x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tanpa Duit, Bisa Bangun Masjid ?

MEMBANGUN sebuah masjid bisa jadi merupakan impian bayak orang. Hanya saja banyak orang mengatakan membangun sebuah masjid bukan perkara mudah sebab dibutu

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MEMBANGUN sebuah masjid bisa jadi merupakan impian bayak orang. Karena dari sanalah diharapkan bisa lahir sebuah peradaban yang lebih islami. Dari masjid pula nantinya akan lahir para ahli ibadah, penghafal Al-quran maupun generasi yang mencintai kedamaian. Hanya saja banyak orang mengatakan membangun sebuah masjid bukan perkara mudah sebab dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Itu ada benarnya dan tidak bisa dipungkiri uang adalah penting tapi harus diingat uang bukanla segala-galanya. Tanpa modal awal sekalipun, saya yakin umat bisa mendirikan masjid. Pertanyaannya bagaimana mungkin itu bisa terjadi ?

Melalui kesempatan ini, saya akan berbagi pengalaman mendirikan masjid Nurul Jannah, komplek Griya Palem Kencana (GPK), RT99 RW 08, Talang Kelapa, Palembang. Pengalaman ini saya ceritakan tentu pula berdasarkan penuturan dan obrolan panitia pembangunan, jamaah, donatur dan juga segenap warga. Saat ini masjid yang mulai dibangun pada Oktober 2015 secara swadaya itu sudah bisa dibilang sangat layak untuk disebut sebagai masjid. Meskipun belum selesai 100 persen, akan tetapi masjid kami telah dilengkapi dengan fasilitas utama dan penunjang seperti kamar mandi, tempat wudhu, kantor hingga kamar marbot. Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk menyombongkan diri akan tetapi sebagai wadah share of pengalaman.

Masjid Nurul Jannah, terletak persis ditengah komplek Griya Palem Kencana (GPK), Talang Kelapa, Palembang. Usianya belum genap tiga tahun semenjak dilakukan peletakan batu pertama pada 30 Oktober 2015 silam. Meskipun demikian, patut disyukuri masjid dengan bangunan utama 9x9 m sudah bisa digunakan untuk shalat dan kegiatan keagamaan lainnya. Ini merupakan tahun kedua warga yang tinggal di RT 99 RW08 dan penduduk sekitarnya bertaraweh berjamaah. Sebelumnya, warga disini harus keluar komplek mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajiban sebagai umat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejarah Pembangunan

 

Masjid Nurul Jannah sudah cukup lama menjadi angan-angan warga setempat. Bahkan Yulius, seorang warga berinisiatif menyewa konsultan untuk membuat gambar sekalian detail bahan dan perkiraan dana yang dibutuhkan. Namun meskipun siteplan sudah ada, rencana tetaplah tinggal rencana karena mimpi itu sulit diwujudkan dengan alasan minimnya dana. Maklum dibutuhkan dana sekitar Rp1,2 miliar untuk menuntaskan proyek akhirat ini sedangkan dana awalnya tidak dimiliki sama sekali. Sementara tidak satupun warga yang sanggup menanggung seluruh biaya.

 

Warga tak pernah patah arang hingga satu saat, warga bersepakat untuk membentuk panitia pembangunan yang dinakhodai oleh Widi Asmono, Toni Efendi, M. Paisal, Hisyam, Mahlar, Sulaiman (alm), HM Sanan, Selamat Sunarlis serta segenap warga. Setelah panitia dibentuk, proposal mulai dijalankan untuk kalangan internal hingga keluar komplek. Berikutnya, bendahara membuat nomor rekenin khusus untuk menampung infaq, sodaqoh hingga sumbangan yang tak mengikat. 

Setelah dibentuk kepanitiaan dan adanya kepastian pembangunan, sumbangan dari warga sekitar mulai berdatangan. Ada diantaranya yang memberi uang tunai. Tidak sedikit warga ingin membeli langsung material berupa besi, batubata, semen, koral, papan hingga pasir. Rencana semakin matang sedangkan meskipun tidak banyak uang dan material mulai terkumpul yang jumlahnya sangat jauh dari angka Rp1,2 miliar itu. Akan tetapi ketika itu warga bergitu semangat dan memiliki keyakinan masjid tersebut bisa digunakan pada saat puasa Ramadhan. Mengejar target itu, segerala digelar hajatan peletakan batu pertama pada 30 Oktober 2015. Kelak mimpi itu akan terwujud karena pada bulan puasa yang jatuh pada Juni 2016, warga sudah bisa bertaraweh dengan penuh kesederhanaan.

Kendala Dan Solusi

Pembangunan tidak selalu mulus sesuai dengan keinginan. Bahkan sempat beberapa waktu kegiatan dihentikan karena kas di rekening pembangunan sedang kosong. Pada waktu bersamaan hutang di toko bangunan sudah mencapai puluhan juta. Namun ajaibnya setiap menemui jalan buntu, selalu muncul pertolongan yang tidak disangka-sangka. Hal seperti ini yang menunjukkan bila tangan tuhan benar-benar bergerak untuk mewujudkan niat umatnya. Disini pula, menambah keyakinan saya bahwa membangunan masjid harus diawali dengan tekad kuat, ikhlas, doa disertai keyakinan yang tak terukur.

Saya sempat merekam beberapa momen munculnya “dewa penyelamat” ditengah kegalauan panitia dan jamaah masjid.  Pernah satu ketika, seorang warga berinisiatif untuk membeli beberapa truk batu bata, pasir, koral dan puluhan sak semen setelah mendengar “jeritan hati” ketua panitia bila proyek harus dihentikan karena ketiadaan dana untuk membeli material dan membayar upah tukang. Infaq warga yang berlatar belakang pebisnis ini merupakan salah satu contoh. Dalam ingatan saya, sang donatur bukan hanya sekali akan tetapi telah berkali menyelamatkan proyek ini.

Selain mencari sumber pendanaan dari internal penghuni komplek, panitia juga memanfaatkan jaringan keluarga, kerabat, profesi dan kolega. Cara tersebut terbukti efektif tanpa harus bolak-balik memasukkan proposal dari kantor ke kantor. Salah satu contohnya terjadi pada awal tahun lalu. Ketika itu, panitia berencana membangun dua kamar mandi dan tempat wudhu untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Maklum hingga setahun lebih berdiri, Masjid kami belum memiliki kamar mandi dan tempat wudhu. Panitia sempat “panik” karena khawatir jamaah taraweh harus berwudhu di rumah karena dimasjid belum ada sarana penunjangnya.

Panitia dan warga yang dimotori bendahara masjid ini berhasil memecahkan kebuntuan itu. Mereka berhasil mendapatkan dana segar dalam jumlah yang besar dari beberapa orang kerabat dan kolega. Bahkan untuk biaya pembangunan dua unit kamar mandi dan tempat wudhu ikhwan dan ikhwat, kantor dan ruang marbot ditanggung oleh seseorang yang tak lain merupakan dulur  dari salah seorang panitia sendiri. Awalanya saya sempat ragu mendengar bisik-bisik bila ada yang berkomitmen menanggung seluruh biaya karena saya tahu bangunan yang berada persis di bagian depan dan belakang masjid ini akan menghabiskan dana lebih dari Rp 100 juta.

Contoh lainnya saya alami sendiri. Pajangan foto dan status FB saya menarik perhatian beberapa sahabat. Melihat kondisi masjid yang masih berantakkan sebagaimana terlihat dari akun saya itu, mereka berinisiatif untuk menyampaikan bantuan berupa uang. Donatur muda ini merupakan teman ketika kuliah, teman satu profesi bahkan satu kampung yang tinggal jauh diluar kota. Dari momen diatas, sekali lagi saya harus katakan bahwa memanfaatkan jaringan keluarga, kerabat, profesi dan kolega jauh lebih efektif. Meminta bantuan dari pemerintah tidak dilarang namun sejauh ini belum panitia lakukan karena berbagai alasan. Akan tetapi dalam waktu yang akan datang bukan tidak mungkin hal itu dilakukan demi kebaikkan bersama.

Tugas Berikutnya

 

Saat ini bangunan utama masjid bisa dibilang hampir selesai. Bangunan berwarna krem, coklat muda dan putih di sebagian sisi itu, tinggal melakukan pengerjaan yang lebih ringan. Terlihat dua orang tukang sedang menyelesaikan pemasangan keramik dinding dengan motif kayu. Konon, pemasangannya sendiri mendapat suntikkan dana hingga belasan juta rupiah dari warga yang bermukim selemparan senyum dari masjid. Awal pekan ini, terlihat semua dinding berserta pintu kacanya sudah berhasil dipasang. Hanya saja pemasangan kaca masih menyisahkan hutang hingga sekitar Rp30an juta. Sehingga uluran tangan dari dermawan masih tetap dinantikan.

Demikian juga 4 unit pendingin ruang berkekuatan masing-masing 1,5 PK sudah terpasang. Pembelian AC berkat kebaikkan hati salah seorang jamaah yang tinggal tidak jauh dari masjid. Selain itu tugas berikutnya adalah pemasangan pagar keliling masjid. Juga bila memungkinkan dapat memperbaiki  atau membeli baru sound system karena perangkat yang ada saat ini kurang berfungsi secara baik. Namun tadi pagi, sepertinya sudah juga datang pertolongan dari warga karena sudah terlihat seperangkat alat pengeras suara yang siap disetting.

Kedepannya, pada lahan kosong yang tersedia disekitar masjid akan dibangun taman bermain dan juga taman baca al-quran. Yang tidak kalah pentingnya juga dan ini sudah pasti menjadi tugas panitia, dan seluruh jamaah adalah memakmurkan masjid dengan segenap kegiatan ke-Islaman. Jangan sampai hanya bisa membangun fisik namun gagal dalam memanfaatkannya. (pharliza@gmail.com)

Ini merupakan pendapat pribadi berdasarkan pengalaman, pengamatan dan informasi. Maaf bila tidak semua panitia, warga dan jamaah serta donatur belum disebut dalam tulisan ini.Yakinlah Allah SWT maha mengetahui.

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB