x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ilmuwan dan Masyarakat Melek Sains

Ilmuwan perlu memberdayakan masyarakat agar semakin melek sains.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ketika pabrik semen hendak didirikan, pantai dan teluk akan direklamasi, ataupun jalur kereta supercepat ingin dibangun, sudah selayaknya kajian yang cermat dilakukan. Orang-orang yang ahli di bidangnya seyogyanya dilibatkan dalam rangka meletakkan ilmu pengetahuan di dalam bingkai kebijakan publik. Bukan hanya sains, tapi juga humaniora—ketika pengetahuan dan teknologi diaplikasikan, di dalamnya terdapat relasi dengan manusia dan lingkungannya.

Ketika itulah, otoritas para ahli dihadapkan pada tantangan kepentingan bisnis serta kepentingan pemerintah selaku pembuat kebijakan publik. Sanggupkah para ahli mempertahankan pandangan akademis dan ilmiahnya demi melindungi masyarakat luas, ataukah terpaksa mengikuti kehendak pelaku bisnis maupun pemerintah yang mungkin merasa lebih mengerti perihal apa yang baik bagi masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kajian itu seyogyanya bukan sekadar untuk memenuhi serangkaian prosedur dalam upaya memperoleh izin pembangunan, melainkan lebih dikarenakan tanggung jawab kepada masyarakat luas. Otoritas dalam bidang tertentu dipertaruhkan di hadapan kepentingan publik dalam rangka mencapai kemaslahatan, bukan untuk mengedepankan tujuan lain: bisnis maupun mengejar target-target pembangunan.

Dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi, yang masih dianggap lebih bergengsi ketimbang target distribusi kemakmuran, sejumlah aktor penting bermain di dalamnya. Ada pembuat kebijakan, industri terkait, kepentingan bisnis, kepentingan politik atau sosial, ilmuwan, serta masyarakat. Cozzens dan Woodhouse (1995) mencontohkan interaksi di antara para aktor ini dalam persaingan kekuatan (power game) untuk mengendalikan penerapan bioteknologi.

Gaskell, Bauer, dan Durant (1998) menunjukkan bagaimana dalam 30 tahun sejarah bioteknologi modern di AS, watak ‘politik’ demikian melekat. Sedikit kepentingan telah mendominasi pilihan-pilihan politik yang mungkin dibuat dalam konteks kebijakan yang lebih besar, sehingga kepentingan masyarakat luas harus menepi.

Di belahan bumi manapun, masyarakat umumnya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai apa yang dikerjakan para ilmuwan di dalam laboratorium. Bahkan, sekalipun para ilmuwan memberi tahu kepada masyarakat tentang apa yang sedang mereka teliti, masyarakat tidak memperoleh informasi lengkap mengenai hasilnya.

Sekedar contoh, pengungkapan adanya kandungan bakteri di dalam susu formula beberap tahun lalu menunjukkan bagaimana masyarakat tidak memperoleh informasi yang utuh mengenai riset tersebut maupun hasilnya. Nama-nama produk susu formula yang mengandung bakteri itu tidak disebutkan dengan berbagai alasan. Jadi, untuk apa hasil riset itu diumumkan apabila nama-nama produknya tidak dibuka? Bagaimana para ibu tahu mana susu formula yang aman untuk bayi mereka?

Di banyak tempat, produk-produk pertanian transgenik juga telah melahirkan persoalan kesehatan yang serius. Di dalam laboratorium, pertumbuhan tanaman pertanian yang hebat melalui teknik transgenetik memang mengagumkan para peneliti. Namun, masyarakat luas merasakan dampak negatifnya setelah pengetahuan yang diperoleh di laboratorium diterapkan dalam pertanian sehari-hari. Ilmuwan tidak menjelaskan sebelumnya, atau mungkin belum mengetahui, kemungkinan dampak negatif itu bagi kesehatan manusia.

Ilmuwan mengemban tanggung jawab untuk turut mendorong masyarakat ‘melek sains’ karena beberapa alasan. Pertama, argumen praktis: masyarakat perlu memahami sains dan teknologi karena sehari-hari kita hidup di dalam masyarakat yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Kedua, argumen demokratis: masyarakat perlu memahami sains agar dapat merespons isu-isu yang terkait sains. Ketiga, argumen kultural: sains adalah bagian dari warisan kultural dan memengaruhi pandangan dunia sebagian besar umat manusia. Keempat, argumen ekonomi: tenaga kerja yang melek sains diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Banyak kebijakan publik dan persoalan kemasyarakatan yang terkait dengan sains, misalnya isu pencemaran air minum dalam kemasan. Masyarakat melek sains akan mampu merespons kebijakan dan isu-isu ini secara kritis, bukan langsung menolak atau menerima tanpa dasar segala informasi yang mereka terima. Ilmuwan memiliki kompetensi untuk memberdayakan masyarakat lebih dari apa yang bisa mereka lakukan dalam komunitas ilmiahnya. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

8 jam lalu

Terpopuler