x

Sumber Gambar: Bing AI

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

Selasa, 30 April 2024 09:03 WIB

Pengetahuan Akhir Zaman dan Mengenal Plausibilitas Alam Dunia

Lantas apa kita mau terus-terusan ikut maunya para elit, agar tunduk pada kapitalisme dan benda-benda bekecerdasan buatan? Mari kita ulik potensi bangsa kita sendiri dengan memahami potensi bangsa kita yang sebenar-benarnya!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Disclaimer: Tulisan ini ditujukan untuk para pencari kebenaran soal hakikat Rukun Iman yang dipegang oleh kaum muslimin dan apa manfaat luar biasa yang diperoleh bagi yang memiliki iman tersebut. Tulisan ini bukan ditujukan untuk perdebatan tak diperlukan, melainkan untuk merenungkan seksama apakah sistem belief yang selama ini kita pegang?

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

Kepada pembaca budiman yang saya hormati. Terima kasih untuk tetap setia pada tulisan-tulisan nama pena Aa Rian di indonesiana.id, karena kali ini saya akan membawakan bahasan yang sangat urgen, yang mana dapat mengubah peradaban Nusantara ini melebihi bangsa-bangsa lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada istilah-istilah yang akan saya bahas satu persatu termasuk sub tema pemikiran saya pada bahasan ini.

Pertama - Plausibilitas

Plausiblitas atau artinya dalam bahasa inggris (plausibility) adalah hal yang masuk akal bagi manusia. Plausibilitas sangat menentukan sekali apa yang ada, kondisi, dan peristiwa yang kita hadapi, bahkan peradaban manusia sekalipun.

Sebagai kesadaran akan plausibiltas yang dapat kita jangkau, saya mengumpakannya dengan peristiwa aktual terkini.

----

Bagi manusia kita tentu tak lepas dari benda benda dengan kecerdasan buatan. Masyarakat diarahkan oleh segelintir elit berkepentingan agar tunduk pada kapitalisme dan benda-benda berteknologi kecerdasan buatan. Para elit sesungguhnya mengetahui potensi kepercayaan manusia (terutama kalangan orang beriman) yang berkekuatan untuk dapat memperkuat sistem kapitalisme mereka juga kemajuan teknologi benda mereka.

Orang beriman diketahui oleh mereka dapat membuat sesuatu yang sebelumnya tak terjadi menjadi terjadi, sesuatu yang tadinya tak berdaya menjadi berdaya. Maka dari itu mereka menggunakan "sebuah panggung" untuk menunjukkan kedigdayaan mereka soal kapitalisme dan teknologi bendawi mereka. Sehingga kepercayaan orang-orang beriman semakin menguatkan potensi mereka dalam pengelolaan sistem kapitalisme dan kemajuan teknologi bendawi mereka.

Apakah buktinya? Dollar semakin menguat. Kemajuan kecerdasan buatan (artificial intellegence) makin tak terbendung, ditandai banyak PHK massal karena sumber daya manusia digantikan kecerdasan mesin. Orang beriman tidak menyadari bahwa kepercayaan mereka selama ini terhadap kapitalisme yakni uang terutama, dan teknologi benda ternyata dieksploitasi oleh segelintir elit berkepentingan.

Dan ini tentunya membentuk plausibilitas bagi masyarakat dunia, bahwa masuk akal jika kapitalisme dan benda benda bekecerdasan buatan adalah hal yang paling dibutuhkan manusia, kita tak dapat hidup tanpa itu, dan menjadi sandaran umat manusia. Sehingga orang-orang yang tak ngulik kepada kapitalisme dan benda-benda berteknologi ini, menjadi semakin terpinggirkan, menjadi lemah, dan semakin dililit oleh permasalahan pelik peradaban yang dibangun para elitis ini.

Coba kita renungkan seksama. Sebagai contoh fenomena yang aktual, mengapa ponsel android sangat terasa kemajuan kecanggihan fiturnya? Sebab oleh plausibilitas dan sistem belief masyarakat melalui kesadaran kolektif global yang percaya bahwa ponsel android itu tak lepas dari genggaman kebutuhan kita. Sebab kepercayaan jenis inilah, orang-orang yang ngulik teknologi bendawi, semakin mendapatkan "ilham" untuk memajukan teknologi ini, dan semakin diuntungkan secara finansial.

Plausibilitas yang dibentuk oleh masyarakat negeri inilah yang membuat bangsa kita jadi pesuruh bangsa asing di tanah kelahiran sendiri. Kita ditindas jadi masyarakat kelas dua, yang mana orang orang yang sudah bersekutu dengan para elitis dunia, menjadi tuan di bangsa ini. Masyarakat kelas dua yang dieksploitasi kepercayaannya, dibuat miskin, tapi dibuat percaya uang adalah segalanya, juga dibuat makin bersandar pada benda-benda berteknologi tinggi, namun harus rela berhutang demi membelinya. Sistem ini tak disadari oleh masyarakat kita sendiri, sungguh sebuah ironi.

Jadi dapat kita ketahui, bahwa hal yang kita anggap masuk akal pada zaman sekarang ini, malah menyengsarakan kita semua. Disebabkan 2 faktor utama:

 

  1. Karena kita tidak ngulik kapitalisme
  2. Karena kita tidak ngulik benda-benda berteknologi.

 

Sayangnya potensi kecerdasan masyarakat kita tidak sepenuhnya menunjang 2 objek perhatian kita pada bahasan plausibilitas saat ini. Sehingga wajar jika bangsa kita seakan setengah hati untuk menjadi maju soal teknologi, ya karena gak kepikiran oleh bangsa kita sendiri secara totalitas.

----

Lantas apa kita mau terus-terusan ikut maunya para elit, agar tunduk pada kapitalisme dan penggunaan benda-benda bekecerdasan buatan? Apakah percaya kepada uang dan benda bekecerdasan buatan termasuk pada rukun iman (terkhusus umat islam)? Bukankan jika kita bersandar selalu pada benda, membuat potensi diri kita sebagai manusia makin terabaikan?

Nah ... mari kita ulik potensi bangsa kita sendiri dengan memahami potensi bangsa kita yang sebenar-benarnya!

----

Sadarilah bagi kita yang sudah teruji imannya dihadapan Allah dan semesta yang menyaksikan. Sebab Iman tak sekadar kata kata pengakuan terucap "saya orang beriman" tapi iman hanya dapat dirasakan cahayanya dalam hati kita yang Allah hidupkan, sehingga kita dapat merasakan dari manfaat atas apa yang Allah ajarkan pada diri kita semua melalui firman-firman-Nya, pengetahuan-Nya, dan kejadian alam serta sosial masyarakat yang membuat kita berkontemplasi.

Allah menciptakan kita dengan 6 potensi kecerdasan, yaitu:

 

  1. Inderawi, yang disertai kemampuan eksekusi peluang dalam jangkauan indera, kepekaan inderawi, serta mampu membenarkan fakta yang ada.
  2. Akal, yang disertai kemampuan analisa, berpikir kritis, matematis, sistematism penuh rasionalitas.
  3. Fisik dan Naluri, yang merupakan kekuatan dan kecanggihan manusia dalam hal fisik dan refleks.
  4. Intuisi, dilengkapi daya imajinasi, kreativitas yang original/asli, inovasi, hingga daya kreasi ilmu pengetahuan yang dapat menjangkau penglihatan masa depan.
  5. Hati, yang disertai kemampuan merasa, simpati, empati, telepati, keyakinan yang menimbulkan kekuatan dan merealisasikan hal yang diyakini menjadi realitas.
  6. Spiritual, kedekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa yang membuat kita selalu dalam lindungan, bimbingan dan rida-Nya.

 

Nah, dengan menjernihkan 6 potensi kecerdasan itu dengan jalan hidup yang sarat moralitas dan berkeadaban, serta menegaskan karakter kita penuh kesalehan, menjadi seorang yang amanah jika dipercaya, jujur dalam menyuarakan kebenaran, serta menyampaikan hal-hal yang patut dan benar, niscaya Allah menganugerahkan kekuatan-Nya bagi 6 potensi diri kita tersebut.

6 Potensi tersebut dapat membesar dan makin menguat, jika kita mendedikasikan diri sebagai seorang yang bermanfaat bagi kehidupan. Sehingga masyarakat yang merasakan kebermanfaatannya, mengakui potensi kita, dan hasil akhirnya kepercayaan masyarakat kepada kita membuat potensi kita membesar dengan sendirinya.

Jika kita mengolah 6 potensi ini pada kebermanfaatan yang dilakukan secara manual dengan konsisten, maka rasakanlah hasilnya sendiri!

Bangsa kita dianugerahi kecanggihan diri manusia itu sendiri, dengan selalu bersandar kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuktikan syukur dengan menjadi seorang yang bermanfaat dengan memanfaatkan potensi manusia kita. Maka jika kita bersama-sama dalam kesadaran ini, niscaya bangsa kita lebih unggul dari bangsa lain soal potensi diri manusia.

Agama mengajarkan pengendalian diri. Dengan pengendalian diri yang mengendalikan 6 potensi manusia tersebut, maka semakin terolah kecerdasannya. Contohnya seorang yang rutin melaksanakan ibadah puasa sunah, maka semakin cerdaslah naluri dirinya, demikian juga kontrol diri yang berkaitan dengan nafsu.

Apabila umat beragama melaksanakan ajaran agamanya secara totalitas, maka kita tentu dapat merasakan kebermanfaatan jangka panjang. Kita tentu bakal menyambut "hari kebangkitan" diri kita sendiri, bahkan jika kesadaran ini menjadi kesadaran kolektif bangsa Indonesia, maka rakyat Indonesia sendirilah yang mencipta "hari kebangkitannya". Dimana hari kita bangkit dari ketidakberdayaan menuju keberdayaan diri sesuai potensi utuh yang dimiliki kita sebagai umat manusia.

Maka peran plausibilitas masyarakat Indonesia, sangatlah diperlukan. Kita semua mesti menyadari dengan akal sehat kita, bahwa 6 potensi yang kita miliki sebagai manusia dapat lebih hebat dibanding benda-benda berteknologi yang diulik oleh bangsa asing. Dengan demikian kita dapat menjadi kiblat baru bagi peradaban bangsa lainnya.

---

Setelah merenungkan kisah Plausibilitas diatas maka ada solusi untuk kemajuan bangsa.

Kita mesti menunjuk seorang pembaharu (Mujaddid) yang dapat menjelaskan hal ini kepada bangsa dengan lugas, tegas, dan jelas. Kita mesti berhenti sejenak atau libur dari kesibukan "yang normal" pada zaman ini yang berkaitan dengan kapitalisme dan penggunaan benda berteknologi seperti kendaraan dan gawai, dengan sama-sama berkumpul di tempat beribadah, sama-sama menyadari potensi kita dibantu oleh para pemuka agama, bertaubat bersama agar menyadari keliru ideologis kita yang berkiblat pada segelintir elit yang justru mengeksploitasi diri kita sebagai masyarakat Indonesia.

Kedua - Kedatangan Al-Masih Ad-Dajjal

Setiap hadist akhir zaman selalu menyebutkan bahwa orang beriman wajib menghindari kehadiran Dajjal, nanti saat masanya tiba. Mengapa? Karena Dajjal dengan segala tipu dayanya dapat mengeksploitasi keimanan seorang beriman guna memperkuat potensi dirinya. Di riwayat yang jelas pun menyebutkan, bahwa orang yang mengaku beriman ketika menghampiri Dajjal (untuk menantangnya) malah tunduk jadi pengikutnya.

Gunung-gunung di setiap negeri menjadi pelarian orang beriman, agar imannya tak dieksploitasi Dajjal. Begitupun di timur tengah, Mekah dan Madinah menjadi pelarian karena dijaga malaikat.

Sampai tiba waktunya Sang Raja Keadilan yang dinanti yakni Isa Kedatangan Kedua, menumpas Dajjal setelah Dajjal kehilangan kekuatan karena menerima sugesti melemahkan dari pemuda pilihan Allah dari tanah timur tengah yang diceritakan dibunuh Dajjal dan dibangkitkannya kembali dari kematian.

Catatan: Ilmu sugesti bisa sahabat pembaca temukan pada tulisan saya dengan nama akun Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) di platform Kompasiana.com.

Solusi untuk bahasan ini, sebaiknya orang beriman menjauhi Dajjal, juga termasuk para penyihir dan semacamnya (karena masih sekutu dengan Dajjal) yang mengekspolitasi keimanan kita, sebab mereka hanya berharap keputusaasaan kita dan merampok apa saja yang kita miliki dengan segala tipu dayanya.

Wasana Kata

Setelah kita mengetahui pengetahuan ini. Apakah yang mesti kita perbuat? Apakah tulisan ini memberikan kesadaran yang benar akan kejadian Akhir Zaman? Maka jawaban andalah yang kelak mengantarkan anda pada jalan hidup yang anda inginkan.

Terima kasih sudah membaca tulisan ini dan merenungkannya sejenak.

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

Cimahi, 29 April 2024.

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu