keragaman dalam segala aspek, termasuk gender, ras, dan latar belakang budaya. Ini berdampak pada cara kita memahami dan menanggapi perbedaan dalam pengalaman spiritual dan psikologis antar individu.

Dengan mempertimbangkan konteks ini, artikel yang membahas tentang "Perceived attachment to God relates to body appreciation: mediating roles of self-compassion, sanctification of the body, and contingencies of self-worth" menawarkan wawasan penting tentang hubungan antara spiritualitas dan beberapa aspek kesehatan mental dan emosional, khususnya dalam konteks citra tubuh dan self-compassion.

Hasil penelitian yang ditulis itu relevan dan berharga dalam memahami bagaimana berbagai aspek kehidupan seseorang—baik spiritual maupun psikologis—bisa saling berinteraksi dan mempengaruhi kesejahteraan keseluruhan.

Artikel oleh Jessica R. Kusina dan Julie J. Exline, dan diterbitkan di jurnal "Mental Health, Religion & Culture" pada tahun 2021 itu menjelaskan hubungan antara persepsi kedekatan dengan Tuhan dan apresiasi terhadap tubuh, serta peran mediator dari self-compassion (belas kasih diri), sanctification of the body (pengudusan tubuh), dan contingencies of self-worth (kontingensi harga diri).

Penelitian ini mengajukan beberapa mediator potensial untuk memahami hubungan antara persepsi kedekatan dengan Tuhan dan gambaran tubuh. Subjek penelitian ini adalah 288 emerging adults (dewasa muda) di AS yang memiliki keyakinan pada Tuhan.

Mereka menggunakan berbagai instrumen pengukuran, termasuk Attachment to God Inventory, Body Appreciation Scale, dan skala yang mengukur self-compassion dan pengudusan tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan berkorelasi dengan apresiasi yang lebih besar terhadap tubuh. 

Secara khusus menarik untuk disoroti adalah mengenai kedekatan dengan Tuhan yang aman. Dalam konteks kepercayaan agama, "kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan" diartikan sebagai:

  1. Kepercayaan dan Kenyamanan dalam Hubungan dengan Tuhan: Individu dengan kedekatan yang lebih aman merasa nyaman dan yakin dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka mempercayai Tuhan, merasa dekat, dan mengandalkan Tuhan sebagai sumber dukungan dan bimbingan.

  2. Stabilitas Emosional dan Spiritual: Orang-orang ini cenderung memiliki stabilitas emosional yang lebih besar dalam keyakinan mereka. Mereka tidak terganggu oleh keraguan atau ketidakpastian yang berlebihan mengenai Tuhan dan agama mereka.

  3. Penerimaan dan Penghargaan Diri: Kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan juga dikaitkan dengan penerimaan diri yang lebih besar dan pandangan yang lebih positif terhadap diri sendiri. Ini termasuk bagaimana mereka memandang tubuh dan identitas fisik mereka.

  4. Respon Terhadap Stres dan Kesulitan: Individu dengan kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan cenderung menghadapi stres dan kesulitan dengan lebih tenang dan konstruktif. Mereka merasa bahwa Tuhan mendukung mereka dalam situasi sulit, yang memberikan rasa ketenangan dan kekuatan.

  5. Pengaruh Terhadap Kesejahteraan Psikologis: Kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan berkorelasi dengan berbagai aspek kesejahteraan psikologis, termasuk kepuasan hidup, kebahagiaan, dan kesehatan mental secara umum.

Artikel tersebut mengeksplorasi bagaimana kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan mempengaruhi cara seseorang menghargai dan memandang tubuh mereka, serta peran mediator seperti self-compassion, sanctification of the body, dan contingencies of self-worth dalam hubungan ini. Konsep ini penting karena memberikan wawasan tentang bagaimana dimensi spiritual bisa berinteraksi dengan dan mempengaruhi dimensi psikologis dan fisik seseorang.

Secara lebih rinci, penelitian tersebut menemukan bahwa:

  1. Persepsi Kedekatan dengan Tuhan dan Gambaran Tubuh: Persepsi kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan berhubungan dengan apresiasi yang lebih tinggi terhadap tubuh.

  2. Self-Compassion (Belas Kasih Diri): Belas kasih diri ditemukan sebagai mediator antara persepsi kedekatan dengan Tuhan dan apresiasi tubuh. Partisipan dengan kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan cenderung memiliki belas kasih diri yang lebih tinggi, yang pada gilirannya berhubungan dengan apresiasi tubuh yang lebih besar.

  3. Sanctification of the Body (Pengudusan Tubuh): Pengudusan tubuh juga berperan sebagai mediator. Persepsi kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan berkorelasi dengan pengudusan tubuh yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan apresiasi tubuh yang lebih besar.

  4. Contingencies of Self-Worth (Kontingensi Harga Diri): Kontingensi harga diri, khususnya harga diri yang berdasarkan penilaian orang lain dan penampilan, juga berperan sebagai mediator. Persepsi kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan berhubungan dengan kontingensi harga diri yang lebih positif, yang pada gilirannya berkorelasi dengan apresiasi tubuh yang lebih besar.

Penulis mencatat bahwa temuan ini menambah pemahaman tentang bagaimana agama/rohani dan gambaran tubuh berhubungan, dan bagaimana dewasa muda bisa membentuk gambaran tubuh yang lebih positif.

Penelitian ini juga mengeksplorasi perbedaan berdasarkan identitas gender dan ras. Ditemukan bahwa laki-laki cenderung memiliki persepsi kedekatan yang lebih aman dengan Tuhan dan apresiasi tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, ditemukan perbedaan dalam hubungan antara kedekatan dengan Tuhan, kontingensi harga diri, dan apresiasi tubuh berdasarkan ras.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan tentang hubungan kompleks antara agama/rohani, gambaran tubuh, dan faktor-faktor psikologis yang terkait. Penulis menekankan pentingnya memahami faktor-faktor ini untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan fisik pada dewasa muda.

Ikuti tulisan menarik Yan Okhtavianus Kalampung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB