x

surat perintah 11 maret 1966

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 11 Maret 2020 11:21 WIB

Misteri Supersemar Tak Kunjung Terungkap, Move On Saja

Memahami kebenaran sejarah tetaplah penting, namun Supersemar telah menjadi tantangan yang tidak kunjung terjawab oleh sejarawan hingga lebih dari setengah abad. Jadi, bagaimana baiknya? Ya, sebaiknya kita move on saja ke soal lain untuk menghadapi masa depan, sebab ini lebih konkret dan belum terjadi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Sebelas Maret 1966, jadi 54 tahun yang silam, dikabarkan bahwa tiga orang jenderal menemui Presiden Sukarno yang sedang berada di Istana Bogor. Ketiganya dikirim oleh Letnan Jenderal Suharto, yang berada di Jakarta. Salah satu versi menyebutkan bahwa Suharto meminta agar diberi surat kuasa Presiden untuk mengendalikan situasi Ibukota yang saat itu sedang kisruh. Jabatan Suharto ketika itu adalah Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad).

Kabarnya, ketiga jenderal utusan Suharto tersebut kembali ke Jakarta dengan membawa sepucuk surat yang kabarnya pula berisi pendelegasian wewenang Presiden kepada Jenderal Suharto untuk mengambil tindakan apapun yang diperlukan. Hanya sedikit orang yang tahu persis isi surat itu, jika memang benar ada. Selain Sukarno dan mereka, pengetik naskah surat itu niscaya tahu. Sayangnya, bagi selain mereka, apa isi surat tersebut, hingga kini masih jadi misteri.

Para pelaku sejarahnya yang terpenting, yaitu Sukarno, Suharto, maupun tiga jenderal itu--Mayjen Basuki Rachmat, Mayjen Amirmachmud, serta Brigjen Muhammad Jusuf, sudah meninggal. Hingga wafat, mereka berhasil melakukan gerakan tutup mulut mengenai keberadaan surat yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret atawa Supersemar itu. Jadilah Supersemar misteri sejarah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang awam seperti saya sungguh amat menanti kerja para sejarawan untuk mengungkap keberadaan Supersemar, bila memang benar ada, serta apa isi yang sebenarnya: seperti apa redaksinya dan apakah ada tanda tangan Sukarno. Sepeninggal Suharto dan ketiga jenderal tersebut, pekerjaan sejarawan semestinya lebih ringan, walaupun tidak ringan amat, sebab para pelaku sejarah tidak lagi berkepentingan terhadap surat tersebut. Dapatkah surat tersebut dilacak melalui para ahli waris para jenderal tersebut, khususnya keluarga Suharto?

Supersemar, jika memang benar ada dan masih ada hingga kini, mesti ditempatkan sebagai dokumen sejarah yang bernilai, sebab surat itu lahir ketika bangsa ini tengah dalam kegentingan. Konteks peralihan kekuasaan pada masa itu, dari Sukarno ke Suharto, dapat dijelaskan melalui surat tersebut. Surat itu bukan milik pribadi atau keluarga, melainkan milik bangsa mengingat nilai sejarahnya. Lagi pula, surat itu ditulis oleh Sukarno sebagai Presiden untuk Suharto sebagai Menpangad waktu itu.

Apabila para sejarawan dapat menemukan Supersemar yang asli (sebab hingga 2013 ada empat versi Supersemar, namun keasliannya diragukan), langkah menuju rekonstruksi sejarah mengenai peristiwa di seputar 11 Maret 1966 dapat mulai dilakukan. Pengungkapan mengenai isi Supersemar dapat menjadi pelajaran sejarah yang penting bagi kita. Sejarawan dapat menelusuri bagaimana posisi politik Sukarno saat mendiktekan isinya, bagaimana respons Suharto ketika membacanya, dan bagaimana kemudian surat tersebut digunakan oleh Suharto sehingga kemudian lahir Orde Baru.

Betapapun, Supersemar sudah jadi fakta sejarah yang harus diterima, sebagaimana juga kekuasaan telah beralih dari Sukarno kepada Suharto walaupun orang memperdebatkan caranya, sebagaimana pula Orde Lama bangkrut dan Orde Baru lahir hingga akhirnya juga bangkrut. Semuanya telah jadi fakta sejarah, meskipun mungkin masih saja mengusik rasa ingin tahu kita ihwal kebenarannya.

Memahami kebenaran sejarah tetaplah penting, namun Supersemar telah menjadi tantangan yang tidak kunjung terjawab oleh sejarawan hingga lebih dari setengah abad. Jadi, bagaimana baiknya? Ya, sebaiknya kita move on saja ke soal lain untuk menghadapi masa depan, sebab ini lebih konkret dan belum terjadi.  >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB