x

Sepak bola Indonesia bukan hamya milik 96 suara

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 3 November 2019 16:33 WIB

Publik Kecewa, Kongres PSSI Dikendalikan

Kongres PSSI tidak sesuai harapan publik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejujurnya, hanya kata sedih yang dapat diungkapkan atas peristiwa Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada Sabtu, 2/11/2019, yang banyak netizen sebut sebagai sebuah kongres yang cidera atau terluka. Sebabnya, kongres ini tetap dikendalikan pemilik modal.

Bahkan hal yang tidak saya duga, banyak pecinta sepak bola nasional malah berharap pemerintah mengintervensi lagi PSSI, Tujuannta agar dibekukan. Lalu, pengurus PSSI benar-benar diolah oleh pemerintah dari nol lagi. Atau membuat PSSI baru yang didirikan oleh Pemerintah dan Suporter.

Sebab, percuma suporter berencana memboikot Timnas. Percuma juga Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia, bila PSSI hanya menjadi ladang dan sarang para mafia yang terus mencengkram tidak mau pergi dari PSSI dan malah terus menguasai demi keuntungan diri sendiri dan golongannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harus disudahi permainan sandiwara yang tokoh utamanya justru para voters yang mereka tentukan sendiri--oleh mereka, untuk mereka, dari mereka!

Media dan netizen juga mengungkap bahwa kongres inipenuh kejanggalan. Sungguh miris melihat apa yang terjadi salam kongres.  Semua benar-benar tersekenario sesuai keinginan PSSI dan voters.

Para calon ketua umum yang mau menyampaikan pendapat pun justru malah harus berhadapan dengan petugas keamanan dari PSSI yang mengusir mereka karena perintah penguasa PSSI.

Harapan publik agar sepak bola nasional bangkit karena organisasinya diurus oleh individu yang sehat, ternyata tetap akan menjadi sekadar utopia.

Kekawatiran bahwa kongres hanya akan menjadi ajang sandiwara, memang tidak jauh dari dugaan. Publik dan netizen sangat takjub, karena sudah diatur. Sebanyak 82 voter benar-benar memilih satu kandidat ketua umum. Benarkah tidak ada udang di balik batu?

Setali tiga uang, wakil dan exco pun benar-benar dipilih sesuai yang sudah diduga publik. Terlalu verbal permainan sandiwara kongres. Bahkan, para mafia yang menguasai PSSI malah bak raja yang paling berkuasa dan membikin aturan sekehendak hatinya.

Tidak ada mekanisme kongres yang benar, tidak ada debat terbuka dan penyampaian visi misi calon ketua. Semua tertutup. Hanya oknum di PSSI sediri yang tahu skenario.

Ironisnya, Presiden FIFA yang tidak tahu detil masalah di PSSI dan sepak bola Indonesia dan hanya dapat laporan yang baik-baik saja, langsung ucapkan selamat atas terpilihnya ketua baru. Kini, meski sudah terpilih Ketua Umum, wakil, dan Exco baru, perasaan publik sepak bola nasional bukan bangga, namun bertambah sedih. Hal ini terus terekam dalam berbagai komentar dan kritik di media sosial.

Berharap sepak bola nasional bangkit dan berprestasi, dimulai dari organisasi PSSI yang bersih, nyatanya PSSI juga tak beda dengan Kabinet Indonesia Maju Jilid 2. Hanya tempat bagi-bagi kursi dan upeti untuk kepentingan dan keuntungan mereka karena berlindung di balik statuta. Luar biasa.

Atas kondisi ini, kini suara netizen dan publik sepak bola nasional berharap Presiden dan Kemenpora intervensi, agar PSSI dibekukan lagi. Jumlah mereka berjuta lipat dari sekadar jumlah voters PSSI. Mereka berharap sepak bola nasional bangkit. Dan, Itulah satu-satunya cara agar PSSI bersih dari mafia yang selalu berlindung atas nama statuta.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler