Pandemi Covid-19 Berdampak pada Psikologis Petugas Medis. *source : narasinewsroom (instagram)
oleh :
Trya Dinda Herlina
Ilmu Komunikasi - 2B
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia
Wabah virus corona yang menyebar di seluruh dunia tidak hanya berdampak pada masyarakat umum, tetapi juga petugas medis yang berada di garda terdepan melawan virus mematikan ini.
Mereka harus mempertaruhkan nyawa untuk menangani pasien virus corona dengan risiko penularan sangat besar. Mereka pun harus hidup terpisah dengan keluarga dan orang tersayang selama berminggu-minggu untuk menghindari penularan virus lebih luas lagi.
Salah satu dokter umum RSUD Tebet Anindita Handani menuturkan kegelisahannya “awal-awal jarang pulang, karena setiap mau pulang takutnya itu kan (virus) terbawa pulang ke rumah, itu yang paling berat.”
Jumlah pasien yang semakin banyak mengakibatkan petugas medis bekerja lembur. Mereka juga harus menjaga jarak dengan keluarga. Bahkan terpaksa menyaksikan pasiennya meninggal sendirian tanpa didampingi keluarganya. Belum lagi stigma dan diskriminasi yang membayang-bayangi tenaga kesehatan. Yang ter dampak tidak hanya fisik, namun juga psikologis mereka (petugas medis).
Salah satu psikiater RSCM yaitu Gina Anindyajati menuturkan bahwa, “Petugas kesehatan ini pastikan dulu kita (petugas medis) dalam kondisi yang oke (baik secara mental maupun fisik) dan aman dalam memberikan pertolongan, jadi prinsipnya adalah safety first dan It’s oke to be not oke, kalau kamu (petugas medis) tahu bahwa kamu (petugas medis) tidak berada dalam posisi yang aman. istilahnya, saya (petugas medis) juga manusia sama seperti dengan pasien saya (petugas medis)."
Tidak hanya itu, petugas medis juga harus menghadapi tekanan dan kekhawatiran karena keterbatasan pelindung diri (APD), belum lagi soal stigma masyarakat. Situasi yang berat ini berisiko mengancam kesehatan mental para petugas medis.
*sumber : narasinewsroom (instagram)
Ikuti tulisan menarik Trya Dinda Herlina lainnya di sini.