Setiap semester, selalu ada puluhan ribu anak muda yang baru lulus dari perguruan tinggi dan mencari pekerjaan. Ini pun masih ditambah dengan mereka yang sudah lulus dan belum bekerja, ataupun sudah bekerja tapi ingin beralih pekerjaan.
Mereka memerebutkan lapangan pekerjaan yang tersedia di perusahaan swasta, BUMN, pemerintahan, maupun organisasi nirlaba yang sangat terbatas. Tidak heran bila perusahaan tidak begitu agresif dalam mencari tenaga baru, hanya memasang iklan lowongan kerja. Manajemen berpikir: puluhan ribu orang akan berlomba-lomba melamar ke perusahaan mereka, dan perusahaan tinggal menyaring saja.
Namun, bila perusahaan ingin menggaet tenaga baru paling berbakat, pendekatan dalam rekrutmen mesti diubah. Di antara puluhan ribu pencari kerja, tidak seluruh calon berbakat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan dihadapkan pada kompetisi untuk mendapatkan calon yang diperlukan. Pendekatan dalam mencari calon karyawan perlu diubah karena beberapa alasan.
Pertama, karyawan terbaik adalah jalan bagi perusahaan untuk memenangi kompetisi merebut pelanggan. Karena itu, perusahaan harus mau bersaing memerebutkan calon-calon karyawan yang paling berbakat. Departemen sumber daya manusia, khususnya, perlu menempatikan diri layaknya pemasar yang menawarkan perusahaan kepada lulusan baru maupun pencari kerja lainnya.
Kedua, para pencari kerja sering berusaha memperoleh informasi mengenai perusahaan tertentu maupun lowongan pekerjaan yang tersedia. Sayangnya, mengetuk pintu perusahaan tidak selalu mudah. Bagaimana jika perusahaan mengubah sikap menjadi layaknya customer service yang ramah melayani pertanyaan pelanggan. FAQ biasanya memang sudah tersedia, tapi calon tertentu mungkin memerlukan informasi lain.
Ketiga, calon-calon berbakat mungkin memilih perusahaan yang paling diminati. Mereka tidak asal mengirim aplikasi lamaran, meskipun sebagian besar akan bersikap yang penting dapat pengalaman kerja dulu. Akan sangat bagus bagi perusahaan untuk aktif mempromosikan diri sebagai tempat bekerja idaman: lingkungan yang menyenangkan, karir yang pasti, gaji yang menjanjikan, dsb.
Keempat, ajaklah karyawan Anda untuk memberi testimoni yang persuasif. Tentu saja bukan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, melainkan testimoni tentang lingkungan kerja, gaya manajemen, nilai-nilai yang dikembagkan perusahaan, hingga kebanggaan menjadi bagian dari perusahaan. Pajang foto yang melukiskan kegembiraan karyawan bersama teman-temannya saat bekerja maupun liburan perusahaan.
Kelima, menjadi kelaziman bahwa pelanggan tidak akan serta-merta mengambil keputusan untuk membeli suatu produk atau memakai jasa. Biasanya, mereka akan melihat-lihat dulu, setelah iklan promosi, mungkin mencari info tambahan melalui internet, mencari testimoni dari orang-orang yang sudah memakai produk/jasa, atau minta pendapat dari teman. Wajar. Para pencari kerja pun banyak yang bersikap demikian. Jadi, perusahaan perlu memanfaatkan semua lini agar calon-calon karyawan berbakat mengenal dengan lebih baik perusahaan Anda. Memanfaatkan semacam influencer perlu pula dipikirkan: siapa sih kira-kira orang yang paling didengarkan oleh para pencari kerja? Dapatkah perusahaan mengambil manfaat dari koneksi antara influencer dan pencari kerja?
Perubahan pendekatan semacam ini diperlukan agar perusahaan terlihat lebih atraktif di hadapan para pencari kerja. Sebagian dari mereka, khususnya bakat-bakat terbaik, cenderung memilih. Jadi, tunjukkan perusahaan Anda tempat bekerja paling layak pilih. (Foto ilustrasi: tempo.co) ***
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.