x

Iklan

Aisyah Safitri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hutan Butuh Uluran Tangan

Lokasi: TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser) – Hutan Primer, Restorasi Cinta Raja III

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak orang sering mendengar kata “hutan” namun tidak paham dengan makna “hutan” sebenarnya. Hutan adalah satu komponen penting di muka bumi ini. Bahkan, para dokter di Jepang bukan memberi obat – obatan kepada pasien, malah menerapkan pengobatan “Shirin Yoku” yang artinya menyarankan pasien untuk pergi ke hutan dan menyatu di dalamnya (Nasdaily.2018). Terkadang keberadaan hutan sering terlupakan dengan seiring perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang menuntut bahwa uang adalah segalanya. Sehingga banyak orang yang menebanginya tanpa aturan. Mungkin banyak orang yang lupa dengan pepatah yang menyatakan  bahwa “Ketika pohon terakhir telah ditebang, ketika sungai terakhir telah kering, ketika ikan terakhir telah mati. Maka manusia baru sadar uang tidak bisa dimakan”. Pepatah tersebut nyata adanya dan saat ini terjadi perlahan – lahan.

Isu lingkungan termasuk mengenai hutan sangat marak diperbincangkan. Begitu banyak pro dan kontra yang terjadi hingga saat ini. Namun, tidak ada gunanya jika mengutuki kesalahan yang terlanjur terjadi. Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Ayo, mari bertindak!

Aksi apa yang harus dilakukan? Restorasi! Ya, restorasi bukan hanya sekedar kegiatan menanam. Restorasi mempunyai tahap tersendiri agar restorasi tersebut  menjadi berhasil. Adapun tahap dari restorasi tersebut adalah:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-          Pra Restorasi:

  1. Pemetaan wilayah yang hendak direstorasi
  2. Analisis vegetasi
  3. Survey Mother Tree
  4. Berdiskusi dengan masyarakat
  5. Sosialisasi dan kesadaran

-          Restorasi:

  1. Nursery: Pengambilan biji atau bibit dan kotoran hewan sebagai pupuk dari hutan
  2. Monitoring

-          Pra- Restorasi:

  1. Satwa liar sudah ada yang kembali
  2. Pohon primer sudah dapat menaungi

 

Tahap pra-restorasi merupakan awal dari segala tahap keseluruhan untuk melakukan restorasi. Kegiatan pre-restorasi awali dengan pemetaan. Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa luas daerah yang akan direstorasi. Selanjutnya adalah analisis vegetasi. Analisis vegetasi ini bertujuan untuk mengetahui susunan atau jenis tumbuh – tumbuhan yang ada pada hutan primer. Untur keperluan vegetasi diperlukan data – data jenis, diameter, dan tinggi untuk menentukan indeks nilai dari penyusun jenis tumbuhan hutan tersebut. Setelah melakukan analisis vegetasi, dilakukan survey mother tree. Survey mother tree dilakukan untuk menentukan jenis pohon apa saja yang sudah lama hidup di hutan primer tersebut. Ketika sudah menemukan mother tree dari hutan primer, maka tahap selanjutnya adalah menemukan bibit yang sama dengan spesies dari mother tree tersebut. Setelah melakukan pengumpulan bibit, maka ada baiknya untuk melakukan komunikasi dengan penduduk sekitar. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk local adalah penduduk yang harus paham mengenai manfaat hutan tersebut sehingga mereka tidak dibodohi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, diadakan sosialisasi dan membangun kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya hutan.

Langkah berikutnya adalah restorasi yaitu pengumpulan biji atau pun bibit kecil yang tumbuh liar di hutan primer. Tidak hanya biji dan bibit yang dikumpulkan, tapi juga kotoran hewan. Kenapa harus mengumpulkan kotoran hewan. Karena kotoran hewan adalah pupuk alami yang membuat tumbuhan di hutan primer dapat hidup. Oleh karena itu, untuk menciptakan hutan kembali ada baiknya mengikuti pola yang ada di hutan primer. Setelah bibit dan biji trkumpul, maka bibit dan biji yang terkumpul di letakkan dalam polibek. Biasanya ketika melakukan kegiatan ini, para warga sekitar juga turun tangan ikut membantu dan mereka juga diberi sejumlah uang karena rela menyisihkan waktunya demi kesuksesan restorasi ini. Setelah beberapa minggu bibit sudah cukup mulai dewasa, maka bibit tersebut akan dipindahkan ke lahan yang sudah disediakan untuk tempat restorasi. Dalam masa pertumbuhan tersebut, bukan berarti tumbuhan itu dibiarkan begitu saja. Lantas? Apa yang harus dilakukan? Iya, yang dilakukan adalah monitoring. Kegiatan monitoring ini bertujuan agar bibit yang disemai bisa berumur panjang tanpa adanya gangguan. Salah satu cara monitoring yang biasanya dilakukan adalah memotong rumput yang hidup disekitar bibit tersebut.

Langkah terkahir adalah pra – restorasi. Dalam langkah ini sebaiknya menyiapkan beberapa camera track yang dipasang di beberapa tempat sehingga dapat dipanntau hewan apa saja yang sudah kembali masuk ke dalam lahan yang sudah direstorasi tersebut. Masuknya hewan ke dalam lahan yang telah direstorasi merupakan salah satu tolak ukur bahwa restorasi tersebut dikatakan berhasil. Dan, tolak ukur yang lain adalah ketika tumbuhan – tumbuhan primer sudah tumbuh besar dan dapat menaungi tumbuhan – tumbuhan sekunder.

Restorasi ini seyogyanya bukan hanya dilakukan terhadap hutan yang gundul ataupun rusak. Naumun juga ketika sebuah lahan yang seharusnya menjadi bagian dari Taman Nasional malah disalahgunakan sebagai perkebunan sawit. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sawit belum bisa dihapuskan secara total dari Indonesia. Karena masih banyak pihak yang  membutuhkan hasil olahan sawit. Namun, ada baiknya juga bahwa perkebunan sawit itu tidak mengganggu kawasan hutan yang sudah ada. Seperti yang telah diketahui bahwa keberadaan sawit sangat mengancam lingkungan. Hal itu dampaknya bukan hanya dirasakan oleh manusia tapi juga hewan. Banyak hewan yang kehilangan tempat tinggal karena populasi hutan yang menipis. Akhirnya he was – hewan liar tersebut mencari tempat tinggal yang lain, seperti rumah – rumah warga. Dan, akhirnya penduduk membunuh hewan – hewan liar tersebut karena dianggap meresahkan masyarakat. Namun, nyatanya tidak seperti itu. Manusia terlalu serakah, hanya menuruti keegoisannya tanpa memikirkan tampaknya kelak. Padahal, tampak yang ditimbulkan sangat berbahaya antara lain; suhu bumi yang kini semakin meningkat, struktur tanah yang semakin tandus, persediaan air yang semakin menipis, serta terancam punahnya beberapa flora dan fauna yang layaknya mereka harus mendapat perlindungan.

Untuk kawasan Sumatera Utara, ada beberapa NGO ( Non Government Organization) yang sangat peduli terhadap lingkungan. Salah satunya yaitu OIC (Orangutan Information Centere). OIC berhasil mengajak banyak orang baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk peduli terhadap lingkungan. OIC juga aktif mengajak beberapa komunitas untuk terlibat langsung dalam menyelamatkan hutan, salah satunya komunitas youth4youth_medan yang terbentuk dibawah naungan HII (Hutan Itu Indonesia). Kerja sama antar komunitas maupun banyak orang memang sangat perlu diadakan karena untuk menyelamatkan planet ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu orang tetapi setiap orang. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama mulai menjaga lingkungan dari diri sendiri dan terus menginspirasi mulai detik ini.

Ikuti tulisan menarik Aisyah Safitri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini