x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 9 Juni 2019 16:27 WIB

WNI Keturunan Tionghoa Dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia

Pembahasan tentang hal-hal yang mendorong dan menghambat peran keturunan Tionghoa Indonesia di bidang ekonomi dan politik Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia

Penulis: Justian Suhandinata

Tahun Terbit: 2018 (cetakan 3)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: xxvi + 434

ISBN:  978-602-03-7526-7
Ketika melihat buku ini terpampang di Gramedia Hartono Mall Solo Baru, saya segera meraihnya. Buku ini sangat menarik bagi saya. Saya berharap isi buku ini akan melengkapi pengetahuan saya tentang peranan orang Tionghoa dalam politik dan ekonomi NKRI. Apalagi buku ini disebutkan sudah cetakan ketiga. Sebuah buku dengan tema spesifik dan dicetak ulang membuktikan bahwa buku ini memang diminati banyak pihak. Maka saya pun segera membawanya ke kasir dan menebusnya.

Malam itu juga - setibanya di rumah, saya segera membacanya. Saya dibuat sangat kagum karena ada endors berhalaman-halaman dari orang-orang terkenal di negeri ini. Pemberi endors itu ada yang dari kalangan negarawan, intelektual dan tentara. Wah. Ini sebuah bukti lagi bahwa buku ini teramat penting sehingga mendapatkan perhatian dari banyak orang penting. Maka saya pun melanjutkan membacanya.

Melihat struktur buku ini, saya yakin bahwa buku ini adalah karya yang didasarkan sebuah penelitian. Sebab dalam buku ini ada tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil jajak pendapat dan kesimpulan. Saya menduga bahwa saya akan mendapatkan informasi baru tentang posisi masyarakat Tionghoa Indonesia dalam kancah ekonomi dan politik di Indonesia. Saya akan mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mendukung atau menghalangi peran masyarakat Tionghoa Indonesia dalam berkarya di NKRI.

Paparan perbandingan kondisi kehidupan masyarakat Tionghoa di beberapa negara Asean sungguh sangat menarik. Paparan tersebut bisa menjadi cara untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan kehidupan orang Tionghoa bisa membaur dan atau tidak membaur. Kita disuguhi faktor-faktor yang mendukung dan tidak mendukung orang Tionghoa menjadi bagian tak terpisahkan dari nation dimana mereka tinggal.

Dalam Tinjauan Pustaka, kasus-kasus posisi orang Tionghoa di beberapa negara Asia Tenggara ditampilkan dalam buku ini. Kutipan utama berasal dari satu atau dua sumber saja. Sumber utama yang dikutip adalah “Etnic Chinese as South East Asians” karya Leo Suryadinata dan “The Encyclopedic of the Chinese Overseas” karya Lynn Pann. Dua karya ini banyak sekali dipakai dalam Tinjauan Pustaka. Banyak pengetahuan baru yang saya dapat dari bagian ini. Informasi-informasi tersebut memperkaya pengetahuan saya tentang kiprah masyarakat Tionghoa di kepulauan selatan.

Sayangnya saya tidak menemukan kesimpulan umum dari studi kasus posisi orang-orang Tionghoa di negara-negara Asia Tenggara tersebut, kesamaan dan perbedaannya dengan kondisi di Indonesia. Sebenarnya saya berharap di akhir Tinjauan Pustaka ini bisa menemukan perumusan persoalan atau posisi etnis Tionghoa Indonesia di bidang ekonomi dan politik berdasarkan kajian/perbandingan dengan posisi mereka di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Dari perumusan masalah setelah membuat tinjauan pustaka, biasanya sang peneliti akan membuat frame work penelitiannya.

Di bagian Opini diisi oleh pendapat berbagai pakar. Salah satunya adalah paparan tentang bidang olah raga. Bidang olahraga, khususnya bulutangkis adalah bagian yang menarik yang dibahas dalam bab Opini. Memang harus diakui bahwa olahraga bulutangkis telah menjadi wadah bagi keturunan Tionghoa untuk menunjukkan baktinya kepada NKRI.

Sayang sekali dari paparan luas posisi etnis Tionghoa di negara-negara Asia Tenggara, opini dan hasil jajak pendapat kurang dipakai untuk menarik sebuah kesimpulan tentang faktor-faktor yang mendukung atau menghabat integrasi masyarakat Tionghoa Indonesia. Hasil jajak pendapat hanya dipaparkan begitu saja hasilnya dalam persentase. Hasil jajak pendapat tidak dibahas secara mendalam. Padahal jika dibahas lebih mendalam, maka hasil jajak pendapat ini bisa memberikan gambaran yang lebih detail tentang hal-hal apa yang menjadi faktor pendukung atau faktor penghambat integrasi orang Tionghoa di Indonesia, sehingga mereka bisa berperan lebih besar di sektor ekonomi, politik dan budaya.

Hal lain yang membuat saya menjadi terkejut adalah buku ini mengambil banyak sekali kutipan dari referensi yang terbatas jumlahnya. Saya semakin terkejut ketika membaca di bagian catatan kaki banyak tertulis “alinea ini dikutip sepenuhnya dari XXX halaman hh.” Bahkan di beberapa bagian buku ini, kutipannya begitu panjang sampai beberapa halaman. Namun setidaknya sang penulis secara jujur menyampaikan bahwa apa yang disajikan adalah kutipan-kutipan.

Model pengutipan seperti ini adalah tidak umum. Dalam tinjauan pustaka biasanya sang peneliti/penulis akan mengambil berbagai pendapat/pemikiran sebagai landasan berpikirnya. Namun dalam buku ini saya tidak melihat hal yang demikian. Kutipan-kutipan pada umumnya hanya diambil dari satu dua sumber dan tidak ada satu pun yang mengarah kepada alur posisi sang penulis/peneliti dalam menyikapi sebuah topik yang dibahasnya.

Semoga di edisi keempat, buku ini bisa tampil lebih rapih dan memberi kesimpulan yang lebih mendalam.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler