x

Refly Harun. ANTARA/Puspa Perwitasari

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 23 April 2020 07:08 WIB

Setelah Dicopot sebagai Komisaris Utama, akan Sekeras Apa Kritik Refly Harun?

Refly Harun agaknya tidak mau mengabaikan tanggung jawab akademik dan keilmuannya sebagai ahli hukum tata negara. Lantaran itu, sekalipun menjabat komisaris utama BUMN, suaranya tetap kritis. Tapi memang tidak mudah berdiri dengan dua kaki di dua tempat yang berbeda, hingga ia akhirnya dicopot dari jabatan komisaris utama BUMN.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika Refly Harun diangkat oleh Menteri BUMN (waktu itu) Rini Sumarno untuk menduduki jabatan Komisaris Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. pada tahun 2017, banyak orang menduga bahwa ia akan masuk ke dalam sangkar emas. Sangkar emas membuat burung yang masuk ke dalamnya tidak lagi nyaring berkicau, melainkan jadi penghuni sangkar yang kalem dan penurut. Atau, kicauannya jadi fals alias salah nada.

Seperti kerap terjadi, mantan aktivis mahasiswa maupun aktivis sosial yang vokal lalu ditarik ke dalam 'sangkar emas' cenderung menjadi murah senyum dalam memandang kekuasaan. Mereka tidak lagi mampu bersikap galak seperti sebelumnya: mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. "Kekuasaan itu tak bisa dipandang hitam-putih," ujar mereka membela diri.

Persoalan semacam ini sebenarnya bukan khas Indonesia, tapi terjadi di berbagai belahan dunia lainnya. Begitu masuk sangkar emas, para aktivis, akademisi, dan kaum intelektual publik lainnya seperti jadi lunglai kurang bertenaga. Bahkan sebagian mereka tega-teganya ikut merancang pembalikan apa yang sebelumnya mereka yakini dan berusaha mereka perjuangkan. Kekuasaan memang menggoda siapapun, tanpa pandang bulu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rupanya, Refly tidak berubah. Sekalipun sudah menjadi komisaris utama BUMN Jasa Marga, ia tidak meninggalkan kebiasaannya untuk bersikap kritis. Begitu pula ketika ia dipindah untuk menjabat komisaris utama di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Ia tetap melancarkan kiritik, di antaranya ia mengritik UU KPK hasil revisi yang ia nilai melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mungkin ada sesama aktivis yang sudah kalem berkomentar, "Gimana nih, sudah jadi komisaris utama kok masih ngritik."

Apakah karena Refly tidak lagi berada di dalam lingkaran istana, lantas daya kritisnya tidak pupus? Atau bila dibalik, apakah daya kritis Refly akan merosot seandainya ia terus berada dalam lingkaran istana? Refly sendiri yang paling tahu. Sejauh yang terlihat di permukaan, Refly agaknya tidak mau mengabaikan tanggung jawab akademik dan keilmuannya sebagai ahli hukum tata negara. Lantaran itu, sekalipun menjabat komisaris utama BUMN, suaranya tetap kritis. Tapi memang tidak mudah berdiri dengan dua kaki di dua tempat yang berbeda.

Sebagai burung yang tidak bisa diam sekalipun disimpan di sangkar emas, akhirnya Refly memang menghadapi apa yang sudah ia duga bahwa suatu ketika nanti ia akan dicopot. Seperti dikutip media, Refly diberitahu bahwa alasan pencopotannya sebagai Komut Pelindo I ialah untuk restrukturisasi di perusahaan, walaupun masa jabatan Refly sebenarnya hingga 2023. Alasannya, restrukturisasi dan penyegaran. Kita semua sudah mafhum, alasan semacam restrukturisasi dan penyegaran memang sudah jamak digunakan, seolah-olah tidak ada alasan lain yang lebih menawan untuk dikemukakan. Akibatnya, orang banyak menduga-duga.

Barangkali, dengan berada di luar, ia bisa jadi peniup peluit seperti yang ia cuitkan di akun twitternya. Ya, peniup peluit yang menyuarakan aspirasi rakyat. Dengan menjadi peniup peluit, Refly Harun sudah memilih dan kedua kakinya berpijak di lahan yang sama. Bakal senyaring apa tiupan peluitnya? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini