x

BEM Jogja Gelar Aksi Selamatkan Pendidikan dari Radikalisme. TEMPO/Hand Wahyu

Iklan

margaretha diana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masihkah Jogja Berhati Nyaman?

Banyaknya kasus intoleransi menjadi pertanyaan untuk validitas slogan kota Jogja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berkaca pada banyaknya kasus intoleransi yang terjadi di Jogjakarta beberapa waktu terakhir ini, seolah-olah menjadi pertanyaan tersendiri, bagi slogan kota tersebut. Ya, selama ini, kota Jogjakarta terkenal dengan slogan Jogja Istimewa, Jogja Berhati Nyaman. Namun, slogan sepertinya hanya tinggal slogan semata. Karena di berbagai pojok kota, ancaman perpecahan mulai mengintai masyarakat yang awalnya damai sentosa ini.

Mulai dari cerita ibadat dan doa lingkungan di kawasan Sleman yang dirusuh orang dengan membawa embel-embel ormas keagamaan. Yang berakhir ricuh karena ada korban luka yang harus dibawa ke rumah sakit. Padahal acara doa bersama itu, merupakan kegiatan rutin, yang biasa dilakukan, tanpa adanya keanehan. Akhirnya, doa bersama tersebut dibubarkan, dengan meninggalkan tak hanya luka fisik, tapi juga luka di hati.

Lalu kemudian peristiwa dihancurkannya patung di titik nol kilometer, yang katanya menyalahi kaidah agama. Padahal patung tersebut, tak hanya menjadi ciri keberagaman, namun juga sebuah karya seni yang luar biasa, yang mencerminkan kota Jogja sebagai kota dengan kebudayaan dan cita rasa seni yang tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga beberapa minggu lalu, ada lagi kejadian yang membuat prihatin. Yaitu dibubarkannya kegiatan bakti sosial gereja Katolik di daerah Bantul, oleh ormas keagamaan dengan tuduhan bahwa baksos tersebut memiliki niat implisit Kristenisasi. Yang kemudian memancing reaksi dari banyak pihak, karena statement Sultan Hamengkubuwono X, sebagai pemimpin kota gudeg tersebut, yang justru menyalahkan penyelenggara baksos.

”Mbok baksos itu nggak usah mengatasnamakan gereja, kan (persepsinya) jadi lain.”

Sebuah pernyataan yang konyol, mengingat yang namanya baksos atas nama gereja, justru sudah menjadi agenda setiap tahun. Dan setiap tahun pula, acara bakti sosial tersebut membawa nama gereja, karena misinya jelas, selain berbagi kasih, juga berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan, tak terbatas pada umat agama yang sama atau suku yang sama, tapi siapa saja tanpa imbal balik apapun.

Belum reda peristiwa baksos di Bantul, pagi tadi, gereja St Lidwina di Sleman, geger. Karena sejatinya misa Minggu pagi yang sedang khidmat dilaksanakan, dirusuh oleh pemuda bernama Suliyono yang membawa pedang, masuk ke dalam gereja. Pemuda yang belum diketahui kewarasannya tersebut, tak hanya merusuh, tapi juga melukai beberapa jemaat gereja dengan sabetan pedangnya. Tak hanya umat, melainkan juga Romo Prier, Romo Karl Edmund Prier SJ, seorang romo sepuh yang berasal dari Jerman, dilukai kepalanya. Tercatat ada 4 orang korban dengan luka serius di dan harus mendapatkan perawatan intensif akibat penyerangan tersebut.

Peristiwa-peristiwa di atas, kembali memunculkan pertanyaan berkaitan dengan slogan kota Jogja yang berhati nyaman. Akankah Jogja akan terus nyaman, jika sang Sultan terus hanya diam menyaksikan banyaknya ketimpangan dalam toleransi?

Dan ya, khususnya peristiwa tadi pagi, menciderai hasil Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa yang dilaksanakan sejak hari Sabtu sore di Istana Negara Bogor. Hasil musyawarah yang menghasilkan 6 rumusan etika kerukunan yang penting ditaati oleh umat beragama, seolah hanya menjadi catatan diatas kertas saja tanpa implementasi di masyarakat.

Mungkin benar apa yang dikatakan Jonathan Swift, ”Kita punya agama yang cukup untuk membuat kita membenci, tapi tak cukup untuk membuat kita mencintai..”

Ikuti tulisan menarik margaretha diana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu