x

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) memperkenalkan calon-calon wakil menteri Kabinet Indonesia Maju sebelum acara pelantikan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019. ANTARA

Iklan

Andi Pujipurnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Oktober 2019

Kamis, 31 Oktober 2019 18:52 WIB

Inikah Gesekan yang Bisa Memicu Jokowi Rombak Kabinet Lagi

Kabinet baru yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo menyimpan banyak masalah. Itu sebabnya banyak pengamat politik yang memprediksi: Jokowi akan merombak lagi kabinet itu pada awal tahun depan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kabinet baru yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo menyimpan banyak masalah.  Itu sebabnya banyak pengamat politik yang  memprediksi: Jokowi akan merombak lagi  kabinet itu pada awal tahun depan.

Jokowi sendiri tampaknya juga memberikan  ruang terhadap kemungkinan itu.  Ia sering mengatakan akan mengganti  menteri atau pejabat yang tidak serius bekerja.  Inilah sederet gejala  yang bisa mendorong perombakan kabinet  lebih awal.

1.Manuver  Nasdem
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh  mulai  melakukan manuver yang menarik.   Ia  menemui  Presiden  Partai  Keadilan Sejahtera di kantornya. Paloh bahkan membuka kemungkinan bergandengan tangan dengan PKS dalam mengkritisi pemerintah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 “Bukan masalah ada kemungkinan akan berhadapan dengan pemerintah atau tidak. Seluruh kemungkinan kan ada saja,” kata Paloh di kantor Dewan Pimpinan Pusat PKS, 30 Oktober 2019. Ia juga menyatakan meski NasDem mendukung pemerintah, ia meyakini bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan check and balances.

Boleh dibilang, manuver  seperti itu tidak bisa dilepaskan dari kekecewaan Nasdem terhadap  proses pembentukan kabinet.  Saat ini Nasdem mendapat  jumlah kursi menteri yang sebetulnya hampir sama dengan periode lalu. Hanya,  Nasdem kehilangan  kursi Jaksa Agung  yang sebelumnya dipegang oleh kader partai ini.

Bergabungnya Gerindra di kabinet  juga membikin posisi Nasdem  menjadi kurang dominan lagi di koalisi.  Kini Gerindra  bisa menjadi   salah-satu penopang kekuasaan Jokowi selain PDIP dan Golkar.

2.Kekecewaan NU
Kalangan Partai Kebangkitan Bangsa  kurang puas terhadap  jumlah menteri yang didapat.  Partai ini mengincar sekitar 4-5 kursi menteri, tapi yang diperolah  hanya tiga, sama seperti periode lalu.   Begitu pula kalangan NU yang selama ini mendapat selalu mendapatkan kursi Menteri Agama.  Kali ini  Kemementerian Agama dipimpin bukan oleh tokoh NU, melainkan militer.

Sejak  era  reformasi,  NU memang selalu menguasai Kementerian Agama.   Presiden Habibie  menunjuk akademisi Islam sebagai menteri agama yakni Abdul Malik Fadjar (1998-1999). Dia adalah satu-satunya tokoh Muhammadiyah yang menjabat menteri agama sepanjang era reformasi.  Di era Presiden Gus Dur,  Muhammad Tolchah Hasan yang juga politikus PKB  diangkat menjadi  menteri agama.

Begitu pula pada era Presiden Megawati.  Saat itu Mega mengangkat  tokoh NU  Said Agil Husin al Munawar menjadi Menteri Agama. Selama dua periode memerintah, Presiden Susilo Yudhoyono pun memberikan jatah kursi Menteri Agama ke NU,  yakni  Muhammad Maftuh Basyuni dan  Suryadharma Ali.  

Pakem itu dilanjutkan oleh Jokowi pada periode lalu dengan mengangkat  Lukman Hakim Saifuddin.  Baru  pada periode kedua, Presiden Jokowi mengabaikan  tradisi itu dan  mengangkat  Jenderal Purn Fahrul Razi  sebagai Menteri Agama.

3.Faktor kinerja menteri
Kekecewaan kalangan Nasdem, NU, juga partai seperti Hanura, bisa mendorong Jokowi merombak lagi kabinet. Kemungkinan ini menjadi semakin besar jika ada menteri yang dianggap berkinerja buruk dalam tiga bulan pertama menjabat.

Presiden  Jokowi memiliki kecenderungan melakukan hal itu karena pada periode lalu pun ia sampai tiga kali melakukan perombakan kabinet, yakni pada 2015, 2016, dan 2018. ***

Baca juga:
Manuver Aneh Surya Paloh: Faktor Megawati dan Prabowo yang Bikin Gerah?

 

 

Ikuti tulisan menarik Andi Pujipurnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler