x

Iklan

Meiske Koraag

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia Belum Merdeka Dari Penyakit Schistosomiasis

Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lore Lindu merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum tuntas dan masih membutuhkan perhatian dari pemerintah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meiske Elisabeth Koraag (Peneliti)

Sebagian wilayah Dataran Tinggi Lore Lindu diketahui merupakan daerah endemis penyakit schistosomiasis di Indonesia yaitu Dataran Tinggi Napu, Dataran Tinggi Bada dan Dataran Tinggi Lindu yang terletak di Sulawesi Tengah. Uniknya, ketiga wilayah ini selain masuk dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu juga dikenal sebagai daerah wisata yang banyak menyimpan kekayaan dan warisan budaya leluhur diantaranya situs megalitikum berupa patung-patung yang menyerupai manusia antara lain Patung Pokekea di Dataran Tinggi Napu dan Patung Polindo di Dataran Tinggi Bada, sedangkan di Dataran Tinggi Lindu dikenal dengan kekayaan alam berupa Danau Lindu. Tempat – tempat wisata di ketiga daerah endemis schistosomiasis tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Penyakit schistosomiasis atau yang biasa disebut dengan nama Demam Keong hanya ditemukan pada tiga wilayah di Indonesia yaitu Dataran tinggi Napu, Dataran tinggi Bada dan Dataran tinggi Lindu, sedangkan ditempat lain di Indonesia belum pernah ditemukan. Masyarakat setempat (Lore dan Lindu) kerap menyebut penyakit ini dengan sebutan “penyakit keong”. Selain di Indonesia, penyakit ini juga ditemukan endemis di beberapa wilayah di Amerika Latin, Asia dan Afrika. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Indonesia, penyakit ini ditularkan oleh spesies cacing trematoda yaitu Schistosoma japonicum. Cacing ini hidup dalam keong perantara yaitu Oncomelania hupensis lindoensis, keong parasit tersebut akan mengeluarkan serkaria di air yang dapat menembus kulit manusia ataupun hewan mamalia yang kontak dengan air tersebut. Keong perantara ini biasanya hidup di habitat yang lembab yaitu dibawah pohon, di rembesan air serta saluran air, di area perkebunan maupun persawahan. Cacing schistosoma dapat tumbuh dewasa dalam pembuluh darah hewan mamalia dan manusia, bahkan dapat tinggal dalam tubuh manusia dalam waktu yang lama serta menyebabkan kerusakan pada organ terutama hati hingga menyebabkan kematian. Pada stadium lanjut, seseorang yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami pembengkakan pada organ hati yang ditandai dengan pembesaran pada perut. Hal ini telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat di daerah endemis schistosomiasis puluhan tahun lamanya sampai saat ini.

Sejak ditemukan pertama kali tahun 1935  oleh dr. Brug dan Tesch di Desa Tomado Dataran Tinggi Lindu maka penelitian tentang penyakit ini mulai dilakukan sampai saat ini. Berbagai upaya pencegahan, pengobatan dan pemberantasan schistosomiasis pernah bahkan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah untuk mengeleminasi penyakit tersebut. Beberapa upaya diantaranya pengobatan massal, penyuluhan dan advokasi, perbaikan sarana sanitasi lingkungan dan sumber air bersih, survei pemeriksaan tinja penduduk di wilayah endemis schistosomiasis, survei dan pengendalian keong perantara schistosomiasis, survei tikus secara berkala. Luasnya penyebaran keong perantara schistosomiasis dan sulitnya mengendalikan infeksi schistosomiasis pada hewan mamalia merupakan tantangan utama eleminasi schistosomiasis. Permasalahan kesehatan ini tidak hanya menuntut peran dari sektor kesehatan saja akan tetapi perlu dukungan serta keterlibatan lintas sektor yang terkait dalam upaya pengendalian penyakit ini diantaranya sektor pendidikan, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pekerjaan umum (PU) dan pemerintah daerah setempat secara bersama membangun komitmen untuk melakukan upaya eleminasi schistosomiasis di Dataran Tinggi Lore Lindu. Tanpa keseriusan dan komitmen dari sektor-sektor terkait tersebut maka sulit untuk mencapai eleminasi schistosomiasis di Sulawesi Tengah. Semoga melalui upaya tersebut negara kita kelak bisa merdeka dan bebas dari penyakit schistosomiasis. 

(Penulis merupakan Peneliti pada Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Penulis merupakan lulusan S1 Biologi Lingkungan Universitas Kristen Duta Wacana dan S2 Magister Epidemiologi Lapangan (FETP) UGM Yogyakarta)

 

 

Ikuti tulisan menarik Meiske Koraag lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB