Untunglah teman-teman di Jakarta pada demonstrasi, ngepung Dewan Perwakilan Rakyat. Saya melu, eh ikut, juga teriak-teriak, tapi di rumah sambil nonton tv. Mendukung mereka dari jauh, pakai doa. Semoga Pak Jokowi luluh hatinya. Kalau bisa Pak, jangan cuma menunda RUU KUHP, RUU Permasyaratan, dan lain-lain itu.
Undang-undang KPK kudunya dibatalkan. Dicabut. Pakai Perpu atau apa terserah. Bagi saya KPK hebatlah. Banyak menangkap maling-maling duit negara. Kalau maling negara ditangkapi, pejabat yang maling akan takut, paling gak mikir. Duit negara juga aman.
***
Maka, kita-kita benar gak habis pikir, bagaimana KPK bisa dianggap menghambat investasi. Bingung. Pikiran gitu gak milenial blas. Dengan ada KPK duit negara aman. Duit investasi asing pun amanlah, gak habis buat mengurus perizinan yang dibikin mahal, atau mungkin menyogok. Logikanya investor malah nyaman.
Lalu, ada juga yang bilang, korupsi adalah oli pembangunan. Kalau ada salah, ada politikus yang bilang begitu. Duh, makin gagal paham. Mungkin maksudnya, anggaran cepat turun, bisa dibagi, dibikin proyek cepat-cepat. Main terabas sedikit boleh. Terus, pejabat politikus kebagian juga.
Masa gitu cara mikirnya ya. Kalau kita-kita semua, seluruh rakyat, semua bisa korupsi, gak apa apa sih. Adil. Kebagian semua. Lah, ini yang korupsi kan Bapak-bapak dan ibu-ibu yang punya posisi di negara.
Kalau main cepat bisa juga dengan cara bersih kok. Asal bikin aturan main yang jelas. Dilelang dengan transparan. Lamban karena mental kita saja. Kalau gak kebagian ..gak mau kerja…. Repot kalau begitu. Loh, katanya dulu mau revolusi mental. Seharusnya ya bisalah pembangunan lancar tanpa korupsi.
***
Nah, Pak Jokowi mau ke arah mana sekarang. Bapak Ibu DPR juga. Mau mundur lagi ke zaman ketika ‘korupsi jadi oli pembangunan' atau melangkah alon tapi pasti ke arah seperti negara maju. Kita-kita bingung, kalau gak jelas. Kuliah capek, belajar capek. Kepikiran negara yang gak jelas, makin capek.
Ikuti tulisan menarik Andin Safana lainnya di sini.