x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berpikirlah Divergen, Temukan yang Terbaik

Kemampuan berpikir divergen dapat ditingkatkan melalui latihan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Orang yang sudah puas dengan suatu cara, mekanisme, gagasan, prosedur, ataupun produk biasanya akan berkutat pada hal-hal yang sama. Ia memegang teguh asumsi-asumsi lama tanpa kemauan untuk melihat kemungkinan lain. Rasa ingin tahunya bisa tersumbat oleh apa saja, mulai dari keengganan untuk berubah, ketakutan pada risiko, kemalasan untuk belajar, hingga ketertutupan terhadap pandangan lain.

Situasi seperti ini akan menghambat peningkatan kemampuan berpikir divergen. Ketika dihadapkan kepada suatu tantangan, Anda mungkin mampu memikirkan beberapa pilihan jalan keluar atau penyelesaian; Anda mampu membayangkan alternatif pendekatan yang mungkin ditempuh; Anda dapat merinci berbagai sumberdaya yang diperlukan—intinya Anda mampu memikirkan keragaman untuk menjawab tantangan itu. Inilah kemampuan berpikir divergen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu pula, sebuah gagasan sederhana tentang produk, jasa, atau layanan dapat dikembangkan menjadi gagasan yang lebih beragam atau lebih kompleks. Satu gagasan memantik lahirnya gagasan-gagasan lain yang juga layak dipertimbangkan. Dengan berpikir divergen, kita dapat merasakan alangkah banyak kemungkinan jalan keluar dari suatu persoalan, betapa luas perspektif yang kita peroleh mengenai suatu masalah.

Aktivitas kreatif seringkali dicirikan oleh, mula-mula, pikiran yang divergen. Mereka yang terbiasa berpikir divergen sebelum mengambil suatu keputusan—yang tak lain hasil berpikir konvergen—akan berusaha menemukan gagasan yang tepat untuk menjawab tantangan tertentu. Misalnya, bagaimana mendesain meja untuk ruang kerja yang sempit tapi bisa dipakai 4-5 orang tanpa merasa berdesak-desakan.

Siapapun sesungguhnya bisa melakukan praktik berpikir divergen, tapi seringkali muncul rintangan yang terutama berasal dari diri sendiri. Rintangan itu bukan berasal dari luar, melainkan dari cara berpikir kita sendiri yang enggan untuk melihat suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Divergen mensyaratkan kemauan untuk berpikir dari beragam perspektif. Penyelesaian atas tantangan desain meja tadi niscaya bukan hanya satu, meskipun pada akhirnya salah satu saja yang dipilih.

Untuk mampu berpikir divergen diperlukan, pertama-tama, keterbukaan pikiran terhadap berbagai kemungkinan. Keyakinan bahwa terdapat banyak jalan keluar dari suatu persoalan hanya bisa ditumbuhkan bila kita bersikap terbuka dan ada kemauan untuk mendengarkan pendapat yang berbeda. Sikap inilah yang dapat mendorong kita untuk mengelaborasi kemungkinan-kemungkinan lain, menambahkan sesuatu pada sebuah gagasan, memecahnya menjadi sejumlah gagasan atau melahirkan gagasan yang sama sekali baru.

Pikiran “selama ini, saya selalu bekerja dengan cara ini dan berhasil” seyogyanya tidak terus dipertahankan. Dunia toh berubah, haruskah cara yang sama dipertahankan? Tidak mesti. Mungkin diperlukan modifikasi atau adaptasi terhadap cara-cara yang digunakan selama ini, atau bahkan ditinggalkan dan beralih kepada cara yang baru. “Kira-kira apa saja yang bisa dilakukan?” adalah pembuka jalan yang sederhana untuk menghindari kemandegan dan meraih kemajuan.

Kemampuan berimajinasi perlu terus diasah agar semakin banyak gagasan yang dapat kita temukan. Imajinasilah yang membawa pikiran kita mengembara hingga ke ide-ide yang belum pernah terpikirkan. Tentu saja, untuk keluar dari gagasan lama, hunian lama kita yang demikian nyaman, lalu memasuki wilayah-wilayah baru ini diperlukan rasa ingin tahu yang besar. Kuriositas adalah unsur penting untuk menjelajahi wilayah baru: ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu, bertanya, mencari, menggali, maupun mengeksplorasi gagasan.

Kemampuan berpikir divergen dapat ditingkatkan dengan mengasah kemampuan untuk menambahkan sesuatu pada gagasan yang sudah ada, mengubahnya, ataupun memadukannya dengan gagasan lain. Dari sinilah, gagasan yang lebih segar, bahkan unik atau amat berbeda dari yang sudah ada dapat diperoleh.

Ketika dihadapkan pada rintangan, kita perlu bersikap fleksibel atau berkelit dan beradaptasi. Berkelit adalah cara untuk melihat jalan keluar yang lain, menemukan ide yang berbeda, dan tidak berkutat pada ide yang menemui jalan buntu. Sikap luwes ini akan sangat membantu kita dalam melatih kemampuan menghasilkan beragam gagasan, sehingga peluang untuk menemukan solusi yang tepat untuk tantangan tertentu semakin besar.

Tentu saja, untuk berubah diperlukan keberanian mengambil risiko. Para risk taker biasanya memahami bahwa setiap pilihan mempunyai konsekuensi, tetapi mereka biasanya juga sudah menyiapkan diri untuk memperkecil risiko—artinya, risiko dapat dikelola. Memikirkan gagasan baru, apalagi mencoba hal baru, membutuhkan keberanian sejenis ini. Dengan menjelajahi berbagai kemungkinan jalan keluar, mereka dapat mengetahui tingkat risiko masing-masing pilihan sehingga dapat menemukan yang terbaik. (Sumber ilustrasi: zuppassion.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler