x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 11 Desember 2019 04:47 WIB

Garuda, Garuda!

Begitu kasus penyelundupan motor Harley Davidson via pesawat Garuda menjadi viral, sebagian WNI di Belanda meresponnya dengan cara yang cenderung nakal: mengaitkan kasus penyelundupan itu dengan keputusan management Garuda mengubah rute penerbangan Garuda yang awalnya Amsterdam-Jakarta, menjadi Amsterdam-Medan, per 1 Oktober 2019.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Begitu kasus penyelundupan motor Harley Davidson via pesawat Garuda menjadi viral sejak awal Desember 2019, sebagian WNI di Belanda dan beberapa negara Eropa meresponnya dengan cara lain, cenderung nakal: kembali mewacanakan keputusan management Garuda, yang sejak 1 Oktober 2019, mengubah rute penerbangan Garuda yang awalnya Amsterdam (AMS) – Jakarta (CGK) menjadi Amsterdam (AMS) – Medan (KNU/Kualanamu).

Ceritanya begini: pada pertengahan September 2019, sebagian besar WNI di Belanda memang sangat kaget sekaligus kesal ketika merespon pengumuman rencana perubahan rute penerbangan Garuda tersebut.

Alasannya, penerbangan  langsung (direct flight) Garuda AMS-CGK, selama kurang lebih 14 jam non-stop di udara, sudah lama menjadi pavorit untuk hampir semua kategori penumpang. Karena praktis, mengirit waktu dan tidak perlu ribet transit di mana-mana. Begitu juga sebaliknya, penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi apa mau dibilang, perubahan rute itu efektif diberlakukan sejak 1 Oktober 2019. Artinya sudah berlangsung hampir tiga bulan.

Ketika itu, sempat terwacanakan bahwa perubahan rute Garuda itu bertujuan antara lain mempromosikan destinasi wisata di wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Wajar saja sih. Namun alasan ini tidak pernah dikomunikasikan dengan penjelasan yang memadai.

Nah, begitu kasus Harley Davidson mencuat ke publik, yang berakibat pada pencopotan Dirut Garuda (yang boleh jadi nanti akan disusul pencopotan jajaran managemen lainnya), sebagian WNI di Belanda akhirnya mengira-ngira dan berandai-andai: jangan-jangan perubahan rute itu terkait dengan rute penyelundupan.

Andai-andai itu kemudian diberikan justifikasi begini: Jika pesawat Garuda terbang langsung dari Amsterdam ke Jakarta, proses pemeriksaan bea cukai di Cengkrenag relatif lebih ketat, artinya penyelundupan akan lebih sulit dilakukan. Untuk menyiasatinya, rute Garuda diubah dari Amsterdam ke Medan (Kualanamu/KNU), dengan asumsi bahwa proses pemeriksaan bea cukai di Bandara Kualanamu mungkin relatif lebih longgar.

Dan setiap perubahan tentu ada konsekuensinya. Banyak WNI di Belanda dan penumpang dari negara-negara lain, yang memutuskan beralih ke maskapai lain. Dan fakta ini tentu saja mungkin sudah atau berpotensi merugikan Garuda.

Peralihan penumpang ini juga disebabkan soal bagasi. Penumpang Garuda dari Amsterdam dengan tujuan Jakarta, tidak/belum bisa menggunakan fasilitas check-through bagasi. Artinya, begitu mendarat, penumpang harus mengambil bagasi di Bandara Kualanamu, Medan kemudian melakukan check-in ulang untuk penerbangan Medan-Jakarta.

Daripada repot-repot soal bagasi dan check-in ulang di Medan seperti itu, sekali lagi, banyak penumpang yang kemudian berpindah atau memilih maskapai penerbangan lain. Padahal, fasilitas check-through bagasi tersebut barangkali saja bukan semata urusan Garuda, tapi juga berkaitan peraturan bea cukai.

Sejauh ini, memang belum ada laporan resmi yang dipublikasikan Garuda mengenai dampak perubahan rute tersebut terkait dengan peningkatan-penurunan jumlah penumpang, selama tiga bulan terakhir (Oktober-Nopember-Desember 2019). Perlu waktu untuk memastikan efektivitas dan perhitungan untung-rugi perubahan rute tersebut, yang tentu saja harus dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Dan juga harus diakui, penerbangan langsung Garuda dari Amsterdam ke Medan tentu telah-sedang-akan membuat nyaman bagi penumpang dengan tujuan Sumatera Utara dan sekitarnya.

Tapi untuk sementara bisa disimpulkan, kecuali jika memang ada pertimbangan yang benar-bebar rasional, pihak managemen Garuda mungkin perlu mengkaji ulang untuk mempertimbangkan pengembalian rute Garuda yang sekarang Amsterdam-Medan ke rute semula: Amsterdam-Jakarta.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 10 Desember 2019/ 13 Rabi’ul-tsani 1441H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler