x

Sekelompok warga melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, memakai masker antisipasi wabah virus corona. Tempo/Hilman Fathurrahman W

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 8 April 2020 12:51 WIB

Sejumlah Alasan Tak Perlu Panik Menghadapi Wabah Covid-19

Michael Levitt, ahli biofisika internasional dan pemenang Nobel 2013 memprediksi akan ada peredaan wabah corona dalam waktu tak terlalu lama. Levitt memiliki akurasi tinggi ketika memprediksi kasus covid yang terjadi di Wuhan, China. Wabah ini tidak mungkin akan terjadi berbulan-bulan, terlebih sampai memakan jutaan korban. "Jangan panik, kita akan baik-baik saja,” kata dia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
Modalitas utama yang diandalkan dua negara itu secara umum sama, jaga higienitas pribadi, isolasi, isolasi khusus pada usia lanjut, social distancing dan menggunakan masker wajah pada setiap orang. Seluruh prosedur pilihan ini mereka terapkan dengan penuh disiplin dan sistematis. Bahu membahu bekerjasama menuju satu tujuan atasi Covid. 
 
Kemudian kita tengok di negara Paman Sam, di salah satu pusat kota di Amerika Serikat, New York. Gubernur New York, Andrew Cuomo sangat kelimpungan. Di awal pekan lalu, pasien datang ke rumah sakit secara drastis. Dua kali lipat dalam waktu 48 jam. Ia kesulitan menyeimbangkan jumlah pasien datang dan kapasitas rumah sakit yang tak sepadan.
 
Pasien datang 140 ribu kasus sedang kapasitas tempat tidur pasien hanya 53 ribu. Ada 40 ribu kasus yang harus dirawat menggunakan fasilitas Intensive Care Unit (ICU), sedangkan ICU yang tersedian hanya 3000. Ditambah lagi masalah tersedianya ventilator, alat utama untuk membantu pernafasan. Kebutuhan mencapai 30 ribu,  baru tersedia 4000 unit.
 
Kondisi di New York sangat menghebohkan. Yang pasti masyarakat New York lemah di dalam melaksanakan social distancing. Akibanya sebagaimana yang kita saksikan. Korban berjatuhan.  
 
Levitt berkomentar penuh arti terkait social distancing, “Terapkan social distancing yang masuk di akal (resonable social distancing), itu sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat.” 
 
Kalau sudah melakukan social distancing tapi masih menunjukkan angka peningkatan tajam positif Covid, bisa diduga bahwa pelaksanaan di lapangan perlu dilakukan penguatan. 
 
Dari sini bisa dimengerti mengapa Presiden Joko Widodo menetapkan status DKM. Status ini ditujukan untuk mendukung pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. DKM menuju kepada terapkan social distancing secara tepat. Isolasi diri dan isolasi yang positif Covid dengan ketat. Semua masyarakat memakai masker di semua tempat. 
 
Selanjutnya: Jakarta adalah kunci

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB