x

Kedudukan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 14 Januari 2020 11:19 WIB

Antara Kedudukan Terhormat dan Cara Mendapatkannya

Banyak kedudukan terhormat di negeri ini dijabat oleh orang yang tak pantas dihormati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meraih kedudukan dengan cara tak terhormat, baru saja menjadi berita utama di Indonesia. 

Tertangkapnya Komisioner KPU dan anggota partai, adalah bukti bahwa kedudukan terhormat terus menjadi incaran oleh berbagai pihak , kendati ditempuh dengan cara tak terhormat. 

Sementara, kasus lain sebelumnya menyangkut hal semacam ini, di setiap pemilihan anggota dewan, kepala daerah, Pilgub, hingga pilpres, dan jabatan-habatan lainnya, juga hilir mudik dan berseliweran di negeri ini. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa sebenarnya tujuan dan cita-cita manusia hidup di dunia? Baik yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal maupun yang tak berkesempatan duduk di bangku pendidikan dan tak memiliki ijazah dan kecakapan. 

Sudah barang tentu ingin berhasil, hidup layak, dan memiliki "kedudukan". Terlebih hingga saat ini, sebelum meraih kedudukan, capaian gelar pendidikan pun masih tetap prestise kehormatan. 

Di masyarakat masih membuai, sebutan Si A, gelarnya sarjana, Si B megister, Si C Doktor dsb. Namun,  seiring waktu, terbatasnya lapangan kerja yang akan menggaransi kedudukan, menjadikan kedudukan yang didambakan, hanya diraih oleh mereka-mereka yang "beruntung dan diuntungkan". 

Selebihnya, para peraih gelar pendidikan yang sudah banyak tersemat, bukti gelar-gelar itu kini hanya tinggal sebagai kertas biasa yang kurang berharga. 

Namun, di saat kedudukan terus menjadi tujuan yang terus diperebutkan, semakin banyak manusia yang tak memahami tentang hakikat kedudukan dan kedudukan yang terhormat. 

Hingga, siapapun yang kini berusaha meraih kedudukan yang terhormat, malah tak menggunakan cara-cara terhormat, menghalalkan segala cara demi kedudukan terhormat itu tergenggam. 

Maka, pantas saja banyak kedudukan terhormat yang diduduki oleh manusia yang seharusnya terhormat dan dihormati, menjadi kedudukan yang tak dihargai dan tak dihormati oleh masyarakat karena cara meraihnya sudah dengan cara dan jalan yang salah, pun saat sudah duduk, berbuat semena-mena meski makan gaji dari uang rakyat.

Sudah begitu, saat menduduki jabatan pun tak dapat menyesuaikan diri dengan posisi yang tepat. Apa itu posisi? Padahal, betapa vitalnya pemahaman posisi bagi  kehidupan manusia. 

Bila seseorang, sejak usia dini telah diberikan pemahaman dan pendidikan tentang posisi, maka saat beranjak dewasa hingga masa tua, tak akan "gagap" dengan kata tersebut. Mengapa kata tersebut, vital bagi kehidupan manusia? 

Sesuai KBBI, posisi bermakna sebagai kedudukan (orang, barang), jabatan, dan pangkat (dalam jabatan). Akibat kurang mengakarnya pendidikan tentang posisi yang maknanya kedudukan, sejak usia dini, maka manusia-manusia Indonesia, khususnya yang seharusnya menjadi teladan, justru lebih menomorsatukan bagaimana cara meraih dan mempertahankan kedudukan yang lebih banyak digapai secara instan, demi melanggengkan kepentingan diri sendiri,  partai, dan golongan. 

Karena hal itulah, kedudukan-kedudukan terhormat, kini semakin tak dihormati oleh masyarakat, karena siapa pun yang kini duduk disinggasana kedudukan itu, lebih banyak diisi dan dikuasai oleh pihak yang hanya memanfaatkan rakyat, demi kekuasaan mereka. 

Entah sudah berapa generasi bangsa ini "teracuni" pendidikan meraih kedudukan secara instan dan dari hasil jual beli. Sehingga regenerasi kekuasaan pun terus terpola dengan strategi, taktik, dan intrik yang sama. 

Sampai kapan kedudukan dan kekuasaan terhormat itu, diduduki oleh insan-insan yang jauh dari terhormat, karena meraihnya dengan cara tak terhormat? 

Semoga kasus-kasus meraih kedudukan dengan cara tak terhormat, segera henti di negeri ini dan segeralah putus mata rantai pendidikan tentang meraih posisi/kedudukan secara instan, untuk kepentingan diri, kelompok, dan golongannya. 

Namun, bila orang-orang yang memegang kedudukan terhormat terus salah jalan, sementara KPK juga sudah bukan lagi lembaga terhormat karena sudah dikuasai dengan cara tak terhormat, apalagi yang bisa diharapkan dari negara ini?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler