x

Iklan

margaretha diana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Festival Lima Gunung 2017: Mari Goblok Bareng

Festival Lima Gunung 2017 mengangkat tema Mari Goblok Bareng

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nama Magelang oleh sebagian masyarakat seringkali hanya diidentikkan dengan Borobudur. Candi terbesar di Indonesia itu memang menjadi destinasi utama wisata kota Magelang. Meskipun demikian, sebenarnya banyak destinasi wisata lain di kota Magelang yang tak kalah menarik--mulai dari peninggalan sejarah, keindahan alam, sampai atraksi budaya masyarakat pegunungan yang digelar rutin setiap tahun.

Namanya Festival Lima Gunung, karena Magelang memang dikelilingi oleh pegunungan. Festival yang diprakarsai 16 tahun lalu oleh Sutanto Mendut, seorang budayawan kota Magelang, ini digagas sebagai pesta rakyat untuk masyarakat yang bermukim di kaki gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, juga Menoreh. Dalam perjalanannya, Festival Lima Gunung tak kalah menarik dengan festival-festival lain yang sudah tersohor, seperti Dieng Couture Festival atau Festival Danau Sentani.

Panitia festival ingin memaksimalkan limbah pertanian dan hasil hutan sebagai bahan utama untuk membuat pernak-pernik acara. Jerami, bambu, bonggol jagung, kelobot sisa pohon jagung, bunga pinus, sampai ranting kering sisa pohon cabai--komoditas hasil bumi utama dusun Gejayan--mendominasi dekorasi festival. Jadi jangan heran kalau Anda tidak menemukan banner atau plang dalam bentuk yang lazim. Pun, penunjuk arah di seluruh lokasi sengaja dibuat dari jerami. Ini semua demi merefleksikan tema besar tahun ini: Mari Goblok Bareng.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tema ini muncul dari fenomena kabar hoax yang begitu riuh di media sosial pengguna Indonesia serta perselisihan yang marak terjadi karenanya. Mari Goblok Bareng adalah kritik sosial terhadap masyarakat kita yang begitu mudahnya termakan hasutan berita-berita yang tak jelas kebenaran maupun sumber beritanya. 

“Informasi yang tidak jelas itu dibaca oleh orang goblok, lalu disebarkan lagi, dibaca lagi oleh orang goblok, akibatnya masalahnya tambah besar. Tema ini punya pesan khusus yang mendalam,” demikian penjelasan dari Riyadi, ketua panitia penyelenggara Festival Lima Gunung 2017.

Salah satu yang menarik di panggung acara adalah instalasi berbentuk burung yang menjadi hiasan utama. Menurut Parmadi, sang kreator, instalasi ini terinspirasi dari Garuda Pancasila. Melalui instalasi tersebut, dia ingin menyampaikan pesan agar masyarakat kembali mengingat makna Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Sungguh tak eloknya keadaan masyarakat sekarang, yang kerap berselisih paham hanya karena berita yang tak jelas kebenarannya. Tak jarang perselisihan merembet ke benih-benih perpecahan dalam hidup berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara. Sudah selakyaknyalah kita sebagai manusia hidup 'bebrayan', hidup berdampingan dalam keragaman perbedaan selayaknya alam dengan keanekaragaman hayatinya.

Perhelatan Festival Lima Gunung 2017 dipusatkan di dusun Gejayan, desa Banyusidi, kecamatan Pakis, Magelang dan diikuti oleh 62 kelompok budaya dan seni. Tak hanya dari Magelang dan sekitarnya, ada kelompok penari Topeng dari Losari, kota di pantura Jawa yang terletak di perbatasan Jawa Tengah serta Jawa Barat. Istimewanya, pendanaan untuk Festival Lima Gunung tahun ini berasal dari swadaya masyarakat dan panitia. Tidak ada sponsor, pun tidak memungut tiket masuk dari para pengunjung. Bahkan, rumah-rumah warga dusun Gejayan terbuka bagi yang ingin menginap selama perhelatan berlangsung. Gratis, tanpa dipungut sepeser pun.

Ikuti tulisan menarik margaretha diana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu