x

kisah ramadan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 30 April 2020 11:10 WIB

Di Tengah Wabah Corona, Penjual Takjil Pantang Menyerah

Kendati menjalankan ibadah di tengah pandemi corona, penjual takjil tetap pantang menyerah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Walau di kegelapan, dengan terus berusaha, InsyaAllah akan ditemukan cahaya. (Supartono JW.30042020

Ramadan Tak Biasa, jelas berpengaruh pada tradisi dan budaya umat muslim yang selama ini terjadi. Akibat pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19), di semua negara di dunia, termasuk Indonesia, tradisi dan budaya Ramadan pun terimbas. 

Tradisi dan budaya Ramadan 1441 yang terimbas dan wajib dipatuhi masyarakat  adalah ibadah di Masjid dan mudik lebaran. Selain itu, budaya ngabuburit (Sunda)/malengah puaso (Minang), buka puasa bersama, dan saur on the road pun semua ditiadakan karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, di antara tradisi/budaya tersebut, ngabuburit/malengah puaso, yang maknanya kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan, ternyata masih terlihat dilakukan oleh masyarakat, khususnya para penjual takjil, meski jelas-jelas sudah ada peraturan PSBB. 

Penjual takjil pasrah

Bahkan, sejak hari pertama Ramadan, warga masyarakat di sektor informal yang selama ini mencoba mengais rezeki dengan menjual takjil di setiap datangnya bulan Ramadan, meski sudah ada peraturan PAPC19, mereka terpaksa tetap saja harus berjualan. 

Ada yang di depan rumah, di pinggir-pinggir jalan, dan tempat strategis lainnya. Dalam enam hari puasa yang telah kita lewati, berdasarkan pengalaman saya melihat situasi wilayah di tempat saya tinggal, masih banyak penjual takjil yang memajang dagangannya di atas meja di pinggir jalan di depan rumah mereka. 

Selain penjual takjil, juga ada pedagang minuman segar, seperti es buah, es campur, dan kelapa muda. Di antara penjual-penjual itu, bahkan dalam satu wilayah, dengan jarak yang layak untuk persaingan, saya memiliki langganan tiga penjual kelapa muda. 

Dari tiga penjual langganan saya ini, biasanya dalam satu bulan puasa penuh, saya menggilir pembelian kelapa muda mereka  atas nama langganan dan kekeluargaan. 

Di situasi corona ini, ketiga penjual terpaksa tetap berjualan karena itu mata pencaharian utama mereka. Namun, ternyata, meski tetap berjualan dengan rasa was-was, memang omset hasil jualannya sangat signifikan turun drastis. 

Atas kondisi yang ada, mereka tetap pasrah dan bersyukur. Mereka bukan penjual dadakan ramadan. 

Sementara untuk para penjual makanan takjil dadakan, juga setali tiga uang, saat saya tanya mereka, mengapa tetap jualan. Jawabnya juga demi menambah ongkos beli beras. Namun, saat berjualan juga ada perasaan was-was dan tetap menjaga jarak. Begitu pun untuk hasil jualan, pendapatannya sangat jauh dari harapan, karena mereka juga harus bersaing dengan para penjual takjil/makanan on-line yang keamanannya lebih digaransi. 

Itulah rekaman kisah para penjual takjil di sekitar lingkungan saya tinggal selama enam hari awal bulan ramadan. Bagaimana dengan para penjual takjil di wilayah/daerah lain? Indonesia? Saya memprediksi masalahnya sama. 

Bila kisah penjual takjil tersebut saya rekam dari para penjual takjil langsung, lain cerita di daerah Bangka Belitung yang menghibau agar semua penjual takjil beralih ke sistem on line semua. 

Saya lansir dari bangkapos.com, Rabu (29/4/2020), Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemprov Bangka Belitung, Elfiyena menyarankan, bagi para penjual dadakan yang hingga hari ke lima puasa ramadan selalu ramai dikunjungi pembeli agar dapat beralih ke penjualan secara online saja. "Karena kalau kita beli online kan lebih higienis nih baru dimasak bisa langsung diantar ke kita, sebab kalau kita berkumpul lalu membeli kudapan yang ada di penjual dadakan berartinkita tidak disiplin ingin memutuskan mata rantai penyebaran virus ini," kata Elfiyena kepada Bangkapos.com. 

