x

Gunung Merbabu

Iklan

Yan Okhtavianus Kalampung

Narablog dan Akademisi
Bergabung Sejak: 11 Desember 2023

Selasa, 12 Desember 2023 13:22 WIB

Peranan Agama bagi Pemeliharaan Alam

Dalam beberapa dekade terakhir ada peningkatan kesadaran mengenai peran agama dan spiritualitas dalam menjawab krisis lingkungan. Beberapa pemimpin agama dan kelompok keagamaan telah menjadi suara yang penting dalam perdebatan lingkungan, mendorong para pengikutnya untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan dan menghormati alam.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam konteks kekinian, masalah konservasi alam dan perlindungan lingkungan menjadi topik yang semakin mendesak di tengah tantangan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kerusakan ekosistem.

Kita hidup di era di mana dampak aktivitas manusia terhadap planet ini telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, sering kali mengarah pada perubahan ekologis yang negatif. Dalam menghadapi tantangan ini, pendekatan multidisipliner yang mengintegrasikan sains, politik, ekonomi, dan budaya termasuk agama menjadi sangat penting.

Agama dan kepercayaan spiritual telah lama memainkan peran penting dalam membentuk bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan alam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di banyak budaya, agama menawarkan panduan etika dan moral yang mempengaruhi perilaku manusia terhadap alam. Ini mencakup konsep seperti penghormatan terhadap semua bentuk kehidupan, tanggung jawab manusia dalam menjaga ciptaan, dan ide bahwa alam adalah sesuatu yang sakral yang perlu dihormati dan dilindungi.

Dalam beberapa dekade terakhir, ada peningkatan kesadaran mengenai peran yang dapat dimainkan oleh agama dan spiritualitas dalam menjawab krisis lingkungan.

Beberapa pemimpin agama dan kelompok keagamaan telah menjadi suara yang penting dalam perdebatan lingkungan, mendorong para pengikutnya untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan menghormati alam. Contoh terkenal adalah Paus Fransiskus dengan ensiklikanya "Laudato si'", yang menyerukan tindakan global terhadap perubahan iklim dan perlindungan lingkungan.

Namun, hubungan antara agama dan konservasi alam tidak selalu sederhana atau positif. Dalam beberapa kasus, interpretasi agama telah digunakan untuk membenarkan eksploitasi sumber daya alam. Misalnya, konsep "dominion" dalam agama Abrahamik, yang sering diartikan sebagai hak manusia untuk menguasai alam, telah dikritik karena mendorong eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.

Dalam konteks ini, memahami bagaimana berbagai tradisi agama memandang dan berinteraksi dengan alam sangat penting.

Hal ini membawa kita pada artikel Nature conservation and religion: An excursion into the Zoroastrian religion and its historical benefits for the protection of forests, animals, and natural resources dalam Jurnal Forest Policy and Economics, yang menjelaskan peran agama Zoroastrian dalam konservasi alam. Agama Zoroastrian, dengan akar sejarahnya yang mendalam dan fokus pada harmoni antara manusia dan alam, memberikan contoh menarik tentang bagaimana ajaran agama dapat mendukung upaya konservasi.

Artikel yang ditulis oleh Ali Yachkaschi & Schirin Yachkaschi ini menjelaskan peranan agama dalam konservasi alam, dengan fokus khusus pada agama Zoroastrian di Persia kuno. Mereka memberi gambaran tentang bagaimana ajaran Zarathustra, pendiri agama Zoroastrian, sangat berfokus pada perawatan yang tepat terhadap pohon, hutan, hewan, tanah, dan sumber daya alam lainnya.

Di awal artikel, penulis menyajikan pandangan umum tentang peran agama dalam konservasi alam. Disoroti bahwa sejak zaman kuno, budaya manusia mengekspresikan dirinya melalui agama.

Agama dipahami sebagai keyakinan dalam sesuatu yang supranatural yang terhubung dengan manusia. Dalam konteks ini, pohon memiliki peran penting dalam mitologi berbagai bangsa. Pohon tidak hanya dianggap sebagai objek budaya tetapi juga sebagai simbol kekuatan yang besar dan belas kasih.

Dalam ajaran agama Buddha, kenyataan dunia dipandang sebagai ilusi, dan semua makhluk saling terhubung satu sama lain serta dengan dunia lain.

Buddha menekankan pentingnya perlindungan kehidupan dan semua makhluk dalam ajarannya. Hinduisme, dengan filosofinya yang holistik, juga memberikan penghargaan besar kepada alam, di mana segala sesuatu, termasuk tumbuhan dan hewan, dianggap suci dan memiliki hak untuk hidup.

Agama Kristen dan Yahudi, sebaliknya, tidak memberikan penekanan khusus pada konservasi alam dalam kitab suci mereka. Dalam Islam, konsep Falah menggarisbawahi pentingnya kesejahteraan spiritual, budaya, politik, sosial, dan ekonomi, yang termasuk penggunaan sumber daya alam secara bijaksana.

Fokus utama artikel adalah pada agama Zoroastrian. Zarathustra, pendiri Zoroastrian, mengajarkan bahwa manusia harus hidup dalam harmoni dengan alam, yang mencakup perlindungan hewan dan pohon, serta pengelolaan tanah dan air yang tepat. Dia mengajarkan bahwa membantu sesama manusia, mengolah tanah, dan merawat hewan adalah bagian dari pelayanan kepada Tuhan.

Di bawah pengaruh Zoroastrianisme, raja-raja Persia kuno seperti Darius dan Cyrus melaksanakan kebijakan yang mendukung konservasi dan perlindungan hutan. Mereka juga mengatur administrasi kehutanan, yang mungkin merupakan organisasi kehutanan pertama dalam sejarah.

Zoroastrianisme juga menekankan pentingnya perlindungan hewan. Zarathustra menolak pengorbanan hewan yang berdarah, bahkan untuk tujuan keagamaan, dan mengajarkan bahwa hewan harus diperlakukan dengan baik.

Di akhir artikel, penulis menyimpulkan bahwa ajaran Zarathustra memiliki dampak yang signifikan pada konservasi alam di masa lalunya, meskipun saat ini pengaruhnya berkurang di Iran yang didominasi Islam. Namun, kesadaran tentang perlindungan alam yang diangkat oleh Zarathustra masih terlihat dalam kebijakan kehutanan dan aktivitas penanaman pohon tahunan di Iran.

Secara keseluruhan, artikel ini menekankan bahwa agama telah memainkan peran penting dalam membentuk sikap manusia terhadap alam dan konservasi alam, dengan contoh spesifik dari agama Zoroastrian yang memberikan kontribusi bersejarah terhadap perlindungan hutan, hewan, dan sumber daya alam.

Dalam diskusi modern tentang konservasi alam, mengeksplorasi sudut pandang seperti yang ditawarkan oleh agama Zoroastrian dapat memberikan perspektif baru.

Ini membantu kita mengerti bahwa solusi terhadap masalah lingkungan saat ini mungkin tidak hanya terletak dalam teknologi atau kebijakan baru, tetapi juga dalam memanfaatkan kebijaksanaan yang telah ada selama berabad-abad dalam tradisi agama dan spiritual. Dengan demikian, memahami dan mengintegrasikan pandangan ini ke dalam strategi konservasi kontemporer bisa menjadi kunci untuk menghadapi tantangan lingkungan global saat ini.

Ikuti tulisan menarik Yan Okhtavianus Kalampung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan