x

Iklan

Hima Wati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 18 April 2020 13:47 WIB

Yang Digdayapun Keok di Depan Wabah Corona

Amerika Serikat Negara Super Power Ternyata Gagal Menangani Corona, Ini merupakan buah dari nilai-nilai kapitalisme yang mereka punya. Slogan-slogan demokrasi, kebebasan berpendapat, HAM, dan kedilan hanya sebatas angan-angan kosong yang tidak akan pernah terealisasi dalam dunia kapitalisme.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Amerika Serikat adalah negara adidaya, pusat sekaligus kiblat bagi negara-negara lainnya. Pun bagi Indonesia, Amerika Serikat adalah sebuah negara role model. Tapi pada kenyataannya pemerintah Amerika tetap tak mampu menghadapi wabah ini secara profesional dan ideal. Hal ini disebabkan karena dia adalah negara dengan sistem kapitalisme.

Disebut dengan negara pengemban kapitalisme adalah karena poros utama roda jalannya aktivitas bernegara adalah terletak pada capital (modal/ perniagaan). Kecenderungan mengutamakan nilai ekonomi selalu berlaku pada setiap aspek bernegara. Dalam hal pendidikan, sosial, budaya, kesehatan, semua memperhatikan faktor untung dan rugi. Bahkan dalam aspek perlindungan dan penyelamatan nyawa warganya yang seharusnya ini menjadi kegentingan yang diutamakan, negara kapitalis masih menjadikan ini sebagai nomor dua setelah aktivitas bisnis.

Terbukti, bahwa hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, ekspor impor, regulasi tenaga kerja asing, pariwisata, dan lainnya masih menjadi kesibukan utama negara bahkan ketika rakyat sedang berjuang menghadapi wabah. Kebijakan lockdown total tidak segera diberlakukan karena pemerintah pusat akan berfikir dua kali mengucurkan dana untuk membiayai kebutuhan pokok warganya, yang dalam hitung-hitungan materi hal itu merugikan anggaran negara.

Negara adidaya seperti Amerika Serikat dengan seperangkat nilai-nilai baratnya yang mereka emban dan mereka kampanyekan ke seluruh dunia, ternyata tidak mampu untuk melindungi dan mensejahterakan warganya. Meskipun mereka berusaha keras menutupi aib kebobrokan negaranya lewat media, ternyata sekarang adalah saatnya apa-apa yang mereka sembunyikan diketahui oleh dunia.

Selama ini yang diberitakan oleh media adalah Amerika negara maju dengan kemodernan, kebebasan, kemajuan teknologi, dan kekuatan militer. Ternyata hal-hal tersebut tidaklah berguna untuk sebagian besar warganya. New York yang merupakan kota paling modern seantero Amerika ternyata memiliki jutaan tunawisma yang setiap harinya tidur di parkiran umum, pengangguran sangat banyak, penjarahan terjadi di mana-mana, senjata api mudah di akses oleh orang sipil, angka kriminalitas luar biasa tinggi, kesenjangan sosial yang mengakibatkan 99% kekayaan hanya dinikmati oleh 1% orang saja, dan masih banyak lagi lainnya.

Kekayaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat dari pengerukan sumber daya alam negara-negara di belahan dunia lain, seperti dari Indonesia lewat Freeport, ExxonMobil, Newmont, Chevron Pasific atau dari negara-negara lainnya, ternyata tidak mampu menjadikannya benar-benar kuat dan digdaya. Meskipun di luar Amerika terlihat garang dan menakutkan karena banyak terlibat perang, tapi dia rapuh dengan banyaknya kerusakan yang terjadi di dalam tubuhnya sendiri, kekuatan yang dimiliki Amerika ternyata hanya sebuah citra, seolah dia adalah bangunan yang besar nan megah tapi ternyata keropos di dalamnya.

Ini adalah sesuatu yang alami terjadi dalam tubuh negara kapitalisme. Dimana rakyat secara mayoritas tidak akan pernah menjadi sesuatu yang dipentingkan oleh negara. Kekayaan negara hanya dinikmati oleh sebagian kecil pihak saja, yakni para kapital (pengusaha) dan penguasa.

Slogan-slogan demokrasi, kebebasan berpendapat, HAM, dan kedilan hanya sebatas angan-angan kosong yang tidak akan pernah terealisasi dalam dunia kapitalisme. Ketika masyarakat mulai sadar akan penjajahan dan cengkraman jahat kapitalisme ini, mereka akan mencampakkannya pelan, tapi pasti. Karena apa-apa yang tidak manusiawi pasti akan ditinggalkan oleh manusia.

Sistem jahat yang lebih memuliakan uang daripada manusia, tidak akan bertahan lama. Kelak sistem yang lebih manusiawi dan sesuai fitrah manusia, yakni Islam yang akan menggantikannya. Sebagaimana kabar gembira Rrasulullah “Allah subhanahu wa ta’ala  menghimpun bumi ini untukku. Oleh karena itu aku dapat menyaksikan belahan bumi barat dan timur. Sungguh kekuasaan umatku akan sampai ke daerah yang dikumpulkan kepadaku itu”_(red.Uhiwa Nathakatta)

Ikuti tulisan menarik Hima Wati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu