x

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

DNA Jawa

Orang Jawa memang menguasai Indonesia tetapi satu kelemahan mereka: tak berkutik kalau harus berjualan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DULU pariwisata Bali ambruk setelah bom Bali tahun 2002 dan bangkit sebagian berkat publisitas karya sastra asing. Memoar Elizabeth Gilbert "Eat Pray Love" yang diterbitkan tahun 2006 melecut kembali gairah melancong turis-turis mancanegara ke sana sampai Ubud yang pernah disinggahi Gilbert itu saat terakhir saya sambangi sudah jauh tambah sumpek, macet, penuh sesak orang, bangunan dan kendaraan. Sawah makin ciut, mungkin sebentar lagi resik sik sik dari sana.

Sekarang mengetahui terbitnya novel baru "The Spy" karya Paulo Coelho, rasanya gatal kenapa belum ada orang lokal yang menggarap serius Malang sebagai destinasi wisata sejarah karena di kota inilah Margaretta Zelle si tokoh utama yang kemudian memutuskan bernama panggung "Mata Hari" tinggal bersama suaminya yang pemabuk dan dua anaknya. 

Novel ini juga bisa menjadi momentum tepat untuk membuat orang lebih tertarik dengan tradisi Indonesia (dalam hal ini Jawa, ya lagi-lagi Jawa), karena di sini juga Zelle belajar intensif tari-tarian lokal. Ia bahkan sampai bergabung sebagai penari profesional di sebuah sanggar tari setempat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau Zelle mungkin dalam perjalanan hidupnya pernah ke Korsel, mungkin di negeri itu sekarang sudah ada monumen istimewa ditegakkan untuknya dan dibangun sebuah kawasan wisata terpadu untuk menarik animo orang agar tergila-gila supaya tak peduli bagaimana caranya bisa berfoto di sana. Lalu monumen itu juga akan dilengkapi dengan diorama, pemaparan jejak oleh pemandu wisata lokal, penjualan memorabilia yang memikat mata para penggila oleh-oleh.

Dugaan saya mungkin karena dalam DNA orang Jawa tidak pernah ada yang namanya gen kecakapan menjual dan mengemas semacam orang-orang yang ber-DNA Asia Timur. Kalaupun ada ya kadarnya seadanya. Pokoknya 'nrimo'. Ala kadarnya. Pasrah sepasrah-pasrahnya tetapi nanti marah-marah kalau ada orang luar berjualan dengan warisan budayanya yang ia sia-siakan sendiri. (*/ foto: wikimedia commons)

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB