x

Iklan

Bung Saja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kisah Kasih Kopi dan Pemikir Dunia

Kopi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebiasaan ‘ngopi’, sejak dahulu memang menjadi kebiasaan yang menarik. Banyak cerita di balik biji hitam pekat yang khas ini. Bahkan, kebiasaan ini sudah menjadi kebudayaan yang sampai saat ini masih eksis. Ngopi selalu menjadi hal yang menarik di sela-sela kesibukan kita, serta untuk melepas penat hidup yang terasa.

Untuk mereka yang belajar sejarah dunia, tentu akan mengerti bahwa budaya ngopi merupakan salah satu kebiasaan yang tidak dipisahkan dari pergeseran sejarah. Di Inggris atau Perancis misalnya, warung-warung kopi menjadi tempat yang asyik untuk mengobrol mengenai filsafat maupun tentang sistem politik yang berkembang kala itu. Banyak kalangan cerdik cendikia yang sengaja datang untuk duduk, menikmati secangkir kopi, dan bincang-bincang tentang hal apapun.

Tokoh-tokoh besar dunia pun, banyak sekali yang melewati hari-harinya dengan meminum kopi. Bahkan, ada pula yang sampai menghabiskan 40-50 cangkir kopi setiap harinya. Luar biasa bukan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Siapakah mereka? Apakah alasan mereka sehingga begitu cinta kepada kopi? Berikut adalah informasi mengenai lima tokoh besar dunia yang sangat suka kopi serta alasan mereka mengapa begitu menyukai kopi:

1. Ludwig Van Beethoven

Komposer yang terkenal dengan temperamennya yang buruk ini memulai hari dengan persis 60 biji kopi. Tidak kurang, tidak lebih. Beethoven tidak main-main soal jumlah ‘60’ ini. Menurut penulis biografinya, Beethoven sengaja meluangkan waktu untuk menghitung dengan hati-hati demi memastikan jumlah biji kopi yang akan ia minum benar ‘60’.

2. Benjamin Franklin

Sosok di lembaran ‘100 Dollar’ sekaligus perumus Deklarasi Kemerdekaan AS ini tidak menutup-nutupi kecintaannya akan kopi. Ia menyatakan, “Dari sekian banyak kemewahan di atas meja… kopi selayaknya dianggap yang paling berharga. Kopi menimbulkan keriangan tanpa efek samping; kopi tidak pernah berujung kesedihan.”

3. Voltaire

Gagasan-gagasan ‘radikal’ akan kebebasan berbicara, kebebasan beragama, serta pemisahan institusi agama dan negara lahir dari filsuf asal Perancis ini. Jauh sebelum ada pagelaran yang sah untuk meresmikan titelnya, Voltaire sudah terlebih dulu menumpuk kebiasaan yang membuatnya layak menyandang gelar ‘duta kopi’. Tidak tanggung-tanggung, ia menenggak 40-50 cangkir kopi per hari untuk ‘stimulus pikiran dan kreativitas’. Meski ia diperingatkan oleh dokternya bahwa kecintaannya akan kopi ini dapat membunuh dirinya, Voltaire hidup sampai usia 80 tahun. Begitu ‘tengil’-nya Voltaire untuk tetap kekeuh meminum kopi, ia tercatat pernah berkata, “Kalau memang kopi adalah racun, jelas ia racun yang bekerja dengan lambat.”

4. Søren Kierkegaard

Sebagai filsuf asal Denmark yang identik dengan gagasan eksistensialismenya, Kierkegaard punya kebiasaan meminum kopi yang tak kalah ekstrem dengan Beethoven. Setiap sebelum menikmati secangkir kopi, Kierkegaard menuang segunung gula ke dalam cangkirnya sampai melewati batas bibir cangkir. Selanjutnya, ia menuangkan kopi hitam yang ‘kencang’ nan pahit untuk melarutkan tumpukan gula tersebut, perlahan tapi pasti.

5. Immanuel Kant

Terakhir dan yang terutama, tak lain dari bapak filsafat modern Imannuel Kant. Pemikiran Kant menjadi dasar sejumlah pemikiran dalam filsafat modern, namun ia lebih dikenal sebagai sosok yang memulai Abad Pencerahan dengan mencetuskan semangat ‘Sapere Aude’. Semangat ‘berani berpikir sendiri’. Rutinitasnya minum kopi Kant umum saja, yakni secangkir kopi tepat sesudah makan malam. Namun Kant punya tuntutan yang tinggi soal rutinitas ini. Apabila ia merasa bahwa ia tidak akan mendapatkan kopinya tepat waktu, ia uring-uringan dan meneriakkan agar kopinya dibawa ‘tepat di hadapanku, saat ini juga’.

Menurut penulis biografi Kant, Thomas De Quincey, para pelayan Kant akan seketika bermunculan ‘seperti anak panah’ begitu perintah tersebut diteriakkan. Lucunya, Quincey mengamati, penantian proses penyeduhan yang dilakukan secepat kilat oleh para pelayan itu tetap ‘tidak tertahankan bagi Kant’. (CHE)

Ikuti tulisan menarik Bung Saja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler