x

Kartini

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 20 April 2020 13:44 WIB

6 Keteladanan RA Kartini, Tepat Ditiru Pemimpin dan Rakyat Indonesia dalam Situasi Corona

Keteladanan RA Kartini, tepat diapilkasikan oleh seluruh pemimpin dan rakyat di negeri ini dalam pencegahan, antisipasi, dan penanganan covid 19

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, peringatan Hari Kartini yang selama ini identik dengan memakai baju adat, memakai seragam profesi cita-cita, pawai, fashion show, hingga menyanyikan lagu Kartini di sekolah, instansi, institusi, dll, hari ini harus dilakukan #diRumahAja.

Kendati peringatan ke-56 Tahun Hari Kartini dirayakan dari rumah saja, tidak menjadikan kita tetap wajib ada semangat dan spirit Kartini yang terus merasuk dalam jiwa khususnya kaum wanita Indonesia dan umumnya seluruh rakyat Indonesia.

Raden Adjeng (RA) Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. RA Kartini sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, oleh pemerintah Indonesia, ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional pada tahun 1964. Sementara hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Kartini.

Tanpa perayaan peringatan, sebab dalam kondisi pandemi corona, hal penting dan harus dipahami oleh seluruh masyarakat bangsa ini adalah, esensi Hari Kartini adalah perjuangan emansipasi wanita. di bidang pendidikan dan dalam hal-hak untuk menentukan jodohnya sendiri, tidak ingin dipingit.

Perjuangan ini tidak hanya untuk kepentingan RA Kartini sendiri, melainkan bagi kepentingan seluruh wanita Indonesia. Wilayah logikanya adalah logika emansipasi.

Logika emansipasi apakah yang spirit dan keteladanannya wajib dicontoh dari sosok RA Kartini untuk kaum wanita dan masyarakat Indonesia kini?

Keteladanan RA Kartini, dalam situasi wabah corona ini pun sangat tepat untuk duaplikasikan oleh masyarakat, di antaranya:

Pertama, RA Kartini adalah sosok yang merakyat. Sifat RA Kartini, tidak senang disembah dan diagungkan selayaknya seorang bangsawan lainnya. Hatinya lekat kepada rakyat walaupun dia adalah seorang bangsawan tetapi ia tidak gila akan derajat. Bahkan RA Kartini akan merasa amat sedih jika ada seorang bangsawan yang menggunakan tingkat kebangsawanannya untuk kepentingan diri sendiri dan merugikan orang lain.

Dari sifat ini, semoga tidak ada pemimpin negeri ini atau pihak-pihak yang memanfaatkan pandemi corona demi keuntungannya sendiri, kelompok, dan golongan karena semua demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Kedua, RA Kartini merupakan sosok pengasih. Sifat kasih sayangnya ditujukan kepada anak–anak perempuan didiknya, terbukti dengan ungkapannya kepada Ny Abendanon 8 Agustus 1903 yang menyebutkan “ Moga-moga saya diperbolehkan memangku anak-anak itu dan saya akan mengasihi anak-anak itu”.

Nah, sifat pengasih ini, juga diharapkan menular kepada orang-orang yang "asli kaya" di Indonesia agar benar-benar mau ikhlas berbagi uang dan hartanya untuk masyarakat yang terdampak ekonomi. Sebab, sudah terbukti, masyarakat yang tidak kaya uang dan harta di Indonesia juga banyak yang sudah peduli dan membantu sesama karena dasarnya kaya hati.

Ketiga, menghormati orangtua. Walapun memiliki pemikiran sendiri, RA Kartini tetap menghormati kepustusan orangtuanya. Salah satu buktinya ia menuruti permintaan orangtuanya untuk tidak melanjutkan sekolah. Baginya bila menuruti kata hatinya, itu berarti merusakkan hati orangtuanya.

Apa penerapan keteladanan RA Kartini tentang menghormati ini terkait dengan virus corona? Yaitu, menghormati kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk tetap belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah, dan bila terpaksa harus ke luar rumah, wajib menggunakan masker dan menjaga jarak.

Keempat, sederhana dan rajin. Dengan pandangannya yang tidak memperdulikan status, RA Kartini mudah bergaul dengan siapa saja dan tetap menjalani hidup sederhana walapun merupakan anak seorang bangsawan. Terbukti saat pernikahannya walapun menikah dengan sesama bangsawan, RA Kartini memilih tidak mengadakan pesta dan bahkan tidak memakai pakaian pengantin. Baginya hidup dalam kesederhanaan, kehematan akan mencegah kesengsaraan di masa mendatang. RA Kartini juga termasuk sosok yang rajin, walapun dia tidak bersekolah tetapi semangat belajarnya masih tinggi dengan membaca buku dan Koran.

Sifat sederhana dan rajin RA Kartini, sangat tepat untuk kondisi saat ini. Dapat dicontoh masyarakat, karena dalam situasi wabah, kehidupan harus sederhana. Kemudian meski tidak sekolah rajin membaca dan belajar. Nah, untuk itu, khusus bagi anak-anak yang harus belajar di rumah, lihatlah apa yang dilakukan RA Kartini.

Kelima, selalu optimis dan melihat ke depan. Ketika orang memandang suatu cita-cita dengan segala keadaan yang baik dan tidak berburuk sangka, tidak mudah lemah akan cita-citanya, maka RA Kartini percaya cita-cita tersebut akan dapat tercapai. Beliau orang yang selalu mengagung-agungkan masa silamnya dan puas dengan pencapaiannya dulu, karena mereka yang mempunyai sifat seperti itu seakan puas dengan hanya membanggakan nenek moyang zaman dahulu.

Sifat optimis ini, juga wajib mengalir dalam darah seluruh rakyat Indonesia mulai dari rakyat biasa sampai pemimpin negeri, yaitu optimis pandemi corona akan segera berakhir karena tindakan pencegahan, antisipasi, dan penanganan wabah covid 19 tepat. Bila, hingga sekarang dianggap masih belum tepat dan efektif, harus optimis bahwa para pemimpin kita akan segera memutuskan kebijakan yang paling tepat dan efektif.

Keenam, keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan akhlaq. Bukan hanya ilmu pengetahuan yang penting bagi RA Kartini, namun kecerdasan berpikir dan kecerdasan budi harus sama-sama dimajukan. Bagi Kartini yang juga merupakan seorang pendidik, tugas pendidik belum usai jika hanya mencerdaskan pikiran saja, ia harus mendidik budi atau akhlaq muridnya.

Inilah sifat RA Kartini yang bila diaplikasikan pada saat sekarang adalah dalam ranah kecerdasan intelektual dan emosional. Nampak jelas, dalam situasi pandemi corona, kita dapat melihat, dari mulai rakyat biasa (jelata, menengah, kaya), elite partai, hingga pemimpin negeri, siapa yang masih miskin kecerdasan intelektual dan sangat parah kecerdasan emosionalnya.

Sehingga nampak pula kelemahan dalam tindakan dan akhlaknya.

Semoga, momentum Hari Kartini di saat wabah pandemi corona saat ini, sifat-sifat teladan RA Kartini yang sudah mulai sulit ditemukan, sudah terkikis oleh zaman, akan kembali muncul. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu