Perempuan Inspiratif Itu Ibu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBPetuah itu berbuah kehidupan saat ini dan masa datang
Perempuan Inspiratif itu IBU
Beberapa hari ini, ingin rasanya menulis sesuatu untuk menghidupkan semangat para perempuan mengingat ada peringatan Hari Perempuan Internasional, yang tepat diperingati hari ini, ya 8 Maret. Setiap tahunnya teman-teman di berbagai organisasi membuat agenda untuk memperingati tanggal ini. Seperti pada minggu sebelumnya, sebagian sudah melakukan aksi untuk penyampaian “tuntutan” kepada Negara agar perempuan merasakan haknya dalam menjalani kehidupan ini, rasa aman dan terlindungi. Setujulah saya bahwa Negara juga harus berperan dalam menciptakan kehidupan menuju kesetaraan gender, hak asasi untuk semua dan menghapuskan kekerasan.
Pagi ini, di beberapa wall teman-teman sudah bertebaran foto dan status tentang Hari Perempuan Internasional. Sayapun tergerak untuk mencari foto-foto “perempuan tangguh” yang melahirkan generasi-generasi tangguh pula dalam keluarga ini, sembari mengumpulkan ide yang sudah beberapa hari sudah muncul di kepala ini. 3 perempuan, 3 sifat, 3 kebiasaan dan 3 kisah perempuan yang sudah mengisi ruang-ruang batin anak cucu yang lahir dalam garis keturunan ini. Keluarga Bas istilahnya, maklumlah, nama Bas adalah nama bapak yang nempel pada kedua anaknya, Bastina dan Bastiani, ya ditempelkan pada kedua anak perempuannya.
Tidak terasa, air muka ini berubah, yang tadinya bersemangat, terasa basah, gak tahu munculnya bagaimana. Saya ingat betul bagaimana ketiga ibu yang fotonya direpro ala kadarnya dengan hp ini memberi petuah-petuah hidup yang memang menghidupi kami, saya terutama. Muncul kalimat-kalimat djadoel yang pernah terucap “para ibu” ini. Makin deras air mata ini, begitu melihat sosok ibu yang saat ini harus berada dalam perlindungan orang lain karena tak mampu beraktivitas sendiri. Badannya yang lemah, sekaligus kaku masih memperlihatkan sisa-sisa semangat yang doeloe diberikan, dicurahkan untuk kami berempat. Sesekali aku mengusap tetesan air mata ini.
Kami semua dibesarkan dengan cara yang lama, ada disiplin, ada sesekali teguran, tetapi juga dalam suasana gembira ria karena orang tua memberikan warna-warni itu. Sesekali pula dapat hukuman kalau ndak manut. Ya wajarlah. Kedua putrinya diberikan kekebasan mengembangkan pilihan belajar dan diberikan kesempatan yang sama seperti anak laki-laki yang tumbuh dalam keluarga ini. Ingat sekali aku pada perkataan ibu mengenai sekolah yang tinggi untuk merubah kehidupan di masa depan. “Semua anak harus sekolah, kuliah, bekerja. Gak boleh hanya menyadarkan diri pada suami, suami itu juga harus dibantu, sebisanya kamu bekerja, yang penting bekerja. Itu untuk harga dirimu. Tapi, jangan lupa keluarga”, ibuku pernah berkata demikian. Beliau menebarkan semangat berjuang padaku supaya bisa mengisi hidupku dengan baik, bukan hanya karier tetapi juga keutuhan keluarga. Pesan itu, masih berlaku dan cocok dengan saat ini.
Beda dengan kedua ibu lainnya, yang memberikan teladan dalam mengasihi keluarga dengan caranya sendiri. Keduanya juga menjadi contoh baik bagiku. Bagaimana makanan menjadi peran penting dalam keluarga. Seperti istilah ini, “cinta itu datangnya dari perut”, begitu ya. Saya memang ndak bisa masak seperti perempuan-perempuan dalam keluarga ini. Ibu mertua jago banget dalam hal masak, eyang ti pernah memberikan memori bahwa kue-kue keringnya tak pernah membosankan dan selalu ditunggu saat hari raya tiba, mbah ti pun memberikan resep-resep jaman dulu yang bisa aku klaim, dulu aku pernah bikin kerupuk puli dan cendol (walaupun kalau sekarang disuruh bikin…..belum tentu jadi). Tapi memori itu tidak hilang, bahkan makin kuat karena rasa cinta. Ya, benarlah istilah tersebut diatas. Landasi keluargamu dengan makanan sehat, paling tidak membudayakan sarapan sebelum kerja dan sekolah. Masuk akal kan? Memang tidak selamanya petuah lama itu hilang karena waktu, bahkan bermakna sangat dalam.
Di hari ini, dimana banyak yang menyerukan perempuan-perempuan Inspiratif, tak salah jika saya memilih beberapa perempuan dalam keluarga yang telah menjadi bagian inspirasi hidup. Bagaimana mereka tetap berjuang saat badai dalam hidup terus datang dengan kekuatan yang berbeda, menyikapi prestasi yang diperoleh dengan rasa syukur, tetap berpasrah dengan kekuatan DOA dan terus menggantungkan hari-hari kedepan dengan IMAN. Ya, perempuan inspiratifku adalah IBU. Dengan segala kebaikan sekaligus kekurangannya, berhasil menjadikanku menjadi perempuan saat ini, yang memaknai hidup dengan sederhana, yaitu percaya pada Tuhan dengan segala rencanaNYA sembari terus berusaha.
Perjuangan belum selesai ya para perempuan di keluarga Bas dan perempuan Indonesia. Kita masih harus berjuang menjadi warna dan penggerak untuk kehidupan yang lebih baik. Mulai dari diri sendiri, dalam keluarga dan bahkan berperan dalam masyarakat. Masih banyak pr yang harus diselesaikan satu persatu, untuk mewujudkan kesetaraan gender yang dinikmati banyak perempuan. Bergerak juga untuk membangun Indonesia yang bebas dari ancaman kekerasan dalam rumah tangga dan memberikan virus “baik” untuk anak-anak yang mempunyai masa depan lebih panjang dari kita. Berjuangnya perempuan tidak pakai bambu runcing lagi tapi dengan pendidikan, cinta kasih, model dan teladan serta kekuatan DOA. Yah, kita perempuan memang harus menjadi mitra dengan saudara laki-laki di muka bumi ini, supaya perubahan menjadi lebih cepat. Selamat Hari Perempuan Internasional, berjuang bersama ya!
Teriring doa dan salam dari kota sejuk, Malang.
Beti.MC
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Hari Anak Nasional; Mencegah Anak Masuk Dunia Kerja akibat Dampak Pandemi
Kamis, 23 Juli 2020 19:58 WIBPekerja Rumah Tangga Belajar Pengelolaan Keuangan
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler