x

Iklan

Tommy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Budaya Literasi Sekolah Avicenna Jagakarsa

Budaya Literasi kepada Siswa di Sekolah SMA Avicenna Jagakarsa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keberhasilan bangsa terlihat dari kualitas sumber daya manusianya, sumber daya yang berkarakter unggul merupakan asset bagi bangsa. Semua negara memiliki asset tersebut, namun hanya beberapa negara yang mampu mempertahankan kuantitas dan kualitas asset tersebut. Dari masa ke masa asset ini terus mengalami penurunan, hal ini dapat terlihat dari jumlah pengunjung di ruang ruang perpustakaan yang tergolong sepi. Masalah ini menjadi keprihatinan dan tanggung jawab bagi semua pihak, karena ‘kemauan’ untuk membaca menjadi suatu yang ‘mewah’ dan hanya diakses oleh sebagian kecil dari generasi muda. Generasi muda saat ini dikategorikan sebagai generasi milenial, generasi milenial ialah generasi yang modern dan sangat dekat dengan teknologi. Generasi milenial terbentuk karena globalisasi yang sampai ke seluruh negara di seluruh dunia. Namun penyebaran teknologi yang mutakhir yang dibawa melalui proses globalisasi tidak diimbangi dengan kemampuan yang memadahi dari aspek pengetahuan, sehingga secara sosiologis disebut cultur lag.

Cultur lag diawali dari cultural shock, hal ini karena generasi muda tidak mampu mengimbangi kemampuan dirinya dengan perkembangan teknologi. Kemampuan yang tidak sejalan dengan teknologi ini merupakan akibat dari kemampuan adaptasi generasi muda yang sangat rendah terhadap perubahan sosial yang terjadi.  Dapat dikatakan generasi kita belum mampu keluar dari comfort zone yang ‘menina bobokan’ kita bertahun-tahun lamanya. Hal ini merupakan masalah yang timbul dari faktor diri sendiri. Kemampuan adaptasi kita rendah dikarenakan konvensional cara berpikir kita. Cara berpikir yang konvensional bukti bahwa tingkat pengetahuan kita juga masih konvensional. Oleh karena itu perlu meningkatkan pengetahuan diri sebagai modal untuk mampu berpikir secara modern dan mampu beradaptasi dengan perubahan dunia yang begitu cepatnya.

Meningkatkan pengetahuan bukanlah hal yang sulit, pengetahuan sangat mudah diakses pada masa kini. Berbagai media baik cetak maupun elektronik berada dalam genggaman kita sehari-hari. Terlebih bagi kita warga sekolah, sekolah sebagai lembaga pendidikan menyediakan segala pengetahuan yang sifatnya teoritis, afektif sampai pada psikomotorik. Pada tingkat makro, bahkan negara melalui kebijakannya membuat program peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk ‘mengenyam’ sekolah. Tujuannya ialah untuk mengentaskan masalah buta huruf. Hal ini berarti bahwa melek huruf merupakan kewajiban bagi seluruh warga di Indonesia. Pemerintah tidak main-main dalam mengatasi masalah buta huruf dengan membuat kebijakan dalam konstitusi tahun 2002, pasal 31 yang berbunyi bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran untuk pendidikan, aturan ini diperkuat dengan terbitnya UU Pendidikan yang di amandemen pada tahun 2003.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berbagai inovasi yang mendukung kemajuan pendidikan dilakukan, adapun yang terbaru yang termuat dalam kurikulum 2013 yang disempurnakan salah satunya ialah gerakan literasi. Literasi bukan hanya sebuah program tapi menjadi sebuah gerakan yang dicampaignkan di seluruh penjuru Indonesia di semua level pendidikan.  Literasi menjadi pokok perhatian pendidikan pada abad 21 kini. Oleh karena itu setiap penyelenggara pendidikan baik formal, informal dan nonformal diminta untuk melakukan controlling dalam pelaksanaan gerakan literasi di tingkat satuan pendidikannya masing-masing.

Gerakan literasi pun digaungkan di Sekolah Avicenna, dengan berbagai metode. Metode konvensional dan metode modern digabungkan untuk mengakomodasi gerakan literasi. Tujuannya ialah menumbuhkan semangat generasi muda untuk gemar membaca. Generasi milenial yang tidak hanya menguasai teknologi tetapi lebih dari itu mampu menguasai dunia dengan membaca.

Sosialisasi Gerakan Literasi untuk Membentuk Budaya Membaca pada Siswa SMA Avicenna Jagakarsa

Sosialisasi merupakan cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membentuk budaya membaca. Sosialisasi adalah pengenalan nilai dan norma secara kontinyu. Tujuan literasi bukan hanya menjadi sebuah gerakan tetapi diharapkan mampu terinternalisasi ke dalam diri siswa sehingga membentuk budaya. Tentu butuh waktu yang panjang, dan pengawasan yang ketat dari seluruh stakeholder yang terkait. Adapun sosialisasi yang dilakukan sekolah include dalam proses pembelajaran, setiap guru wajib untuk mewadahi siswa untuk membaca.  Pada tahap pertama, setiap siswa bebas memilih untuk membaca apa saja yang ia sukai, misalnya komik, novel, atau cerita fiktif lainnya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan gairah siswa untuk memulai membaca.

Tahap kedua, siswa didorong untuk membaca bacaan yang memiliki tingkat penalaran lebih tinggi, yakni membaca buku pengetahuan. Membaca pengetahuan dilakukan oleh siswa selama di rumah ataupun juga siswa diberikan waktu selama 10-15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Secara berkala siswa juga diajak ke perpustakaan untuk membaca koran, sehingga siswa mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Berikut adalah potret kegiatan siswa pada tahap kedua.

Media seperti koran dan sarana pembelajaran seperti ruang perpustakaan harus terpenuhi untuk mewadahi siswa dalam melakukan pembiasaan. Hal ini agar siswa tidak merasa bosan dalam membaca. Siswa dapat membaca koran, agar memperoleh pengetahuan yang luas dan mampu berpikir secara kritis mengenai fenomena yang terjadi baik di bidang sosial, ekonomi, kesehatan, politik, olahraga bahkan hiburan. Selain itu juga siswa diminta untuk menanggapi berita yang dimuat di koran, siswa ‘dipancing’ untuk mengemukakan argumennya bahkan diarahkan untuk memberikan keberpihakan/ pro atau penolakan/ kontra dalam tulisan yang disajikan di koran melalui kliping.

Tahap ketiga ialah menulis, bukti penyelenggaraan program literasi ialah tulisan. Tulisan menjadi sebuah bukti fisik bahwa siswa memiliki beragam pengetahuan yang mampu dikemukakan dengan bahasa tulisan. Kegiatan menulis dapat dilihat dari gambar berikut. 

Kegiatan menulis diatas merupakan kegiatan yang diawali dengan menonton cuplikan video mengenai eksploitasi sumber daya alam di tanah Papua, siswa sangat antusias dan serius mengemukakan cara pandangnya setelah melihat fenomena faktual yang terjadi di Tanah Papua. Tahap ketiga ini mungkin terlihat berbeda dari dua tahap sebelumnya, dimana siswa tidak membaca terlebih dahulu, tetapi siswa menulis dengan diawali menonton. Setelah menonton dan menuliskan, siswa justru tertarik untuk membaca lebih jauh mengenai ‘tontonan’ yang telah mereka tonton. Hal ini dilakukan sebagai kegiatan yang variatif dari gerakan literasi, karena literasi yang sekolah Avicenna bangun ialah budaya membaca,  dengan  pola sebagai berikut.

Membaca dan menulis adalah suatu ikatan yang tidak bisa dipisahkan, menulis tanpa membaca sama seperti membaca tanpa menulis. Menulis adalah intisari dari apa yang kita baca, karena tanpa membaca kita tidak akan mampu menulis. Membaca tidak mululu dalam bentuk tulisan, tetapi bisa saja dalam bentuk lain yakni membaca realitas sosial yang terjadi di masyarakat melalui observasi atau menyaksikan fenomena yang terekam dalam video ataupun gambar/ foto. Begitu juga membaca tanpa menulis, pengetahuan yang kita miliki akan mudah lari atau kita lupakan. Warisan tulisan dari para penulis terdahulu menjadi petunjuk ilmu bagi generasi sekarang, oleh karena itu kita perlu menumbuhkan budaya literasi agar menjadi generasi yang literat, yang mampu menjadi petunjuk ilmu bagi generasi yang akan datang.

Karya tulis merupakan hasil ‘besar’ siswa Avicenna dalam menjalankan gerakan literasi. Hal ini sudah membudaya karena sudah berlangsung sejak sekolah berdiri yakni pada tahun 2002 sampai pada saat ini. Program karya tulis merupakan program Kurikulum SMA Avicenna, yang berdiri di luar pembelajaran namun masih terintegrasi dengan mata pelajaran di sekolah. Program kurikulum berjalan berkat bimbingan dari para Bapak/Ibu guru selaku pembimbing siswa. Proses pembimbingan dilakukan selama satu semester, khusus program karya tulis hanya diperuntukan bagi siswa kelas XI. Siswa kelas XI didampingi dari membuat tema penelitian, membuat draft penelitian, pengumpulan data, analisa data sampai pada kesimpulan dan saran. Tahap terakhir ialah pengujian atau dikenal dengan sidang karya tulis, di dalam sidang siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya dan mempertanggung jawabkan apa yang telah ditulisnya melalui proses tanya jawab. Setelah dinyatakan lulus, hasil karya tulis siswa di cetak dan memenuhi rak-rak perpustakaan Avicenna.

Seluruh program baik yang include maupun exclude sebagai upaya membentuk budaya membaca tidak berjalan dengan mudah, banyak sekali hambatan didalamnya. Namun segala hambatan bisa diatasi dengan melakukan pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh seluruh stakeholder.

Dapat dibayangkan bagaimana generasi mendatang hidup tanpa bacaan, karena minimnya penulis yang menuangkan pengetahuannya. Negara akan semakin mengalami kemunduruan, karena generasinya yang tidak unggul. Budaya membaca harus tetap dibangun di setiap pojok kehidupan, apalagi pemerintah sudah memberikan perhatian lebih untuk generasi muda atau siswa sekolah untuk membaca. Oleh karena itu mari setiap individu kita menghidupkan gerakan literasi agar membentuk diri yang unggul dan mampu berpikir kritis dan mampu bersaing.

Membaca ialah jendela dunia, moto tersebut sudah diperkenalkan oleh guru-guru kita sejak Sekolah Dasar. Dengan membaca kita mampu memandang dunia lebih luas, sehingga memiliki multi paradigma, dan yang utama ualah tidak terbawa dan mudah percaya dengan berita “Hoax” yang berkembang saat ini. Perkembangan berita hoax merupakan gambaran jelas bahwa generasi saat ini minim sekali pengetahuan, sehingga mudah terprovokasi tanpa mencari tahu lebih dalam mengenai kebenaran berita tersebut.  

 Oleh : Atik Kurniawati, M.Pd - Guru Sosiologi SMA Avicenna Jagakarsa

 

 

Ikuti tulisan menarik Tommy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu