x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 26 November 2019 08:52 WIB

Muba Bangun Pabrik CPO dan IPO Kapasitas 1440 Ton/hari

MUBA atau Musi Banyuasin, Sumatera Selatan bakal menjadi daerah pertama di Indonesia memiliki satu pabrik dengan dua model operasional dalam hal hilirisasi Tandan Buah Segar (TBS) sawit. Pabrik Industrial Palm Oil (IPO) dan pabrik Crude Palm Oil (CPO) berkafasitas 60 ton setiap jam dibangun di salah satu kecamatan penghasil sawit

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

MUBA atau Musi Banyuasin, Sumatera Selatan bakal menjadi daerah pertama di Indonesia memiliki satu pabrik dengan dua model operasional dalam hal hilirisasi Tandan Buah Segar (TBS) sawit. Pabrik Industrial Palm Oil (IPO) dan pabrik Crude Palm Oil (CPO) berkafasitas 60 ton setiap jam dibangun di salah satu kecamatan penghasil sawit. IGBN Makertihartha, Ketua Program Studi Magister dan Doktor Teknik Kimia, FTI, Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan pihaknya sudah melakukan pengkajian secara mendalam sehingga Muba layak memiliki kedua pabrik tersebut. “Muba merupakan daerah penghasil sawit terbesar di Sumsel, itu salah satu alasan kami,” katanya, Senin, 25 November 2019.

IGBN Makertihartha, yang juga Ketua Tim Feasibility Study Pembangunan Pabrik CPO/IPO Muba menjelaskan pabrik yang akan dibangun berkapasitas 1440 ton/hari, sesuai dengan luasan 1 kawasan perkebunan sawit rakyat yang luasnya berkisar 8000 Ha dengan produktivitas 30 ton Tandan Buah Segar atau TBS/Ha. Muba juga diketahui memproduksi sekitar 1.263.030 ton sawit setiap tahunnya. Selain dikenal dengan produksi terbesar, Muba juga merupakan daerah dengan luasan kebun terluas di Sumsel yaitu 313.125 hektar. Kedua pabrik diproyeksi untuk menghasilkan Biodisesel, Avtur Hijau dan Bahan makanan sehat konsumsi. “Dengan demikian diharapkan pabrik yang akan dibangun itu sustain,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam perencanaanya, satu pabrik dengan dua (2) moda operasi yaitu untuk menghasilkan CPO dan IPO. IPO dirancang sebagai bahan baku untuk industri bahan bakar nabati yang akan dibangun di sentra-sentra sawit tanah air. Dengan terwujudnya pabrik ini maka Muba katanya akan menjadi proyek percontohan untuk membangun pabrik bahan bakar nabati dari sawit. Selain Muba pabrik serupa bisa saja dibangun di daerah penghasil sawit lainnya di Sumatera, Kalimantan, Papua, akan tetapi memang saat ini Kabupaten tersebut Pelalawan, Riau menjadi proyek percontohan.

Dalam kajiannya, pabrik akan beroperasi pada tahun 2021 dengan rincian meliputi Basic Engineering Design dan Detailed Engineering Design akan memakan waktu 3-4 bulan. Berikutnya proses konstruksi (EPC - Engineering, Procurement and Construction) akan memakan waktu sekitar 6-9 bulan. Rencana itu akan berjalan mulus bila semuanya lancar temasuk dalam hal proses pembebasan tanah, AMDAL, perizinan, pembangunan infrastruktur berupa jalan, penyediaan air dan utilitas.

Lebih lanjut ditambahkannya, realisasi pembangunan pabrik IPO dan CPO di Muba yang di inisiasi Bupati Muba Dodi Reza sudah sangat tepat dilakukan dan dapat menjadi proyek industri percontohan di Indonesia. Proyek ini menurutnya juga selaras dengan komitmen pemerintahan Jokowi dalam memproduksi bahan bakar ramah lingkungan berupa biofuel, avtur hijau, dan gasoline yang kualitasnya di atas bahan bakar minyak pada umumnya. "Jadi, pemanfaatan TBS di Muba nantinya dapat terserap dengan baik dan sangat menguntungkan," jelasnya.

Bupati Muba, Dodi Reza Alex menjelaskan pabrik tersebut akan dibangun di lokasi yang berdekatan dengan bahan baku utama yaitu di kecamatan Sungai Lilin. Setiap tahunnya, menurutnya, Muba menghasilkan lebih dari sejuta ton sawit sedangkan harga dipasar tidak menentu. Menurutnya Pabrik CPO akan beroperasi di 2022 diperuntukkan bagi industri makanan sedangkan IPO beroperasi lebih cepat yaitu 2021 untuk keperluan industri biofuel.

Ia memastikan Pemkab Muba optimis bisa merealisasikan proyek tersebut. Karena industri pabri IPO dan CPO ini akan mengangkat kesejahteraan petani di Muba dan jalan keluar dari keterpurukan harga sawit yang selama ini anjlok. “Kita optimis upaya dari realisasi pembangunan pabrik IPO dan CPO di Muba ini akan menjadi jalan keluar dari titik lemahnya anjlok harga sawit di kalangan petani rakyat," ucapnya.

Secara terpisah, Rektor ITB Kadarsah Suryadi menyatakan  akan merealisasikan Biohidrocarbon Berbasis Kelapa Sawit di Kabupaten Muba dalam tempo singkat. Menurutnya, terobosan energi baru terbarukan biofuel berbasis kelapa sawit ini tidak hanya menyejaterahkan petani kelapa sawit tetapi juga akan mengangkat harga diri bangsa Indonesia. Dengan realisasi biofuel ini nantinya negara Indonesia ini akan sangat terbantu dalam pengembangan energi.

Menurut dia, jika 17 juta ton kelapa sawit saja di distribusikan untuk pengelolaan biofuel secara hitungan kasar Indonesia bisa menghemat 9 miliar dolar AS. Diyakininya, impor BBM bisa berkurang dengan adanya biofuel dari Muba nantinya. "Betapa tidak, avtur dari sawit, titik beku - 7.0 derajat celcius. Dibanding dari fossil yang  - 4.0. Kalau berbicara kualitas tentu sangat baik sekali," kata dia.

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler