x

Iklan

Nia S Amira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dan, Zahra Pun Tewas

Di 4 Juli 2017 malam belum larut. Tanpa peringatan, mortir menghujani desa Alkhanly, wilayah Fuzuli, Azerbaijan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada tiga peristiwa penting yang diperingati setiap bulan Juni dan Juli. Bangsa Indonesia memperingati Hari Lahirnya Pancasila setiap tanggal 1 Juni, sementara pada tanggal yang sama, masyarakat dunia memperingati Hari Perlindungan Anak Internasional.

Anak-anak Indonesia merayakan Hari Anak Nasional setiap tanggal 23 Juli, hal ini didasarkan atas keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984, yang kala itu dijabat oleh Soeharto.

Perayaan yang selalu ditandai dengan beberapa kegiatan membuat anak-anak bergembira; seperti berkemah, lomba pidato, pertujukan seni dan budaya serta hal-hal menyenangkan lainnya yang tujuannya untuk menghibur anak-anak, tidak terkecuali bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera dan anak-anak jalanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia secara independen melakukan pengawasan pelaksanaan upaya perlindungan anak yang dilakukan oleh institusi negara serta melakukan investigasi terhadap pelanggaran hak anak.

Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kementerian Pemberdayaan Perempuan diganti menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan harapan pemerintah dapat lebih fokus memperhatikan dan menangani masalah anak.

Hari itu 4 Juli 2017 malam belum larut, waktu masih menunjukkan pukul 20:40 namun tiba-tiba peduduk sipil di desa Alkhanly, wilayah Fuzuli, Azerbaijan menjadi histeris saat tahu tentara angkatan bersenjata Armenia telah mengepung desa mereka dengan mortar kaliber 82mm dan 120mm, termasuk peluncur granat berat.

Kebrutalan tentara Armenia tidak bisa diprediksi dan apa yang terjadi pada malam itu sama sekali di luar pemikiran penduduk Alkhanly di mana Zahra Guliyeva yang masih berusia 2 tahun serta neneknya Allahverdiyeva Sahibe (51) tewas oleh peluru tentara Armenia sepertinya sengaja diarahkan kepada penduduk sipil. Berita mengenai Zahra, korban kekejaman tentara Armenia menggucang wilayah Kaukasia, Asia Tengah, Timur Tengah hingga akhirnya ke seluruh penjuru dunia. Gadis cilik yang malang dan baru bisa berjalan ini harus meregang nyawa. Akibat peristiwa berdarah itu, Nagorno Karabakh pun memanas lagi.

Berita kebrutalan tentara Armenia ini membuat banyak orang bersimpati hingga Duta Besar Uzbekistan untuk Azerbaijan, Sherzod Fayziev merasa perlu mengunjungi desa Alkhanly dan menemui keluarga besar Zahra serta menjenguk Sarvinaz Gulyeva, salah seorang kerabat Zahra yang terluka parah dan harus dirawat di RumahSakit. Kedekatan Uzbekistan dan Azerbaijan telah lama terjalin bahkan sebelum kedua Negara itu memisahkan diri dari Uni Soviet.

Saat ini, kedua Negara yang memiliki latar belakang yang sama sebagai Negara dengan mayoritas penduduk Muslim tersebut saling mendukung dalam hal kebijakan politik, ekonomi, sosial & budaya, terutama dalam konteks keislaman.

Tidak ketinggalan Duta Besar Iran untuk Azerbaijan, Javad Jahangirzadeh mengutuk perbuatan keji tersebut sebagai tindakan kriminal yang dilakukan tentara Armenia. Azerbaijan adalah Negara yang ramah dan memiliki hubungan persaudaraan yang erat dengan Iran. Duta Besar Javad merasa sangat sedih atas insiden yang terjadi di desa Akhanly.

Iran sudah bekerja keras dalam penyelesaian konflik Nagorno Karabakh selama pemerintahan Heydar Aliyev, namun hal tersebut masih juga belum ada hasilnya. Tentu saja Iran mendukung solusi penyelesaian konflik Nagorno Karabakh melalui cara politik, karena menurut Javad, perang atau konflik dalam satu wilayah diarahkan kepada setiap penduduk masing-masing Negara.

Seperti yang dikutip dari Javad melalui Azernews, Ketika ada kedamaian dan tidak ada interfensi kekuatan asing, maka kedamaian itu dapat terus berkembang. Esok ribuan anak-anak dan wanita bisa saja dibunuh, karena itu Kelompok OSCE Minsk harus menuntaskan misinya. Javad mengatakan,”Iran akan selalu memberikan kontribusi pada penyelesaian konflik Nagorno Karabakh,” demikian yang dikatakan oleh Duta BesarJavad.

Provokasi yang dilakukan oleh pihak Armenia tersebut, sengaja berusaha menyakiti bangsa Azerbaijan dengan membuat hidup mereka yang berada di perbatasan menjadi sulit dan beresiko.

Armenia menduduki Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah sekitarnya dari Azerbaijan dalam sebuah perang yang diikuti oleh perpecahan Uni Soviet pada tahun 1991. Lebih dari 20.000 orang Azerbaijan terbunuh dan hampir 1 juta orang mengungsi akibat perang tersebut.

Permusuhan kedua Negara ini diakhiri dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada tahun 1994 namun Armenia melanjutkan pendudukan tersebut serta menentang empat resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penarikan segera dan tanpa syarat. Sejauh ini, perundingan damai yang dimediasi oleh Rusia, Prancis dan A.S. yang tergabung dalam kelompok OSCE Minsk tidak memberikan hasil yang berarti.

Apa yang telah dilakukan Armenia pada 4 Juli 2017 tersebut merupakan serangan yang sistematis, disengaja dan ditargetkan terhadap penduduk sipil yang meliputi antara lain perempuan, anak-anak dan orang tua yang tinggal di daerah padat penduduk yang berdekatan dengan garis depan. Serangan langsung dan disengaja oleh Armenia terhadap penduduk sipil dan benda sipil di Azerbaijan, merupakan pelanggaran serius terhadap undang-undang kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, khususnya Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I, Konvensi Hak-hak Anak dan Konvensi untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental.

Bukan sekali dua kali Azerbaijan mengingatkan masyarakat internasional bahwa alasan utama ketegangan dan insiden di garis depan dan hambatan utama dalam resolusi konflik adalah kehadiran yang tidak sah dari angkatan bersenjata Armenia di wilayah pendudukan Azerbaijan.

Armenia harus menarik pasukannya dari wilayah pendudukan Azerbaijan sesuai dengan norma dan prinsip hukum internasional dan keputusan yang relevan dari organisasi internasional serta mengubah status quo pendudukan.

Tanggung jawab atas situasi saat ini ada pada kepemimpinan politik-militer Armenia.

Seminggu setelah kematian gadis cilik Zahra, Senator Argentina mengutuk provokasi yang dilakukan Armenia terhadap penduduk sipil Azerbaijan. Masyarakat Azerbaijan melakukan protes di depan Kedutaan Armenia di Moldova.

Majalah TEAS yang berkantor di London tidak ketinggalan melakukan aksi protes di jalan utama kota London serta menaruh beberapa boneka dengan darah bercucuran sebagai lambang kematian Zahra dan neneknya.

President Aliyev pun mengatakan dengan keras bahwa pembunuhan terhadap Zahra dan neneknya menunjukkan sikap fasisme Armenia.

Zahra kecil yang lucu kini sudah terbaring di sisi Tuhan, ia seperti kebanyakan anak-anak yang berada di wilayah konflik tidak mendapatkan perlindungan sebagai seoran ganak yang lahir dan tumbuh dalam situasi yang tidak normal, berbalik arah dengan apa yang telah disepakati dalam Konferensi Dunia untuk Kesejahteraan Anak yang dilangsungkan di Jenewa, Swiss pada tahun 1925 serta disepakati pula oleh Federasi Demokrasi Wanita di Moskow pada tahun 1949 dan didukung 51 negara. Zahra pun tidak akan pernah dapat merayakan Hari Anak Internasional atau Hari Anak se-dunia pada tanggal 20 November nanti.

Oleh: Nia S. Amira

penulis, jurnalis dan penyair dari Indonesia

 

Ikuti tulisan menarik Nia S Amira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB