x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kris Biantoro adalah Teladan

Kisah perjuangan Kris Biantoro melawan penyakit ginjal dan membangun karier.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Kris Biantoro – Belum Selesai

Penulis: Kris Biantoro

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tebal: xxxii + 135

ISBN: 978-602-02-2209-7

Mereka yang mengalami masa remaja di tahun 70-an dan 80-an pasti mengenal nama Kris Biantoro. Saat siaran TV baru diisi oleh TVRI pada tahun 70-an dan dominasi TVRI secara nasional masih kuat pada tahun 80-an, hampir seluruh rakyat Indonesia dari Aceh sampai Papua menikmati siaran-siaran hiburan yang ditayangkan oleh TVRI. Dalam siaran hiburan tersebut nama Kris Biantoro hampir selalu muncul. Dalam siaran musik, kuis, drama/operet dan bahkan iklan wajah yang penuh senyum tersebut selalu saja muncul. Memang Kris Biantoro pada era 70-an dan berlanjut ke era 80-an adalah raja TV.

Meski kebanyakan dari kita mengenal pengarang dan pelantun lagu “Dondong apa Salak” tersebut, namun banyak dari kita yang tidak tahu bahwa sesungguhnya beliau adalah penyandang penyakit gagal ginjal. Anggota veteran kemerdekaan ini sudah menderita penyakit ginjal sejak umur 34 tahun. Ginjalnya hanya bekerja 30% saja! Selama 38 tahun beliau berjuang untuk melawan penyakit ginjalnya dan pada saat yang sama terus berkarya mengisi kemerdekaan dengan caranya sendiri. Kita banyak yang tidak mengetahui penderitaannya karena Kris Biantoro adalah seorang yang ceria dan selalu menghibur. Beliau bukan seorang yang suka menghiba dan mengumbar penderitaannya kepada pihak lain. Bahkan kisah pra koma yang dihadapinya pun diceritakan dengan jenaka dan mengolok kebodohannya sendiri.

Buku “Kris Biantoro – Belum Selesai” adalah kesaksian beliau dalam menghadapi penyakitnya, kebodohannya yang percaya begitu saja terhadap segala pengobatan alternatif di sela-sela kesibukannya membangun karier. Kris Biantoro menuturkannya dengan penuh jenaka. Tidak ada kalimat-kalimat yang penuh kesedihan dalam penuturan tentang penderitaannya. Bahkan beliau selalu mengatakan bahwa orang-orang yang memberi saran dan tindakan pengobatan alternatif kepadanya adalah orang-orang yang memiliki niat baik karena mengasihinya.

Artis yang memilih gadis Vietnam sebagai pendamping hidupnya ini mengisahkan betapa keingginannya untuk sembuh telah membuat otaknya jadi bodoh. Tindakan apa pun yang tak masuk akal tetap dilakukannya. Tindakan meniup mulut, hidung dan “perkutunya” dengan asap rokok sambil digebuki, memakan makanan yang menjijikkan dilakukannya demi kesembuhan. Bukannya sembuh, tindakan tersebut malah membuat penyakitnya menjadi lebih parah.

Bukan hanya tindakan penyembuhan alternatif, upaya untuk cangkok ginjal di China pun pernah dilakukannya. Ia ditipu oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan tanpa memperhatikan keselamatan si pasien. Untunglah keputusannya untuk tidak gegabah melalukan cangkok yang tidak memenuhi kriteria ilmu kedokteran telah menyelamatkan nyawanya. Keputusannya untuk pulang adalah keputusan yang sangat tepat. Meski sudah ditipu dan hampir saja mendapat tindakan transplantasi yang ngawur, Kris Biantoro tidak sedikitpun mengumpat orang-orang yang telah menipunya. Bahkan kejadian itu pun diceritakannya dengan penuh jenaka.

Melalui buku ini Kris Biantoro ingin memperingatkan mereka yang memiliki kasus yang sama untuk lebih berhati-hati dan tidak sembrono dalam mencari penyembuhan. Ia menggunakan kebodohannya sendiri sebagai teladan. Ia menyampaikan pesan-pesan dan penjelasan tambahan di setiap akhir bab yang ditulisnya. Melalui pesan dan informasi tambahan ini diharapkan para pembaca dan khususnya mereka penderita penyakit ginjal bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih rasional dalam upaya mencari kesembuhan.

Kini Kris Biantoro telah pergi. Ia telah menyelesaikan perlombaan hidup dengan baik. Ia tidak pernah menyerah, bahkan tidak pernah mengeluh. Ia menghargai semua pihak yang telah mengasihinya, terutama istri yang dicintai dan mencintainya. Ia berterima kasih kepada dokter (dr. Tunggul) yang setia merawatnya. Ia berterima kasih kepada rumah sakit yang telah merawatnya. Kris Biantoro adalah teladan hidup. Ia bekerja keras demi bangsanya di tengah derita akibat penyakit ginjalnya. Ia adalah suami yang setia dan bapak yang baik bagi kedua anaknya. Dia ceria dan jenaka sampai akhir hidupnya. Selamat jalan Bung! Merdeka!

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB