x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masyarakat Nyaman dan Politik Ketakutan

Ketika masyarakat merasa nyaman dengan keadaannya, mereka tak peduli lagi apakah yang sedang terjadi merupakan kebenaran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Meskipun dunia tidak sekaget seperti ketika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, terpilihnya George W. Bush selama dua periode kepresidenan beberapa tahun lalu juga cukup mengejutkan. Mereka yang terkejut bertanya-tanya: “Mengapa hal itu terjadi?” Apakah ini pilihan yang benar-benar disadari ataukah wujud ketidakpedulian masyarakat AS terhadap masa depan negerinya?

George Soros, dalam bukunya The Age of Fallibility, menggunakan istilah feel-good society untuk menggambarkan masyarakat AS yang sudah merasa nyaman dengan keadaan yang sedang dijalani, yang membuat mereka enggan berpikir yang rumit-rumit, serta malas menjangkau kemungkinan-kemungkinan lain. Masyarakat seperti ini tidak cukup peduli terhadap isu-isu di luar urusan dirinya pribadi: “Mengapa kita harus ikut pusing memikirkan masyarakat dan bangsa ini?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang banyak warga tidak sadari ialah bahwa para elite politik dan bisnis mengambil keuntungan dari feel-good society. Ketika masyarakat merasa nyaman, diam-diam segala sesuatu yang berkaitan dengan keputusan-keputusan stratergis diambil. Para elite menikmati situasi ketika nalar tertidur, ketika masyarakat tidak lagi peduli pada upaya menemukan kebenaran atau lebih dari itu ketika masyarakat sudah mulai pasrah terhadap keadaan: “Buat apa sibuk-sibuk protes, paling-paling ujungnya akan seperti itu lagi,” adalah frasa yang kerap terlontar.

Masyarakat dibuat semakin lelah untuk menyuarakan tuntutan keadilan dan kebenaran, sehingga mereka semakin malas menggunakan nalarnya. Hingga tiba apa yang disebut ‘masa tidurnya nalar’. “Apa yang keliru dengan Amerika? Apa yang keliru dengan diri kita?” tanya  Soros menyaksikan mayoritas masyarakat Amerika tidak bersuara ketika Bush, Jr. mengeksploitasi peristiwa 11 September 2001 untuk menancapkan ketakutan di dalam benak warga—sejenis ‘politik ketakutan’.

Metafor nalar yang tertidur maupun feel-good society meringkaskan situasi ketika masyarakat malas, atau bahkan takut, untuk berpikir tentang nasib dirinya sendiri—jalani saja apa yang sedang berjalan. Alih-alih memikirkan dan menawarkan alternatif kebijakan bagi pemerintahnya, bersikap kritis pun enggan. Terlebih lagi, tatkala kritik kepada pemerintah disepadankan dengan sikap tidak patriotik, tidak nasionalis. Kritik terhadap pemerintah dianggap membikin keruh suasana.

Tumpulnya penerapan prinsip check and balances di parlemen maupun media massa menjadikan pandangan yang berbeda dianggap sebagai kesalahan dan mengedepankan kepentingan bangsa—inilah yang terjadi ketika sebagian warga mengritik Patriot Act yang sangat protektif dan bahkan mencurigai adanya musuh dalam selimut. Melalui pembentukan opini dari segala arah, para pengritik digiring agar masuk ke dalam perangkap kategori ‘musuh publik’. Bahkan, barangkali, para pengritik dipandang sebagai makhluk dari angkasa luar.

Secara perlahan dan sistematis, politik ketakutan berusaha membentuk kerangka utuhnya dengan mengikis pikiran-pikiran kritis terhadap elite kekuasaan dan bisnis. Situasinya menjadi semakin buruk ketika para cendekia terlibat dalam upaya-upaya pembenaran atas keputusan para elite. Di saat seperti ini, manakala dalam sebuah masyarakat, pencarian kebenaran dan keadilan bukan lagi yang utama, masyarakat itu sesungguhnya berada dalam kegentingan.

Situasi seperti itu, sayangnya, bukan khas Amerika. Kita dapat menjumpai di manapun, di mana masyarakatnya tercekam oleh ilusi dan merasa nyaman dengan keadaannya dan tidak tergerak untuk menemukan kebenaran dan keadilan. (Sumber foto: dailydot.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB