Di tahun politik ini bias dan subjektifitas itu tidak terhindarkan. Perbedaan pilihan politik membuat kita sulit untuk bertindak adil sejak dari pikiran. Yang merasa masih netral pun sulit untuk objektif, apalagi yang sudah mengambil sisi, lebih lagi yang sudah jadi tim hore.
Sebagai pribadi saya cukup kenal bang Dahnil Anzar dan Ahmad Fanani juga track recordnya. Agak sulit percaya berita soal Kemah Pemuda Islam yang lagi heboh saat ini. Bodoh dan tidak masuk akal bagi Pemuda Muhammadiyah dan jajarannya yang selama ini bergandengan tangan dengan elemen lain macam Indonesia Corruption Watch yang mempromosikan anti korupsi dan good governance untuk secara sengaja mengkhianati perjuangannya sendiri.
Jikapun ada kesalahan seperti perubahan pelaksanaan kegiatan saya kira kalau mau jujur ditelusuri jangankan Pemuda Muhammadiyah dan GP Anshor, nyaris semua OKP yang suka lalu lalang di gerbang pemuda berisiko kena kasus beginian. Dan yakin lebih banyak ormas pemuda yang suka 'goreng-menggoreng' dana Kemenpora di luar sana. Bahkan dengan kegiatan hanya di atas laporan.
Agak sulit juga untuk tidak melihat kejadian ini tidak terkait dengan potongan kasus lain macam kasus Novel Baswedan, KPK vs Polri, Pilpres 2019, dan Timses macam-macam. Ini subjektif juga. Aroma kental kasus ini tidak hanya soal hukum atau maladministrasi, tapi ada aura kampanye dan politik.
Semoga bisa dilewati dengan baik proses ini. Semoga Pemuda Muhammadiyah, GP Anshor, Dahnil dan Yaqut bisa melewatinya dengan baik. Dan semoga Polri juga bisa memproses dengan adil. Ini mimpi.
Ikuti tulisan menarik Deni Wahyudi Kurniawan lainnya di sini.