x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jangan Menyerah pada Serangan Fajar

Jangan biarkan diri kita termakan suap, apa lagi hanya seharga Rp 20 ribu untuk sebuah keputusan penting yang nanti akan ditanya di akhirat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum lama Rommy, Ketua Umum PPP terdahulu, ditangkap tangan oleh KPK, satu lagi politisi yang juga anggota DPR dari Partai Golkar ditangkap. Kejadian ini membuktikan bahwa politisi tidak kapok untuk bermain suap karena. Mungkin politisi merasa bisa bermain petak umpet dan tidak akan terendus oleh KPK. Namun, penciuman KPK rupanya kian tajam karena terasah terus oleh pengalaman.

Ada fakta yang sangat menarik perhatian dari temuan KPK berkaitan dengan penangkapan politisi Golkar ini. KPK menemukan 84 buah kardus yang berisi 400 ribu amplop—sekali lagi, bayangkan, 400 ribu amplop. Menurut KPK, amplop-amplop itu berisi uang, ada yang Rp 20 ribu, ada pula yang Rp 50 ribu. Sangat mungkin, amplop itu akan diberikan kepada rakyat pemilih demi 17 April. Artinya, inilah contoh matang persiapan ‘serangan fajar’. Bagaimana mungkin mengisikan uang ke dalam 400 ribu amplop tanpa melibatkan banyak orang? Niat banget!

Kabarnya, uang itu akan disebarkan di beberapa daerah di Jawa Tengah, khususnya di wilayah tempat politisi itu ikut pemilihan anggota DPR. Temuan ini membuktikan bahwa praktik (atau sudah jadi tradisi yang diwariskan dan ditularkan?) serangan fajar belum lagi hilang: imbauan, seruan, ajakan, hingga larangan ternyata tidak mempan untuk menghentikan niat menyogok agar memperoleh suara pemilih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Praktik bagi-bagi amplop untuk tujuan menyuap pemilih mungkin saja masih terjadi di tempat-tempat lain. Hingga sejauh ini, publik belum tahu. Apa yang dilakukan KPK boleh dianggap sebagai peringatan kepada politisi lain agar tidak melakukan suap dalam konteks pemilihan umum. Namun, peringatan ini mungkin saja tidak digubris karena banyak politisi yang mungkin beranggapan bahwa sejawat mereka yang tertangkap itu sedang apes saja.

Apakah partai politik terlibat? Atau pura-pura tidak tahu bahwa praktik semacam ini masih berjalan? Mungkin ya, mungkin pula tidak, tak bisa main tuduh. Hanya malaikat penjaga dan Gusti Allah yang tahu. Tapi, lagi-lagi, seperti James Bond yang menerima perintah rahasia dari atasan, ia selalu diingatkan untuk tidak membawa-bawa nama atasan dan lembaga jika tertangkap oleh siapapun.

Walaupun hanya satu yang sudah terungkap, tapi yang satu ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa praktik serangan fajar belum hilang. Sebagai rakyat pemilih yang tidak menjadi anggota partai, bukan politisi, juga bukan pendukung capres maupun partai tertentu, penting bagi kita untuk bersikap waspada terhadap upaya menyuap dengan cara memberi amplop, uang, mie instan, beras, atau apapun hingga ke depan pintu rumah kita. Mereka ingin mendapatkan dukungan kita, suara kita, dengan harga yang sangat murah: Rp 20 ribu. Sebagian lainnya memberi iming-iming, janji-janji, serta harapan-harapan yang kemudian akan mereka lupakan.

Jangan biarkan diri kita termakan suap, apa lagi hanya seharga Rp 20 ribu untuk sebuah keputusan penting yang nanti akan ditanya di akhirat—itu kalau Anda memercayai adanya akhirat. Setidaknya, jangan biarkan posisi kita sebagai pemilih yang diperlukan suaranya direndahkan oleh uang Rp 20 ribu, yang untuk membeli 1 kg telor ayam pun tidak mencukupi. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB