x

Iklan

Sandy Setia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Waspadalah.. Perang Proxy Sudah di Depan Mata!!

Era perang modern, negara-negara yang memiliki kemampuan dan niat terhadap suatu bangsa, tidak lagi langsung berhadapan dengan negara lain yang menjadi sas

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Era perang modern, negara-negara yang memiliki kemampuan dan niat terhadap suatu bangsa, tidak lagi langsung berhadapan dengan negara lain yang menjadi sasarannya. Namun telah melakukan perang asimetris/berbentuk melalui pihak ketiga yang berasal dari luar negeri ataupun dari dalam negeri. Bentuk pihak ketiga yang digunakan ada yang sebagai aktor non state maupun melalui suatu state (negara) dengan tujuan untuk memprovokasi agar masyarakat suatu bangsa saling bertentangan, timbul mosi tidak percaya, terpecah belah hingga saling menindas satu sama lainnya.

Negara-negara maju saat ini mulai mengembangkan proxy war yang dijadikan senjata untuk menekan negara lain demi kepentingan mereka. Dengan demikian bila telah terjadi perpecahan di dalam suatu negara, maka aktor yang memainkan peran melalui pihak ketiga atau proxy war terus akan mengendalikan sesuai dengan kemana arah skenario yang akan dilaksanakan. Transformasi bentuk ancaman ini, tentu harus disadari sepenuhnya oleh bangsa Indonesia terutama generasi muda, mengingat tantangan dan potensi ancaman yang semakin berat dan kompleks. Disamping tantangan dalam aspek ICT, kini bangsa-bangsa di dunia, tengah dihadapkan pada berbagai tantangan dan isu global seperti perubahan iklim (global climate change), food security, energy security, terorisme, human security, kejahatan lintas negara (trans national crime), drug trafficking, maritime security, cyber crime, konflik di kawasan, dan lain-lain. 

Niat kepentingan nasional pihak asing akan selalu ada terhadap Indonesia, tentu saja juga didukung oleh capability (kemampuan) dan circumstance (lingkungan). Kepentingan pihak asing tentu ada yang bertentangan dengan kepentingan nasional Indonesia, sehingga satu-satunya strategi yang dilakukan pihak asing adalah mencari kelemahan Indonesia, yaitu dengan melancarkan diplomasi dan propaganda ''devide et impera''.

Perang tidak terjadi begitu saja tanpa keterlibatan aktor-aktor di dalamnya. Politik luar negeri yang sering diaplikasikan sebagai kebijakan luar negeri berpengaruh besar terhadap maju mundur atau kuat lemahnya negara dalam mempertahankan eksistensinya. dalam studi hubungan internasional, pola-pola aksi dan reaksi di antara negara-negara yang berdaulat diwakili oleh para elit pemerintah/diplomat dan berlaku sama dengan perang dan damai. Kapabilitas politik luar negeri suatu negara adalah power untuk mendominasi tindakan negara lain. akan tetapi elit sangat dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari persepsi dan estimasi atas lingkungannya. sampai pada teori ini cukuplah bagi kita untuk masuk pada lingkup politik dan kepentingan internal. Jika kepentingan internal lebih besar daripada tujuan nasional maka akan timbul masalah baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perang terbuka secara militer antara Indonesia dengan negara tetangga tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, dalam konsep perang modern, perang itu tidak harus dilakukan secara langsung antara dua pihak seperti adu kekuatan persenjataan militer. Perang yang lebih canggih justru tidak dilakukan secara langsung, tetapi meminjam tangan pihak lain atau pihak ketiga. Salah satu wujud perang modern dengan melibatkan pihak ketiga itu adalah yang disebut proxy war atau “perang kepanjangan tangan.” Gonjang-ganjing dan hiruk pikuk serta kegaduhan politik yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan indikasi dan bukti keberhasilan pihak asing dalam memecah belah Indonesia, bahkan pihak asing tinggal selangkah lagi untuk mencapai target keberhasilan tersebut, sehingga jika semua pihak tidak menyadari dan terpancing untuk masuk ke killing ground maka akan terjadi sejarah kelam di negeri ini. Pelibatan pihak ketiga itu menggunakan taktik dan strategi tertentu, bisa lewat dukungan terbuka dan terang-terangan, atau bisa juga dilakukan secara rahasia.

Banyak Variasi dan Strategi

Perang proxy memang banyak variasi dan rangkaian strategi yang sengaja dibuat untuk membingungkan pihak lawan, dimana terjadi juga penyusupan berbagai aktor non-negara dengan membawa berbagai misi. Cara kerja mereka lebih mirip intelijen, tetapi tidak secara khusus melakukan tugas intelijen. Aktor non-negara juga dapat bertindak sebagai kekuatan organisasi non-pemerintah telah memiliki jaringan mulai dari tingkat lokal sampai tingkat global, dapat mempengaruhi kebijakan dan tata kelola pemerintahan mulai dari tingkat sub-nasional, nasional, regional sampai tingkat global. Organisasi-organisasi non-pemerintah ini juga terlibat dalam diplomasi untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan isu yang dibelanya. Pada tingkat tertentu organisasi-organisasi ini juga bergandengan tangan dengan aktor-aktor negara untuk memperjuangkan kepentingan tertentu dalam kancah diplomasi internasional. Jika aktor ini tidak memiliki kewaspadaan terhadap kepentingan nasional yang harus lebih dibela dan pertahanan nasional yang harus senantiasa dijaga, maka dapat berdampak terhadap sistem pertahanan semesta. Demikian pula bila aktor ini dipengaruhi oleh kepentingan kelompok atau negara lain yang bertentangan dengan sistem yang berlaku dalam aturan hukum dan perundangan maka melalui kemampuan ekonomi dan intelektualnya, mereka mampu membuat kondisi menjadi terbalik.

Menciptakan Suatu Ketergantungan

Ciri yang paling utama dalam proxy war adalah negara yang berkepentingan (Major Power) berusaha menciptakan suatu ketergantungan ekonomi, politik ataupun militer. Saat ini, negara yang paling agresif melakukan negosiasi dan soft power diplomasi adalah Tiongkok, dimana kita bisa merasakan adanya beberapa investor masuk dan serbuan barang-barang home industry, bahan makanan dan narkoba hingga ke seluruh pelosok Indonesia dengan harga yang sangat terjangkau atau sangat tidak mungkin. Melihat pola ancaman yang akan timbul sebagai dampak merebaknya atau membanjirnya barang-barang produksi dari Tiongkok, dalam konteks yang lebih strategis dikaitkan dengan kondisi pertahanan dalam hal kemandirian baik bidang ekonomi dan ketahanan pangan, dimana letak Center of Gravity (CoG) sebagai suatu hal yang harus senantiasa dilindungi dan harus dipertahankan habis-habisan, maka perlu dicermati bahwa perang asimetris bisa membuat sistem ini menjadi timpang, sehingga sangat membahayakan keberadaan NKRI.

Ikuti tulisan menarik Sandy Setia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu