Kartun Tempo Itu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKartun di media menjadi semacam jeda di tengah berita-berita ruwet dan pelik. Senjata efektif melawan kekuasaan yang otoriter.
MEDIA massa memerlukan kartun untuk melemaskan ketegangan-ketegangan dalam berita di halaman utama. Karena itu lembar kartun biasanya menyapa pembaca sebelum mereka memasuki pagina-pagina berita yang mungkin saja tegang karena berisi pengungkapan skandal korupsi yang pelik, analisis ekonomi yang ruwet, atau reportase atas realita yang memualkan.
Di Tempo, lembar Kartun biasanya ada di halaman 10, dari sekitar 100 halaman per edisi. Mengambil separuh halaman, Kartun persis berada setelah pagina Daftar Isi dan Surat Pembaca. Ia berbagi ruang dengan rubrik Indikator, yang mengabarkan statistika hasil survei tentang sebuah isu di web Tempo.co.
Sejak 1977 hingga 2014, penggambar kartun di rubrik ini adalah Prijanto Sunarto atau Pri S, seorang doktor seni rupa pengajar di Institut Teknologi Bandung. Pak Pri meninggal pada 17 September 2014 di Rumah Sakit Boromeous Bandung. Sejak itu kartun beralih ke tangan Yuyun Nurrachman, kartunis yang sebelumnya lebih banyak menggambar untuk Koran Tempo.
Sama seperti Pak Pri, kartun Yuyun juga lucu dan usil, parodi atas kejadian sehari-hari yang aktual atau komentar atas peristiwa-peristiwa yang menyita perhatian orang banyak.
Karena kartun bagian dari halaman-halaman berita di Tempo, seperti semua produk yang tayang di majalah Tempo yang harus melewati penyuntingan, mula-mula Yuyun menggambar oret-oretan sketsa. Laki-laki gondrong yang suka minum kopi sore-sore sambil melamun ini biasanya menyodorkan dua-tiga gambar konsep untuk dipilih redaksi. Umumnya lucu dan nyeleneh. Jika ia kehabisan ide, Yuyun tak sungkan minta gagasan untuk dibuatkan gambarnya.
Tak jarang, dua-tiga sketsa Yuyun ditolak anggota majelis redaksi, karena ide dan informasinya terasa basi. Lalu ia menggambar lagi, disodorkan lagi, ditolak lagi, digambar lagi. Begitu seterusnya sampai anggota sidang itu sepakat pada sebuah gambar untuk tayang di edisi berikutnya.
Jika ide setiap orang mentok dan tak ada suara mayoritas terhadap sebuah gambar, biasanya pemimpin redaksi yang memilihkan sebuah sketsa gambar untuk ditayangkan karena jam tenggat sudah tiba. Tapi Arif Zulkifli rasanya jarang, atau tak pernah, memakai hak veto ini. Jika pun Yuyun menggambar ide Arif, itu semata karena idenya bagus, bukan karena ia pemimpin redaksi.
Apakah Yuyun bisa menolak ide dari orang redaksi? Bisa. Ia juga punya hak sama seperti anggota majelis yang lain. Tentu saja harus dengan alasan agar orang lain tahu mengapa ia menolak ide atau gagasan itu. Demikianlah, kartun di majalah Tempo diproduksi. Ia lahir dari rembukan, ide banyak orang, gagasan semua orang yang punya hak sama untuk mengajukannya, yang kemudian ditafsirkan Yuyun dalam bahasa gambar. Termasuk kartun “jahat tak jadi pulang” pada edisi 26 Februari 2018 itu.
Maka ketika Arif berpidato di mobil komando di depan massa Front Pembela Islam yang berdemo pada 16 Maret 2018 karena mengaku tersinggung atas kartun tersebut, ia mengatakan bahwa ia yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap gambar tersebut. Karena ia bagian dari halaman-halaman di majalah Tempo, kartun Yuyun dan semua gambar karya para perupa di Tempo adalah produk jurnalistik.
Tulisan ini sudah ditayangkan di blog pribadi catatan iseng
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Oligarki di Sekitar Jokowi
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKartun Tempo Itu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler