x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hoax dan Ujaran Kebencian ? Sudah Bukan Zamannya Lagi

3 kata 1 makna. "Bhinneka Tunggal Ika", berbeda-beda tapi tetap satu jua. Seperti kopi dan susu,

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

3 kata 1 makna. "Bhinneka Tunggal Ika", berbeda-beda tapi  tetap satu jua. Seperti kopi dan susu, kalimat ini benar-benar cocok dengan keragaman di Indonesia. 1.340 suku, 546 bahasa, 6 agama, 1 bangsa. Tentu semangat kesatuan inilah yang menjadi dasar kelahiran negara kita, bukan?

Kemajemukan ini membentuk keunikan sendiri bagi negara kita. Ribuan suku tersebut juga melahirkan budaya dan seni yang beragam. Acap kali hal ini menjadi alasan decak kagum dari bangsa lain. Seperti halnya pelangi yang beragam warna. Indah. Begitulah seharusnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, persatuan ini seolah mulai terkoyak. Kini, kebencian antar ras dan agama bagai minyak yang disambar percikan api. Atas nama kebebasan, persatuan pun mulai dikesampingkan. Hal ini menjadi suatu ironi, mengingat baru 74 tahun yang lalu bangsa ini berikrar dalam satu kesatuan. Ditambah lagi ikrar tersebut tercetus setelah melewati lebih dari 300 tahun masa penjajahan.

 

Pengusik persatuan bangsa zaman now

 

Pengusik persatuan bangsa zaman now,  mirisnya bukan berasal dari luar negara ini. Pengusik tersebut, tak lain tak bukan, adalah ujaran kebencian seperti hoax. Kini penyebaran hoax yang makin tidak terbendung, marak, dan tanpa ampun dapat memicu konflik di masyarakat, yang dapat menimbulkan sentimen primordial, menguatkan radikalisme. Hoax, kita tahu, disebar oleh para pendukungnya [lebih giatnya adalah buzzer] untuk memunculkan simpati, kemarahan, dan meminta dukungan dari publik atas suatu peristiwa politik atau kemanusiaan yang sedang berlangsung.

Pengusik ini pun semakin menjadi-jadi dengan adanya stimulasi dari media sosial. Sekali klik, hoax dapat langsung menyulut ribuan massa dalam hitungan detik. BOOM! Mematikan. Bisa saja suatu hari nanti Indonesia kembali dijajah akibat persatuan yang tak terjaga.

hoax yang disebar oleh pemburu kekuasaan akan terus bekerja, bermetamorfosis, berevolusi. Ia seperti virus, menjangkiti siapa saja yang tidak lagi sehat pikirannya. Hoax untuk mengejar ‘kekuasaan’ itu menyusun asumsi-asumsi yang salah di kepala orang yang dijangkitinya, membuat mereka percaya dan mendukungnya [dalam jagat media sosial orang-orang ini disebut buzzer].

Orang-orang yang mempercayai hoax bisa bertindak brutal dan biadab, menyebabkan bencana kemanusiaan. Oleh karena itu, pemupukan kembali rasa persatuan dan toleransi juga perlu dilakukan dengan mengingatkan historis masa perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Akan tetapi, kembalinya rasa persatuan juga belum cukup untuk memperkuat persatuan negara yang unik seperti Indonesia ini. Penanaman mindset dan membiasakan ujaran kebaikan wajib pula menjadi poin penting dalam paket lengkap literasi ini.

Segenap Bangsa Indonesia baiknya menjalankan satu resolusi bersama dalam mengubah tren hoax ini. Tahun politik  ini bukan lagi zamannya menyebarkan ujaran kebencian dan hoax, melainkan ujaran kebaikan. Yuk, tinggalkan kebencian, tinggalkan hoax, sebarkan kebaikan! Demi persatuan.bangsa.

 

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu