x

Iklan

Lilis Setiawati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Desember 2019

Jumat, 13 Desember 2019 17:09 WIB

Wujud Kebhinekaan Bangsa Indonesia


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Hari Toleransi baru saja diperingati beberapa minggu kebelakang, hari toleransi menjadikan pengingat untuk kita agar senantiasa dapat menjaga kerukunan dan saling menghargai kepentingan masing masing pribadi atau kelompok. Indonesia ini merupakan negara multikultural, dimana terdapat bermacam-macam agama, suku dan budaya yang saling hidup berdampingan. Secara sederhananya, multikulturalisme ini dapat dipahami sebagai suatu konsep keanekaragaman budaya dan kompleksitas dalam masyarakat. Multukulturalisme ini sesuai dengan semboyan negara kita yaitu Bhineka Tunggal Ika yang melandasi berbagai corak struktur masyarakat Indonesia baik pada tingkat nasional maupun lokal. Oleh karena itu, keragaman ras ini menjadi karakteristik tersendiri bagi bangsa Indonesia, dan dikarenakan kemajemukan yang ada ini mengharuskan masyarakat Indonesia memegang sikap toleransi antar masyarakatnya.

Indonesia akan menjadi bangsa yang damai dan sejahtera bila antar masyarakatnya bisa saling bertenggang rasa untuk membentuk satu kesatuan. Namun, harapan tersebut belum dapat sepenuhnya terwujud di Indonesia ini. Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap dapat menjadi pemicu terjadinya konflik dan persoalan-persoalan baru bagi bangsa ini. Apabila masyarakat yang ada terlalu menjunjung budayanya sendiri atau mencintai budayanya secara berlebihan (primordialisme) maka dapat menimbulkan perpecahan atau menciptakan konflik di masyarakat itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat yang etnosentrisme ini akan sulit untuk menghargai keberadaan masyarakat lainnya yang beragam. Mereka cenderung untuk terus menjunjung budaya sendiri dan sulit untuk menerima budaya-budaya yang berbeda dengan mereka. Hal-hal semacan itu seharusnya dihindari oleh masyarakat yang heterogen atau multikultur ini, karena untuk dapat membangun suatu masyarakat multikultur yang rukun dan bersatu, terdapat beberapa nilai yang harus dihindari yaitu primordialisme, diskriminatif, etnosentrisme dan stereotipe (Gunawan, K & Rante, Y., 2011).

Pancasila merupakan indeologi yang tepat bagi Indonesia yang mempunyai berbagai macam keberagamannya ini. Dengan pancasila, jiwa orang Indonesia terbentuk menjadi manusia yang harmonis dan toleran. Dalam pancasila terhadap harmoni tentang kehidupan beragama dan berbudaya yang dapat menjadi kekuatan bangsa. Kekuatan ini menjadi tameng dari serangan yang ingin memecah belah nusantara (KH. As’ad Said Ali). Salah satu contoh kasus yang mengancam kerukunan masyarakat Indonesia yaitu permasalahan agama.

Seperti pada saat kasus yang terjadi beberapa waktu lalu di Tangerang, yaitu persekusi terhadap Biksu. Dalam kasus tersebut terdapat sekelompok orang yang tiba-tiba menggerebek kediaman sang Biksu. Sekelompok orang tersebut menuding sang Biksu sering mengadakan kegiatan ibadah dirumahnya dan menghasut warganya untuk berpindah agama. Biksu tersebut diminta untuk meninggalkan kediamannya. Dari kasus tersebut dapat terlihat jika masyarakat Indonesia masih ada yang intoleran. Seharusnya masyarakat harus lebih menghargai satu dengan yang lainnya dalam segi hal apapun itu. Masyarakat juga harus menghargai pilihan masing-masing individu untuk memeluk kepercayaannya masing masing.

Hal tersebut apabila sudah bisa diterapkan setiap masyarakat Indonesia bisa menciptakan masyarakat yang damai, rukun dan tentram. Seperti halnya semboyan negara kita yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti biarpun berbeda-beda tetapi kita tetap satu tujuan. Dimana walaupun kita berasal dari suku, agama, ras dan kebudayaan yang berbeda beda, kita harus tetap bisa hidup rukun dan saling berdampingan juga saling menghormati antar satu dengan lainnya.

Layaknya sikap toleran yang diterapkan oleh antar umat  Islam dan Kristen di Masjid Al-Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, Solo, Jawa Tengah. Sikap antara umat beragama Kristen dan Islam yang saling menghormati dan saling menjaga kerukunan antar satu dengan lainnya. Sepertihalnya saat perayaan hari besar agama Islam (Idul Fitri), apabila Idul Fitri jatuh pada hari minggu, maka kegiatan ibadah di gereja akan dimundurkan menjadi siang, agar tidak bertabrakan dengan pelaksanaan sholat ied. Begitu pula dengan umat Kristian yang akan melakukan ibadah keagamaan atau pada saat hari Natal, mereka diperbolehkan untuk memarkir kendaraannya di halaman/areal masjid. Keduannya sama-sama saling menghargai dan menghomati kepercayaan satu sama lainnya dan memberikan kenyamanan antar satu sama lainnya untuk beribadah dengan tenang dan lancar.

Hal-hal seperti diatas harus bisa diterapkan oleh banyak masyarakat Indonesia lainnya agar terciptanya masyarakat yang rukun dan harmonis. Masyarakat juga harus bisa memilih dan tidak mencerna mentah mentah berita atau isu-isu yang beredar di masyarakat yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat. Masyarakat harus membuktikan dahulu kevalidasian berita yang beredar dan tidak terpancing oleh oknum yang berniat tidak baik. Karena dalam beberapa kasus yang terjadi, masyarakat masih sangat mudah untuk dihasut oleh orang-orang yang berniat tidak bertanggung jawab.

Keragaman tidak dapat dihindarkan khususnya di era sekarang ini, sehingga diperlukan pembinaan agar kehidupan masyarakat yang kaya dan beragam tetap dapat hidup harmonis, toleran dan saling menghargai keragaman budaya, agama dan ras yang ada. Hal tersebut merupakan salah satu solusi untuk dapat menjaga keragaman budaya yang terdapat di masyarakat kita ini. Pemerintah juga seharusnya lebih bisa bersikap tegas terhadap orang-orang/kelompok yang sengaja ingin memecah belah bangsa dengan menyebar berita-berita tidak benar atau provokasi lainnya.

Masyarakat juga harus pintar-pintar memilih berita dan membenarkan keaslian berita tersebut dan tidak mudah terpancing emosi. Sikap toleran ini yang harus lebih ditanamkan lagi oleh seluruh pihak, karena Indonesia merupakan negara persatuan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dimana kita harus bisa mengakui dan menerima keberagaman yang ada, persatuan itu tidak harus seragam, tetapi tetap menghargai keberagaman itu dengan mengacu pada nilai universal ketuhanan, kemanusian dan rasa keadilan. Keberagaman ini layak dibanggakan tentunya didukung dengan sikap saling toleran antar lainnya agar dapat terwujudnya sikap kebhinekaan yang sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Lilis Setiawati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler