Instruksi Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk memutar kembali film G 30 S PKI di jajarannya menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Bagi mereka yang berada dalam pihak kontra, tentu saja mereka berdalih bahwa film tersebut memuat unsur politik yang ditunggangi oleh "Orde Baru" yang digawangi oleh Presiden Soeharto pada saat itu. Pembuatan film itu sendiri menurut mereka sangat minim kesesuaian data penelusuran sejarah. Tetapi bagi mereka yang pro terhadap pemutaran film itu kembali seolah menjadi dering ingatan bahwa pada bagian sejarah bangsa ini pernah ada suatu gerakan percobaan kudeta oleh PKI. Mereka seolah menegaskan bahwa bangsa kita harus waspada dan tidak antipati terhadap kekuatan ideologi yang merongrong ideologi Pancasila.
Gerakan 30 September 1965 yang didalangi oleh PKI adalah sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.Gerakan ini adalah bagian dari rentetan sejarah percobaan kudeta yang dilakukan oleh suatu kelompok kepada pemerintahan resmi. Jika menilik ke belakang, PKI yang diketuai D.N Aidit sejatinya sudah melakukan suatu gerakan untuk mengkonfrontasi pemerintah pada tahun 1948 dengan mendirikan Negara Madiun sebagai bagian dari "Poros Uni Soviet".
Pemberontakan selanjutnya datang dari S.M Kartosoewiryo yang memplokamirkan Negara Islam Indonesia atau NII di Tasikmalaya pada 7 Agustus 1949. Gerakan ini tidak hanya terfokus di Pulau Jawa, bahkan menyebar hingga Aceh dan Sulawesi Selatan.
Setidaknya dari pemberontakan tersebut, menurut hemat saya adalah gerakan yang mencermikan sebuah eksistensi ideologi.
PKI yang berideologikan Komunisme, dan DI/NII berideologikan Agama. Pancasila yang dicetuskan Soekarno sebagai prinsip dasar atau Ideologi bangsa Indonesia menjadi sasaran dan tujuan pemberontakan. Ideologi Pancasila yang sejatinya menjadi jalan tengah untuk menampung ideologi lain justru menjadi mangsa bagi predator ideologi./
Yanu Burhanudin
Mahasiswa Semester Akhir
Universitas Pamulang
Ikuti tulisan menarik Yanu Burhanudin lainnya di sini.