x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mungkin Ini Alasan Anda Ikut Mencoblos di Pemilu

Pengumuman hasil pemilu semata mengacu pada rekapitulasi soal jumlah suara perolehan, tidak peduli apapun alasannya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada pakar yang mengelompokkan pemilih Indonesia ke dalam tiga kategori besar: pemilih ideologis, pemilih sosiologis, dan pemilih rasional.  Pemilih ideologis bisa karena agama, bisa juga karena ideologi politik dan ekonomi tertentu. Pemilih sosiologis lebih bersifat afiliasi keorganisasian. Adapun pemilih rasional adalah pemilih yang konon menentukan pilihannya karena pertimbangan asas manfaat.

Sering  juga kita membaca kategori pemilih oportunis, pemilih mengamban dan beragam kategori lainnya. Dan kalau mau, Anda bisa menambahkan satu kategori lagi: pemilih ha-ha-ha, hu-hu-hu.

Tapi jika mau jujur, setiap orang yang punya hak suara dalam sebuah Pemilu termotivasi ikut mencoblos di bilik suara, sebenarnya lebih bersifat  gua baget, dengan beragam alasan berikut:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Percaya atau tidak, banyak pemilih yang ikut mencoblos tanpa alasan yang jelas, mengalir begitu saja. Dan tidak begitu peduli dengan konsukensi pilihannya. Sekedar berpartisipasi. Untuk kasus Indonesia, konon sebagian besar pemilih ikut memcoblos tanpa sentuhan argumen rasional. Artinya, alasannya ikut mencoblos adalah "tanpa alasan".

2. Karena pemilih meyakini bahwa Pemilu adalah mekanisme, yang untuk sementara, dianggap paling ideal untuk menentukan pemimpin terbaik, sebuah keniscayaan. Banyak kandidat yang mengklaim memiliki agenda yang baik untuk rakyat, maka mekanismenya, ya Pemilu itu. Bahasa kerennya, ikut mencoblos untuk membuktikan diri sebagai seorang demokrat (baca: meyakini demokrasi sebagai sistem terbaik untuk melakukan sirkulasi kepemimpinan).

3. Karena alasan ideologis keagamaan, misalnya mencoblos karena ingin memenangkan seorang kandidat dengan pertimbangan agamanya, dan pada saat yang sama, berharap dengan suaranya itu, bisa mengalahkan kandidat lain yang beda agama.

4. Memilih karena alasan doktrin ideologi ekonomi tertentu. Misalnya memilih karena kandidat mengusung program kerja yang kapitalis banget, atau sosialis bangat. Tapi pemilih model ini sudah menjadi barang langka. Karena sebagian besar program kandidat tidak memiliki karakter ideologi ekonomi tertentu.

5. Ada orang yang ikut memilih karena pertimbangan satu asal-usul etnis dengan kandidat tertentu, meskipun pemilih itu tidak mengenal secara pribadi kandidat pilihannya, bahkan mungkin tidak pernah diuntungkan secara langsung oleh sang kandidat.

6. Ikut memilih karena sudah mendapatkan uang muka angpao (amplop berisi duit), dan jika memilih dan jagoannya menang, akan mendapatkan lagi angpao tambahan paska Pemilu.

7. Banyak orang ikut mencoblos karena ingin membalas budi baik seseorang. Karena si x pernah membantu si Y, dan si X meminta si Y agar ikut memilih, maka si Y akan ikut mencoblos untuk membalas kebaikan si X.

8. Ikut memilih karena menjadi bagian dari Tim seorang kandidat. Misalnya seseorang yang menjadi tim sukses atau tim kampanye atau kelompok simpatisan salah satu kandidat.

9. Ikut mencoblos karena atasannya di tempat kerja meminta bahkan cenderung memaksanya untuk ikut memcoblos kandidat tertentu. Ada periode sejarah di Indonesia di mana seseorang bisa dipecat  dari pekerjaannya akibat  memilih kandidat yang berbeda dengan pilihan atasannya.

10. Bisa juga seseorang ikut memilih karena kebetulan pacarnya menjadi tim sukses salah satu kandidat. Atau pacarnya fanatik banget kepada seorang kandidat dan meminta pasangannya untuk memilih kqndidat tersebut. Mungkin ini bisa disebut "pemilih demi cinta".

11. Ikut memilih karena afiliasi Parpol. Karena Parpol yang Anda dukung telah menyatakan dukungannya kepada kandidat X, maka secara moral dan sebagai kader, Anda seolah "mewajibkan diri" mencoblos kandidat yang diusung Parpol Anda.

12. Atau ada yang ikut mencoblos karena kebetulan lagi mood saja pada hari pencoblosan. Sayang namanya sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilih Tetap), lalu pada hari pencoblosan, kebetulan hadir menonton keramaian di Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan akhirnya ikut memilih. Begitu saja.

13. Lalu banyak orang ikut mencoblos, semata karena menghormati seseorang. Seorang tokoh atau kiai atau ustadz yang telah memastikan dukungannya kepada kandidat tertentu bisa menjadi lokomotif suara bagi jamaahnya. Artinya, jamaahnya ikut mencoblos karena menghormati kiainya atau ustadznya. Ada semacam keyakinan bahwa si toloh atau Sang Kiai atau ustadz tidak mungkin salah pilih.

14. Bahkan ada pemilih yang ikut mencoblos sekedar mengikuti ritme kehidupan yang sedang ngetrend. Misalnya mengikuti hasil jajak pendapat lembaga-lembaga survei. Dan tipe pemilih seperti ini memang memiliki kerawanan tersendiri. Sebab kalau beberapa lembaga survei menjagokan kandidat X, maka pemilih model ini cenderung akan memilih kandidat X, karena mau disebut pilihannya menang atau sekedar ingin bergabung dengan kandidat yang akan menang. Dan kecil kemungkinan pemilih model ini untuk memilih kandidat Y (kalah dalam survei), karena tidak mau disebut kelompok yang kalah.

15. Kecuali pemilih ideologis, sosiologis dan pemilih berdasarkan etnis, semua kategori pemilih di atas rentan provokasi termasuk gampang termakan berita hoax.

Apapun alasan Anda ikut mencoblos di Pemilu, tapi yang pasti, beragam alasan tersebut tidak akan dihitung dalam perhitungan suara. Sebab pengumuman hasil pemilu semata mengacu pada rekapitulasi soal jumlah suara perolehan, tidak peduli apapun alasannya.

Syarifuddin Abdullah | 17 April 2017 / 20 Rajab 1438H.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Fotosintesis

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Kamis, 9 Mei 2024 17:19 WIB

Terpopuler

Fotosintesis

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Kamis, 9 Mei 2024 17:19 WIB