x

Sumber foto: Pixabay.com/Clker-Free-Vector-Images\xd Url: https://pixabay.com/id/vectors/tangan-dua-membuka-bayangan-hitam-296850/

Iklan

Yan Okhtavianus Kalampung

Narablog dan Akademisi
Bergabung Sejak: 11 Desember 2023

Kamis, 14 Desember 2023 11:37 WIB

Bagaimana Rohaniwan menghadapi Tekanan Psikologis dalam Pekerjaannya?

Para Pendeta sering kali bekerja dalam kondisi yang menuntut secara emosional, dengan jam kerja yang panjang dan tuntutan yang tinggi untuk memberikan dukungan emosional dan spiritual. Hal ini bisa meningkatkan risiko burnout dan stres psikologis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam beberapa dekade terakhir, peran pendeta Kristen telah mengalami perubahan signifikan. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas kegiatan keagamaan, tetapi juga sering kali menjadi pendukung sosial, penasihat, dan pemimpin komunitas. Perubahan ini menambah kompleksitas tuntutan pekerjaan mereka.

Masyarakat modern menghadapi berbagai tantangan, termasuk meningkatnya polarisasi sosial-politik, krisis ekonomi, dan masalah kesehatan mental. Hal ini sering kali menciptakan tekanan tambahan bagi pendeta, yang mungkin merasa perlu untuk menanggapi atau membantu jemaat yang menghadapi masalah ini.

Ada peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, baik di kalangan umum maupun di lingkungan keagamaan. Hal ini mengarah pada harapan bahwa pendeta dapat memberikan dukungan tidak hanya secara spiritual tetapi juga dalam hal kesehatan mental.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun ada peningkatan kesadaran, masih ada stigma terkait dengan masalah kesehatan mental, khususnya di kalangan pemimpin agama. Hal ini dapat menciptakan hambatan bagi pendeta untuk mencari bantuan atau mengakui kebutuhan mereka sendiri untuk dukungan psikologis.

Pendeta sering kali bekerja dalam kondisi yang menuntut secara emosional, dengan jam kerja yang panjang dan tuntutan yang tinggi untuk memberikan dukungan emosional dan spiritual. Hal ini bisa meningkatkan risiko burnout dan stres psikologis.

Kemajuan teknologi dan prevalensi media sosial telah mengubah cara pendeta berinteraksi dengan jemaat mereka. Sementara ini menawarkan peluang baru untuk keterlibatan, ini juga menimbulkan tantangan unik, termasuk manajemen waktu dan batas-batas dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Memahami konteks ini memberikan dasar untuk menilai secara lebih mendalam bagaimana pendeta Kristen mengatasi stres psikologis, strategi coping yang mereka gunakan, dan hambatan yang mereka hadapi dalam mencari bantuan.

Konteks kekinian ini juga menyoroti mengapa penelitian seperti yang dijelaskan dalam artikel "Psychological Distress, Coping, and Barriers to Help-Seeking in Christian Clergy" oleh Laura Edwards, Roger Bretherton, David M. Gresswell, dan Rachel Sabin-Farrell, penting dan relevan dalam masyarakat saat ini. 

Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Mental Health, Religion and Culture tersebut mengkaji stres psikologis, strategi mengatasi, dan hambatan dalam mencari bantuan di kalangan pendeta Kristen. Para peneliti menggarisbawahi bahwa peran pendeta sering kali emosional dan menuntut, tetapi mereka cenderung kurang terwakili dalam penelitian.

Mereka menggunakan penelitian ini untuk menilai bagaimana pendeta di Inggris mengatasi tuntutan pekerjaan dan tekanan psikologis, serta mencari bantuan ketika menghadapi masalah.

Peneliti menggunakan sampel yang beragam secara denominasi dan geografis dari pendeta di Inggris. Mereka mengumpulkan data menggunakan berbagai alat ukur seperti The Ministry Demands Inventory (MDI), The Depression Anxiety and Stress Scale (DASS – 21), Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), The Brief COPE, The Brief R-COPE, dan The General Help-Seeking Questionnaire (GHSQ). Pendekatan ini memastikan bahwa penelitian mencakup berbagai aspek terkait tekanan kerja, kesehatan mental, dan strategi mengatasi.

Penelitian menunjukkan bahwa pendeta mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel komunitas, menggunakan strategi koping yang lebih adaptif, dan lebih memilih untuk mencari bantuan dari sumber informal. Strategi koping negatif dan menghindari masalah sebagian memediasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan stres.

Ini menunjukkan bahwa cara pendeta mengatasi tuntutan pekerjaan secara langsung mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Dalam diskusi, peneliti menekankan pentingnya memahami bagaimana pendeta mengatasi tuntutan pekerjaan dan mencari bantuan. Mereka menunjukkan bahwa strategi koping negatif sangat berpengaruh dalam memediasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan stres.

Penelitian ini juga menyoroti bahwa pendeta, seperti profesi yang menuntut secara emosional lainnya, memerlukan perhatian khusus terkait kesehatan mental mereka.

Peneliti menyarankan bahwa perlu ada lebih banyak intervensi psikologis yang dirancang khusus untuk pendeta. Mereka menyarankan agar aspek keagamaan dan spiritualitas diperhitungkan dalam intervensi ini, mengingat peran pentingnya dalam cara pendeta mengatasi stres.

Penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai tantangan yang dihadapi pendeta dalam pekerjaan mereka dan bagaimana hal ini mempengaruhi kesehatan mental mereka. Pendekatan yang komprehensif dan metodologi yang kuat memperkuat keandalan temuan. Namun, sebagai penelitian lintas-seksional, ia tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat secara definitif.

 

 

Ikuti tulisan menarik Yan Okhtavianus Kalampung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu