x

Cuitan berita kereta terbakar di Kampung Bahari, Pademangan, Jakarta Utara. Twitter.com/@TMCPoldaMetro/@AhmadDidam

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Kita Telan Mentah-mentah Segala Kabar

Dalam menghadapi banjir informasi, persoalan seringkali ada pada diri kita sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 

Memelihara keraguan adalah bagian mendasar dari berpikir. Dalam konteks melubernya informasi, memelihara keraguan adalah cara untuk melindungi dari kemungkinan tersesat oleh informasi yang keliru, opini yang gegabah, maupun pandangan yang menyesatkan. Ketiga hal ini telah menimbulkan kekacauan di jagat virtual, yang kemudian dampaknya terhadap dunia nyata (real) tidak terelakkan, sebab jagat virtual bukanlah sesuatu yang terpisah sama sekali dari jagat nyata, bahkan lebih menyerupai perluasan atau ekstensinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana kita memecahkan keraguan ini dan meneguhkannya menjadi keyakinan adalah perkara lain yang mencerminkan kuriositas atau rasa ingin tahu kita. Ketika kita menerima informasi tertentu yang mengagetkan, sejauh mana kita mencari tahu ihwal kebenarannya, sejauh mana kita berikthiar untuk memecahkan ketidakpastian dengan tetap menyediakan cadangan sikap kritis alias tidak menelan mentah-mentah. Jawaban instan adalah pilihan bagi rasa ingin tahu yang terbatas.

Mereka yang dipenuhi rasa ingin tahu akan kebenaran suatu informasi niscaya tidak akan terpuaskan oleh jawaban yang gegabah atau pandangan yang menyesatkan. Ini mengingatkan pada ikhtiar Imam Bukhari yang berusaha menemukan jawaban apakah sebuah hadis Nabi yang sampai ke telinganya adalah benar, kuat, sahih, ataukah lemah dan bahkan palsu serta menyesatkan. Imam Bukhari, berabad yang lampau, telah mencontohkan bagaimana menyaring informasi dengan cara yang benar.

Tapi kini zaman internet tatkala kelimpahan informasi sangat sukar dibendung dan orang-orang merasa tidak punya cukup waktu untuk melakukan apa yang dikerjakan Imam Bukhari: menelisik siapa sumber hadisnya, melalui jalur mana informasi itu datang dan beredar, kapan informasi itu pertama kali muncul, dan seterusnya. Tapi, lagi-lagi tapi, bukankah orang-orang yang hidup sekarang mengembangkan cara untuk menyaring informasi agar tidak menelannya mentah-mentah sebagai kebenaran?

Seringkali, kita menganggap sebuah informasi sebagai benar karena informasi itu sama seperti yang kita harapkan, bayangkan, duga, maupun inginkan. Tatkala ada kecocokan antara informasi yang kita terima dengan apa yang kita bayangkan di dalam benak, kita serta merta menganggap informasi itu pasti benar. Kekeliruan seperti ini sering terjadi karena kecondongan atau preferensi kita tentang suatu isu.

Sebagai contoh, jika kita memuja tokoh tertentu, maka ketika kita menerima informasi yang buruk mengenai tokoh tersebut, kita langsung menganggap bahwa informasi itu salah, menyesatkan, atau diedarkan untuk tujuan buruk. Sebaliknya, jika informasi tentang tokoh tersebut menyenangkan, kita serta merta menganggap informasi itu benar. Kita jarang menguji preferensi yang lama kita pegang; kita jarang menguji ulang asumsi-asumsi yang sudah lama kita anut; kita jarang bersikap kritis terhadap informasi dan pikiran dari luar, apa lagi kritis terhadap pikiran kita sendiri.

Secara internal, kita bahkan mungkin tidak mempertanyakan apakah dugaan kita itu lebih dilandasi oleh rasa tidak suka dan kebencian ataukah didasari oleh keinginan mencari kebenaran. Misalnya saja, ketika kita mendengar seseorang ditangkap karena diduga korupsi, kita secara instan berujar: “Nah, apa saya bilang, betul kan dia korupsi!” Informasi yang kita dengar itu kita anggap sebagai kebenaran karena sesuai dengan harapan kita, lantaran kita tidak menyukai orang itu.

Apakah kita akhirnya menemukan kebenaran di tengah banjir informasi yang datang setiap detik, semuanya berpulang kepada niat: apakah kita memang ingin mendapatkan informasi yang benar atau hanya memuaskan rasa tidak suka kita atau membiarkan diri tersesat di tengah luberan informasi. Bagaimana kita bertanya akan membentuk jawaban yang didapat dan akan mengarahkan orientasi pikiran kita. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu