x

Tol Japek II

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 24 Desember 2019 20:26 WIB

Tol Japek II Memang Belum Sempurna, Berhentilah Mengeluh

Bersyukur musim libur, hari raya, dan jelang tahun baru Tol Japek II dioperasikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Masyarakat dan berbagai pihak, stop dulu mengeluhkan tentang Tol Japek  II, yang belum sempurna. Sebab, kehadiran tol layang Jakarta-Cikampek (Japek II), tidak dipungkiri sudah dapat membantu mengurangi kebuntuan budaya macet di Tol Japek lama yang tradisi macetnya bukan hanya di waktu liburan dan hari raya. 

Berbagai kekurangan di Tol Japek layang, setelah diresmikan Presiden Jokowi, sudah diungkapkan oleh publik/netizen dan informasinya juga diviralkan oleh berbagai media.  Lalu, pihak penanggungjawab proyek Tol Japek juga sudah memberikan alasannya tentang kekurangan yang ada. 

Bahkan pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC) Prajudi, sudah menerangkan kepada awak media, di Jakarta, Minggu (15/12/2019) bahwa Tol Japek II masih akan mendapat sentuhan terakhir pada sarana dan prasarana pendukung.  Artinya, Tol Japek II memang belum sempurna. Namun, dipaksakan difungsikan demi melayani masyarakat dalam menyambut musim liburan, hari raya dan tahun baru. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, setelah difungsikan demi melayani liburan, hari raya, dan jelang tahun baru, dengan kesadaran masih banyak kekurangan, akibat volume kendaraan yang over kapasitas, tak pelak, Tol Japek I dan Tol Japek II tetap tak mampu membuat alur kendaraan yang melintasinya berjalan lancar sesuai harapaan masyarakat. 

Akibatnya, kemacetan panjang terjadi di Tol Japek I maupun Tol Japek II. Bahkan viral diberitakan di media, bahwa akibat kemacetan panjang, khususnya di Tol Japek II (Layang), ada pengguna tol yang terpaksa buang air kecil di tengah kemacetan hingga kejadianya diabadikan dalam video yang langsung viral. 

Beredarnya video yang memperlihatkan pengguna mobil buang air kecil di tengah kemacetan tol Japek, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan adanya pintu keluar di jalan tol layang dan mengusulkan  adanya emergency exit, misalnya di KM 25, sehingga pengguna tol tidak tidak tersandera di jalan tol selama berjam-jam, seperti yang diusulkan Tulus Abadi, Ketua Harian YLKI,  dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2019). 

Memang secara logika, jalan layang sepanjang 36 km seharusnya sejak awal sudah ada wujud exit tol-nya. Ketika Exit tol sampai tidak ada, maka persoalan yang terjadi saat ada kemacetan dan hal lain, pengendara dan penumpangnya tidak tersandera di jalan tol berjam-jam, dan terhindar kejadian pengendara/penumpang sampai tidak bisa menahan untuk buang air kecil. 

Sayang memang, perencanaan tentang Tol Japek II khususnya tentang penjaminan keselamatan kurang diperhatikan, karena hal-hal umum yang seharusnya tersedia di jalur tol pada umumnya, justru belum tersedia di Tol Japek II. 

Selain itu, kondisi jalan yang bergelombang, sehingga menghambat kenyamanan dan keselamatan berkendara, juga turut mengubah definisi baru, bahwa jalan tol juga bisa ada hambatan. 

Padahal makna jalan tol adalah jalan yang tanpa ada hambatan. 

Khusus menyoal berbagai kekurangan di Tol Japek II yang tidak menggaransi kenyamanan dan keselamatan penggunanya, akhirnya ada yang mengungkap bahwa Tol Japek II yang menelan anggaran luat biasa ini, sebagai produk "infrastruktur gagal." 

Selain hal kenyamanan dan keselamatan, atas produk gagal Tol Japek II, ternyata kehadiran Tol Japek II juga masih belum dapat dijadikan solusi budaya dan tradisi macet di setiap libur-an dan hari raya. 

Untuk itu, budaya dan tradisi macet ini, bukan salahnya jalan tol, pun bukan salahnya kepolisian, namun karena kesalahan pihak yang terus membiarkan kebebasan perusahaan otomotif menjual kendaraan dan masyarakat yang terus berlomba membeli kendaraan. 

Buntutnya, jumlah kendaraan tidak akan pernah sebanding dengan daya tampung jalan yang akan dilalui. Terlebih saat semua masyarakat menggunakan jalan secara bersamaan di saat libur dan hari raya. 

Jadi, kisah dan tradisi macet seharusnya tidak perlu lagi di bahas, karena solusinya pengendara harus rela antri karena jalan yang dilalui penuh dengan kendaraan yang sama-sama memiliki tujuan libur dan hari raya. 

Begitu pun saat melintasi Tol Japek I maupun Tol Japek II yang masih banyak kekurangannya, maka pengguna jalanlah yang wajib mengukur diri, sehingga tidak terus menyalahkan kondisi ketidaknyamanan dan kemacetan. 

Stop mengeluh, Tol Japek II memang belum sesuai harapan. Bila mau terhindar dari macet, ada solusi lain, naik kereta misalnya, atau naik pesawat. Atau jangan memaksakan diri ke luar kota.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu