Ada Misteri Apa di Balik Aspal Buton?

Rabu, 15 Mei 2024 19:56 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengapa kita tidak mau memulai berswasembada aspal sekarang juga? Mumpung sekarang ini Indonesia masih memiliki harga diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Tetapi mirisnya, rakyatnya sudah merasa muak karena telah dijajah oleh aspal impor selama 45 tahun.

Aspal Buton sudah berusia 100 tahun, atau 1 abad. Dan sampai saat ini masih belum ada terdengar sayup-sayup dari pihak pemerintah untuk mau berswasembada aspal. Pak Jokowi sudah pernah datang berkunjung ke Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 27 September 2022 yang lalu. Alih-alih pak Jokowi mau memutuskan agar Indonesia segera mulai berupaya untuk berswasembada aspal, tetapi pak Jokowi malah memutuskan Indonesia harus stop impor aspal pada tahun 2024. Bagaimana mungkin Indonesia akan bisa stop impor aspal pada tahun 2024?, kalau upaya-upaya untuk Indonesia mau mulai berswasembada aspal saja masih berada di titik nol?. Hadeuh...

Indonesia sudah mengimpor aspal sejak 45 tahun yang lalu. Dan pada saat ini Indonesia mengimpor aspal sebesar 1,5 – 2 juta ton per tahun, atau senilai Rp 20 triliun per tahun. Apakah hal ini bukan merupakan suatu pemborosan uang negara? Karena sejatinya di Pulau Buton terdapat deposit aspal alam yang jumlahnya cukup besar untuk memenuhi kebutuhan aspal di dalam negeri selama 100 tahun lebih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akibat dari sampai saat ini masih belum ada informasi yang pasti mengenai kapan Indonesia akan mau berswasembada aspal, maka timbul banyak pertanyaan dan prasangka. Mengapa pemerintah lebih suka mengimpor aspal daripada mau berswasembada aspal? Seharusnya pemerintah menjawab pertanyaan rakyat ini. Tetapi berhubung tidak pernah ada tanggapan dari pihak pemerintah, maka rakyat menduga-duga. Apakah mungkin alasannya adalah karena Indonesia sudah 45 tahun mengimpor aspal, sehingga Indonesia sudah terjerumus sangat dalam di dalam jebakan perangkap zona nyaman impor aspal, sehingga Indonesia sudah tidak mampu keluar lagi?.

Oleh karena pihak pemerintah tidak pernah mau membahas dan menjelaskan kepada rakyat mengenai kebijakan impor aspal yang sudah berjalan selama 45 tahun ini, maka rakyat merasa ada sesuatu masalah yang janggal dan disembunyikan. Sehingga isu ini menimbulkan sebuah misteri. Semakin misteri ini ditutup-tutupi, maka semakin rakyat ingin tahu, dan penasaran. Ada misteri apa di balik aspal Buton?. Mengapa pemerintah lebih nyaman memilih kebijakan impor aspal yang harganya sangat mahal daripada mau memanfaatkan dan mengolah aspal Buton yang harganya bisa lebih murah?

Pak Jokowi telah berkuasa selama 2 periode, dari tahun 2014 sampai 2024. Pak Jokowi sudah membangun ribuan kilometer infrastruktur jalan-jalan Tol di seluruh wilayah Indonesia. Rakyat ingin berandai-andai. Seandainya saja semua infrastruktur jalan-jalan Tol yang sudah dibangun oleh pak Jokowi tersebut telah menggunakan aspal Buton, maka industri aspal Buton tentunya telah berkembang dengan sangat pesatnya. Dan semua rakyat Buton tentunya sekarang ini sudah dapat hidup dengan makmur dan sejahtera. Tetapi sayangnya bahwa mimpi rakyat ini masih belum terwujud.

Pada saat ini pak Jokowi sedang membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur dengan perkiraan biaya sekitar Rp 466 triliun. Padahal perkiraan biaya yang diperlukan agar Indonesia mampu berswasembada aspal tidak lebih dari sebesar Rp 20 triliun. Mengapa program swasembada aspal ini tidak diprioritaskan terlebih dahulu? Karena kalau Indonesia sudah mampu berswasembada aspal, maka keuntungan pemerintah sudah jelas sangat signifikan. Khususnya dalam menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru. Dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi.

Selama pemerintah tidak mau menjelaskan dengan jujur dan sebenarnya ke publik mengenai alasan mengapa aspal Buton tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah untuk mensubstitusi aspal impor, maka selamanya itu pula akan ada misteri yang belum terungkap. Orang hanya akan bisa berspekulasi saja, bahwa pemerintah sudah membuat Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton. Tetapi oleh karena tidak adanya anggaran dan dana, maka rencana pemerintah untuk mau mulai berswasembada aspal ini masih tertunda sampai waktu yang masih belum dapat ditentukan.

Mungkin ada pendapat lain yang mengatakan bahwa infrastruktur di Pulau Buton belum siap untuk dikembangkan sebagai daerah industri aspal Buton. Sehingga apabila pemerintah harus menunggu sampai industri aspal Buton terwujud, maka akan memerlukan waktu yang sangat lama. Sedangkan kebutuhan aspal untuk membangun infrastruktur jalan-jalan Tol sudah sangat mendesak. Dan oleh karena itu kebijakan yang paling cepat dan tepat untuk mendapatkan aspal yang siap pakai dalam sekejab adalah dengan cara mengimpor.

Pendapat yang sering dicurigai oleh orang, antara lain adalah bahwa impor aspal itu ada “Mafia”nya, sehingga produk aspal Buton selalu kalah dalam bersaing dengan produk aspal impor, baik dari sisi harga, maupun kualitas dan pengadaannya. Jadi banyak sekali orang yang telah berupaya untuk menyelidiki dan membongkar misteri di balik aspal Buton ini. Apa dasar ilmiah dan logika, serta alasan kuat yang akan dapat dipertanggungjabakan secara lahir dan bathin, mengapa pemerintah masih belum mau juga untuk bersawasemada aspal sampai saat ini?.

Dari semua dugaan-dugaan dan prasangka-prasangka yang sudah disebutkan di atas, entah mana yang paling benar, dan mana yang salah. Tetapi yang jelas, semua upaya-upaya yang sudah pernah dilaksanakan oleh pemerintah untuk membangkitkan aspal Buton dari keterpurukannya guna mensubstitusi aspal impor selalu saja kandas di tengah jalan. Entah disengaja atau tidak. Tetapi anehnya lagi, kegagalan pemerintah untuk mau berswasembada aspal ini tidak pernah sekalipun mendapatkan perhatian dari wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR. Padahal tugas, kewajiban, dan fungsi utama dari DPR adalah untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Apabila misteri mengapa sampai saat ini pemerintah masih belum mampu berswasembada aspal adalah karena harga aspal Buton ekstraksi lebih mahal daripada harga aspal impor. Misteri ini telah dibantahkan oleh RTC Pertamina. Karena berdasarkan studi kelayakan dari Research & Technology Center Pertamina pada tahun 2020, harga aspal Buton ekstraksi lebih murah daripada harga aspal impor. Berarti pasti ada misteri lain, selain masalah keekonomian dari Proyek.

Apabila misteri lain tersebut adalah karena pemerintah masih belum memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton, mungkin dugaan ini ada benarnya juga. Karena kalau pak Jokowi mau jujur berswasembada aspal, pasti bisa. Tetapi karena pak Jokowi masih belum mau, maka alasan mengapa sampai sekarang pak Jokowi masih belum mau berswasembada aspal akan menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan.

Apabila misteri lain itu adalah karena Indonesia sudah terjerumus sangat dalam di dalam jebakan perangkap zona nyaman kebijakan impor aspal, mungkin dugaan ini ada benarnya juga. Dan bagaimana kiat-kiat agar Indonesia mampu keluar dari jebakan perangkap zona nyaman ini? Apakah Indonesia harus menunggu sampai harga aspal impor naik secara signifikan, karena harga minyak bumi dunia selalu saja ada potensi akan naik secara signifikan di atas US$ 100 per barel?

Sekarang saja harga aspal impor sudah naik dengan adanya kenaikan kurs Dollar terhadap Rupiah dari sekitar Rp 15.000 menjadi Rp 16.000. Kalau pemerintah masih selalu menunggu dan menunggu terus sampai harga aspal impor naik sangat tinggi sekali, sehingga sudah tidak akan bisa terjangkau lagi secara perhitungan ekonomi proyek, bukankah semuanya itu sudah sangat terlambat?. Mengapa kita tidak mau memulai berswasembada aspal sekarang juga? Mumpung sekarang ini Indonesia masih memiliki harga diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Tetapi mirisnya, rakyatnya sudah merasa muak karena telah dijajah oleh aspal impor selama 45 tahun.  

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler