x

Tiada Hari tanpa Media Sosial

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berebut Perhatian di Tengah Banjir Informasi

Di tengah informasi yang melimpah ruah pemasar dan politikus memperebutkan perhatian masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Berapa banyak informasi diproduksi setiap jam? Ratusan juta tweet, ratusan juta email dikirim, ratusan jam tayangan video diunggah ke youtube, ratusan juta foto dan gambar diunggah di instagram, dan seterusnya. Informasi sangat berlimpah. Kita tahu, siapapun tak akan sanggup mencerna seluruh informasi itu. Jangankan mencernanya, melihat sajapun tak sanggup.

Pada akhirnya, ada batas-batas tertentu kemampuan manusia untuk membaca informasi, apa lagi mencernanya. Di tengah banjir informasi yang datang setiap saat, hanya amatsangat sedikit informasi yang memperoleh perhatian kita. Berapa email yang kita baca setiap hari, berapa berita yang kita baca, berapa tweet yang kita respons? Prioritas menjadi pertimbangan siapapun dalam memutuskan informasi mana yang ia perhatikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika kita pemasar produk dan jasa, sudah pasti kita akan berkompetisi dengan banyak sekali pemasar lain yang berlomba-lomba menarik perhatian calon konsumen. Kita menggunakan beragam alat, cara, sarana, desain, hingga bahasa apapun agar pesan kita menggaet perhatian konsumen. Jelas, ini perjuangan yang tidak mudah di tengah banyak brand yang sudah terpateri di benak konsumen.

Informasi berlimpah, perhatian (terhadap informasi) jadi barang langka dibandingkan kelimpahan informasi. Orang harus berbagi perhatian kepada banyak hal dengan intensitas yang mungkin berbeda-beda. Karena konten informasi diproduksi semakin cepat dan tersedia dengan segera, perhatian atau atensi (attention) menjadi faktor pembatas dalam kita mengonsumsi informasi.

Kita mungkin memilih informasi yang lagi heboh untuk diperhatikan (karena itu, website media pada umumnya membuat peringkat berita populer di samping berita terkini, sebagai panduan bagi pengunjung situs). Tapi mungkin juga kita memilih informasi bukan berdasarkan dua kategori itu, melainkan yang kita sukai (preferensi), yang bermanfaat, yang kontroversial, atau yang terpenting menurut kita, maupun karena alasan lain.

Bila kita menganalogikan perhatian dengan sumber daya (analogi yang mengundang debat), maka kelangkaan menyebabkan kenaikan harga sumber daya ini. Mengapa atensi dianggap langka? Sebab, kapabilitas mental manusia terbatas dan daya terima maupun daya cerna informasi juga terbatas. Perhatian memerlukan keterlibatan mental yang terfokus pada hal tertentu.

Di tengan kompetisi beraneka pemain dalam memperebutkan ‘perhatian’ masyarakat, netizen khususnya, para pemasar, politikus, jurnalis, blogger, pedagang di marketplace, dan lainnya menggunakan beragam cara. Dalam upaya mencuri perhatian, tidak jarang mereka lebih menonjolkan gaya ketimbang substansi—“Yang penting gaya!”

Dalam konteks gaya dan substansi itulah, Richard Lanham, guru besar emiritus di University of California Los Angeles, membuat eksplorasi menarik perihal dinamika antara benda-benda fisik (stuff) dan informasi mengenai benda-benda fisik (fluff). Lanham menulis buku The Economics of Attention: Style and Substance in the Age of Information dengan beranjak dari tesis dasar bahwa dalam ekonomi atensi, stuff menjadi kurang penting, sedangkan fluff bertambah penting.

Perebutan atensi ini mendorong kajian lebih dalam mengenai bagaimana informasi tertentu dikelola agar perhatian konsumen meningkat bila terkait dengan pemasaran, atau perhatian publik meningkat bila terkait dengan kebijakan atau isu politik. Lahirlah ‘ekonomi atensi’ yang berusaha menemukan jawaban untuk memecahkan berbagai persoalan manajemen informasi.

Dalam ekonomi atensi, ‘siapa’ menjadi faktor penarik perhatian yang dianggap lebih penting dari faktor lain. Karena alasan inilah, toko kue yang dibuka oleh seorang selebritas mampu dengan cepat menarik perhatian warga, meskipun warga belum tahu cita rasa kuenya. Nama seorang selebritas dianggap mampu menciptakan koneksi dengan calon konsumen dalam waktu cepat. Soal rasa? Bagaimana nanti saja.. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler