Bila kamu menonton film seri Genius garapan sutradara dan produser Ron Howard, yang tengah diputar di kanal National Geographic, kamu dapat menyaksikan momen-momen eureka dalam hidup fisikawan Albert Einstein. Momen eureka terjadi tatkala Einstein memperoleh pencerahan berupa ide cemerlang yang menjadi jalan keluar dari perjalanan pencariannya. Ini momen istimewa yang tidak terjadi setiap hari.
Momen seperti ini, menurut cerita yang beredar dari masa ke masa, juga dialami Isaac Newton maupun Archimedes. Dalam bukunya, Memoirs of Newton, William Stukeley menyebutkan bahwa Newton kejatuhan buah apel ketika sedang duduk di bawah pohonnya, maka terpikir olehnya gravitasi bumi. Archimedes dikisahkan sedang mandi di sebuah bak, barangkali sejenis bathtub, dan memperoleh ilham bagaimana menghitung volume dan densitas suatu zat. “Eureka!” seru orang Yunani kuno itu.
Cerita itu barangkali hanya metafor, bahwa ‘adegan’ apel jatuh itu sesungguhnya terjadi di dalam otak Newton dan ia membayangkannya ketika sedang duduk di bawah pohon apel. Sebagaimana pula Einstein membayangkan dua kereta sedang berjalan dalam arah berlawanan lalu memperoleh gagasan tentang relativitas.
Apakah kilasan yang berlangsung cepat ini sebuah momen tiba-tiba? Agaknya tidak. Momen eureka adalah bagian dari proses pencarian yang cukup lama. Dalam beberapa hari, momen eureka mungkin terjadi, tapi bisa pula perlu beberapa bulan dan bahkan tahun untuk menemukan momen inspirasional itu. Momen itu muncul nyaris di luar kendali kita—sekalipun kita telah berpikir keras, ide inspiratif belum tentu muncul. Buntu. Mampet.
Einstein kerap mengalami momen-momen buntu seperti itu, yang membuatnya nyaris frustrasi. Ia sibuk mencari dan mengabaikan anak-anaknya. Einstein nyaris putus asa karena kawannya yang matematikawan terkemuka berhasil memecahkan masalah yang ia hadapi, tapi ia kemudian tersenyum lebar saat menemukan kesalahan dalam pemecahan temannya. Hasrat perburuan momen eureka sanggup membuat para ilmuwan bekerja keras.
Momen eureka tidak terjadi begitu saja, melainkan diawali oleh periode pencarian yang panjang. Kemunculan momen ini sukar diduga tempat dan waktunya. Archimedes mendapatkan momennya ketika sedang mandi. John Nash, matematikawan jenius itu, menemukan idenya tentang ‘permainan’ saat mengamati perilaku burung-burung merpati. Lahirlah ‘teori permainan’ yang kemudian digunakan dalam berbagai bidang, termasuk pertahanan dan ekonomi.
Dalam waktu relatif lama, otak bekerja dengan melakukan serangkaian koneksi: menghubungkan satu dan lain hal yang pernah Anda pikirkan, pernah terlintas cepat dalam benak, maupun yang pernah Anda dengar atau lihat barang sepintas. Mula-mula tidak terhubung, tapi proses inkubasi, pengendapan, maupun pematangan yang berlangsung perlahan mulai mengoneksikan semua itu. Momen eureka boleh dikata puncak dari aktivitas mentautkan titik-titik yang semula tidak berhubungan.
Ketika hal itu terjadi, Anda niscaya akan sangat bergembira, seperti Einstein yang membikin banyak akademisi dan mahasiswa terheran-heran ketika dia menyapa ramah orang-orang yang ia temui di kampus suatu pagi. Ternyata, ia baru saja menemukan momen eureka-nya. **
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.