Upaya ini ditekankan demi mengurangi penyebaran pandemi Covid-19 di Bangka Belitung, dan dia menyebutkan, para UMKM yang dibina oleh Dinas Koperasi dan UMKM Bangka Belitung sudah kini sudah beralih ke penjualan secara online. "Jangan sampai nanti dikira dinas koperasi tidak membina padahal sudah sering kita lakukan sosialisasi dan pembinaan, dan tolong lah masyarakat yang membeli dan menjual juga harus mengerti," tutur Elfiyena. 

Dalam kondisi yang berbahaya, karena corona tak dapat dilihat, baik masyarakat penjual maupun pembeli takjil, memang wajib sama-sama menahan diri agar penyebaran virus ini tidak semakin banyak, untuk itu, membeli takjil/makanan secara online, akan lebih aman. 

Lain Bangka Belitung, lain Bandung. Saya kutip dari radarbandung.id, Minggu (26/4/2020), menjelang berbuka puasa, ruas jalan Ir. Juanda, tepatnya di depan pasar Simpang Dago, masih tampak pemandangan pedagang dan warga sekitar yang berburu takjil di tengah PSBB. 

Bila dikalkulasi, malahan ada sekitar 50 pedagang yang berjejer menjajakan dagangan mereka di sekitaran Pasar Simpang Dago itu. Hampir rata-rata menjajakan takjil yang umumnya dijual saat Ramadan, seperti kolak, sop buah, kurma dan kudapan khas Ramadan lainnya. 

Meski begitu, sejumlah pedagang juga mengaku, kemeriahan Ramadan kali ini kalah jauh dibandingkan Ramadan tahun lalu. Dewi (38), salah satu pedagang, menuturkan bahwa menjelang berbuka puasa di awal Ramadan tahun lalu, keramaian pengunjung di lokasi ini bisa sampai menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. “Sekarang lumayan ramai. Tapi jauh kalau dibandingkan tahun lalu,” ujarnya. Dewi, yang telah hampir selama tiga tahun berjualan di lokasi itu pun, mengaku cemas saat harus tetap berjualan di tengah pandemi. Namun, terpaksa tetap berjualan karena kondisi keuangan. 

Sementara, seorang pembeli, Wahyu (24) beralasan memilih keluar untuk membeli takjil demi menghemat. “Bukan saya tidak takut dengan Covid-19, tapi kalau pesan (ojol) nanti uang saya cepat habis,” kata Wahyu. 

Pesaing banyak, tetap bersyukur, penuh harapan

Dari kisah-kisah penjual takjil Ramadan tersebut, ada hikmah yang dapat dipetik oleh kita semua. Di tengah pandemi corona, di tengah adanya PAPC19 dan peraturan PSBB, bulan Ramadan yang penuh berkah ini, tetap dijadikan pegangan hidup bagi mereka masyarakat kecil yang mengais rezeki lewat pintu berjualan takjil. 

Kendati dari enam hari ibadah Ramadan yang telah kita lewati, hasil jualan mereka sangat berkurang hasilnya, namun mereka tetap bersyukur dan pantang menyerah, penuh harapan. 

Padahal selain risikonya tidak mendapat untung, dan minimal asal kembali modal, ternyata persaingan jualan takjil juga semakin banyak akibat banyaknya korban PHK, dan banyaknya usaha lain yang terpuruk. 

Jadi, masyarakat yang ikut terjun menjual takjil juga semakin banyak. Dalam jualannya, ada masyarakat yang menjual hasil masakan/olahan sendiri, ada juga yang menjual dagangan orang lain  dengan mencari selisih harga jual untuk keuntungannya. 

Selain persaingan, jualan takjil dengan dijajakan secara langsung juga sering "ambyar" bila cuaca tak mendukung. Bila saat baru jualan, tiba-tiba hujan, maka biasanya bukannya mendapat untung, jualannya pun tak laku, dan rugi. 

Namun, demikian, dari apa yang disampaikan para penjual takjil baik yang sebagai mata pencaharian bukan dadakan maupun yang musiman, di tengah rasa was-was dan takut akan bahaya corona, demi perut, mereka tetap berusaha jualan dengan pasrah dan terus berdoa agar jualannya lancar dan banyak pembelinya, pun selamat dari wabah corona. 

Selamat berjuang para penjual takjil. InsaAllah Ramadan yang penuh hikmah dan berkah, akan terus memayungi berkah dan keselamatan untuk kalian dan musibah corona segera usai. Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB