x

Iklan

Masa Depan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Amanah, Sebuah Tauladan dari Rasulullah

Amanah merupakan salah satu sifat Rasulullah yang patut diteladani dan diterapkan dalam semua bidang kehidupan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rasulullah merupakan suri tauladan bagi semua umat Islam. di mana setiap perilaku maupun perbuatan beliau selalu mendapat perhatian dan digunakan sebagai panutan. Dalam dunia bisnis misalnya, diceritakan bahwa Rasulullah adalah seorang pengusaha sukses. Ketika berusia 12 tahun, beliau dibawa oleh pamannya Abu Thalib, untuk ikut serta dalam kegiatan berdagang. Karena itupun, diusia yang masih belia Rasulullah sudah terlatih menjadi seorang wirausaha. Disertai dengan keempat sifat (Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah) mengantarkan Rasulullah menjadi pelaku bisnis yang baik dan profesional. Kemudian pada usia 17 tahun, beliau telah melakukan perjalanan dagang secara mandiri dengan tujuan membantu meringankan beban keluarga pamannya. Berkat kejujuran dan keahlian beliau pulalah, pada akhirnya terjalin kerja sama antara beliau dengan seorang janda kaya bernama Khadijah (seseorang yang menjadi istri Rasulullah ketika berumur 25).

Islam memiliki Rasulullah sebagai panutan untuk melakukan bisnis. Diharapkan dengan adanya sosok yang menjadi panutan ini, para pembisnis bisa menjalankan bisnisnya dengan baik dan benar. Salah satu sifat beliau yang perlu diterapkan adalah amanah. Sifat amanah diharapkan agar siapapun bisa menjaga hak Allah, hak orang lain, hak diri sendiri, serta dapat melindungi dari perilaku yang menyebabkan rusaknya amanah. Amanah bukan hanya diterapkan dalam aspek bisnis saja, tetapi melingkupi semua kegiatan yang dilakukan.

Amanah merupakan “sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain”. Sesuatu yang dipercayakan itu bisa berupa kekuasaan, jabatan, keluarga, dan harta benda. Seseorang, ketika memberikan kepercayaan kepada orang lain pastinya telah menganggap bahwa orang yang diberi kepercayaan adalah orang yang layak, baik dari segi moral maupun kemampuan plus yang dimiliki orang tersebut. kepercayaan tidak akan dengan mudah diberikan tanpa adanya pertimbangan. Tentunya, semua itu diawali dengan pengamatan, penilaian, bahkan uji coba atas perilaku maupun kemampuan yang dimiliki seseorang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi orang yang diberi amanah, sudah dipastikan bahwa tanggung jawab yang diterima pastinya lebih besar dibanding sebelum menerima amanah tersebut. Amanah atau kepercayaan merupakan suatu penghargaan moral yang mahal serta tidak mudah didapatkan. Nyatanya, semua pihak pastinya akan berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan itu. Bahkan berbagai carapun bisa dilakukan agar kepercayaan tersebut bisa direbut. Tidak mungkin mereka yang ingin mendapat kepercayaan hanya diam dan menunggu kepercayaan datang dengan sendirinya. Masing-masing pihakpun pasti berfikir jika mereka tidak sendiri, akan tetapi mereka juga memiliki saingan dengan segudang usaha dan cara yang mereka gunakan untuk saling berkompetisi.

Hal tersebut bisa terjadi diberbagai bidang, di antaranya sebut saja bisnis dan jabatan kerja. Dalam hal bisnis misalnya, pihak yang terkait dalam bisnis tersebut sudah tentu memiliki strategi agar produk maupun jasa yang dihasilkan bisa mendapat kepercayaan dan apresiasi yang baik, entah itu melalui promosi dari mulut ke mulut, media sosial, media cetak maupun dengan cara-cara lain yang berpotensi mendatangkan kepercayaan. Sama halnya dengan jabatan didunia kerja. Seseorang yang telah bekerja, entah diperusahaan atau lainnya tentu ingin memiliki jabatan yang lebih tinggi dari posisinya saat ini. tetapi pencapaian seseorang dengan diberi kepercayaan menempati posisi yang lebih tinggi bukan sesuatu yang mudah. Karena semua orangpun menginginkan hal yang sama, dan itu artinya mereka semua harus berusaha. Dengan keadaan yang yang seperti ini, seseorang yang akan memberikan kepercayaanpun akan bertindak selektif dalam memilih, karena kepercayaan sejatinya memang harus diberikan kepada orang yang layak menerimanya. Dalam hal ini, Amiur Nuruddin dalam bukunya “Dari Mana Sumber Hartamu?” menceritakan bahwa sahabat Rasulullah pernah bertanya tentang apa yang dimaksud dengan amanah yang terabaikan atau disia-siakan dan mengakibatkan timbulnya kerusakan dan kehancuran. Lalu Rasulullah menjawab; apabila pekerjaan yang diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.

Namun dilain sisi, setelah akhirnya pihak-pihak dengan berbagai latar belakang tersebut berhasil mendapat kepercayaan yang merupakan hasil usaha dan kerja keras yang dilakukan. Kemudian, apakah mereka yang mendapat kepercayaan tersebut tidak memiliki kemungkinan untuk berbuat melenceng atau bahkan bertolak belakang dari kepercayaan yang telah menjadi tanggung jawab mereka? Inilah yang harus diperhatikan, karena mereka yang mendapat kepercayaan tersebut berkemungkinan pula untuk berbuat tidak sesuai dengan amanah yang diberikan. Hal ini bisa terjadi ditengah proses seseorang menunaikan amanah yang diterima. Ada hal-hal menggiurkan yang biasa datang untuk memecah fokus dan menggoda mereka para pelaksana amanah untuk berbuat melenceng.

Katakanlah harta dan kedudukan yang dimaksud hal-hal menggiurkan di atas. Dipercaya bahwa dengan kedua hal itu, manusia bisa meraih kemuliaan. Namun jangan dilupakan pula bahwa kedua hal tersebut juga dapat membuat manusia jatuh ke lembah kehinaan. Hal tersebut sering dibuktikan dengan banyaknya fakta yang mengatakan bahwa orang bisa saling membunuh karena harta dan kedudukan. Belum lagi fakta seperti berkhianat, menghasut, dan cara-cara lain agar menikmati harta dan kedudukan. Dengan ini, manusia diharapkan agar berhati-hati dan tidak terjerumus dalam lembah kehinaan.

Dalam pandangan ekonomi syariah, orang yang memperoleh harta dituntut agar memperhatikan segi kehalalannya. Segi kehalalan tersebut bisa dilihat dari tiga aspek; pertama, halal materinya, kedua, halal cara memperoleh dan mengolahnya, ketiga, halal dalam memanfaatkannya. Ketiganya harus terpenuhi dalam harta yang halal. Sedangkan dalam meraih kedudukan, penghargaan diberikan kepada orang yang memperoleh kedudukan dengan benar dan didasarkan pada kemampuan dan prestasi yang pernah diraih dalam kehidupan

Untuk tetap menjaga amanah yang dijalankan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan agar tidak terjerumus untuk melakukan kerusakan terhadap amanah yang diterima, di antaranya; pertama, melandasi segala kegiatan yang dilakukan dengan iman, takwa, dzikir dan bersyukur. Agar manusia selalu bersikap waspada terhadap apa yang menjadi kemurkaan Allah. Kedua, memandang bahwa status dan profesi yang digeluti merupakan amanah sehingga manusia bisa menunaikan tanggung jawabnya dengan baik. ketiga, sadar bahwa akan ada pertanggungjawaban mutlak di akhirat atas tindakan yang dilakukan didunia. Kesadaran tersebut akan menimbulkan sikap hati-hati dalam menjalankan segala hal.

Dengan memperhatikan tiga hal di atas, diharapkan manusia dapat mengontrol tindakannya di bidang apapun. Agar apa yang dilakukan tidak mendatangkan suatu malapetaka, kerusakan, dan  kemurkaan Allah.

Semoga Bermanfaat!

 

DAFTAR PUSTAKA

Nuruddin, Amiur. 2010. Dari Mana Sumber Hartamu?. Jakarta. Penerbit Erlangga

Al-Djufri, Salim Segaf. 2005. Islamic Business Strategy for Entrepreneurship. Jakarta. Zikrul Hakim

Izzan, Ahmad. 2006. Referensi Ekonomi Syariah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta. Penerbit Erlangga

Hasan, Ali. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta. Pustaka Belajar

 

Ikuti tulisan menarik Masa Depan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu