x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Minggu, 7 Juni 2020 05:53 WIB

Saat Liputan DAAI TV Terkuak 5 Keanehan TBM Lentera Pustaka Giatkan Membaca di Masa Covid1-19

Saat sekolah "ditutup" dan anak-anak "dirumahkan", Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak justru membuka aktivitas membaca bagi anak-anak sekolah. Kini terkuak 5 keanehan yang ada di taman bacaan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah wabah virus corona seperti sekarang. Ada saja keanehan yang terjadi di masyarakat. Nah, salah satu keanehan itu terjadi di taman bacaan. Ketika sekolah-sekolah “ditutup” justru sebuah taman bacaan di Kaki Gunung Salak Bogor tetap buka. Dan kini menjadi pilihan anak-anak usia sekolah untuk belajar sekaligus membaca.

Berangkat dari keanehan itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka dihubungi melalui WhatsApp oleh DAAI TV untuk meliput aktivitas membaca di masa pandemic Covid-19. Maka pada Jumat, 5 Juni 2020 crew DAAI TV Medi (reporter) dan kamaramen menyambangi TBM Lentera Pustaka di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor.

 

Seperti jam baca biasanya, seluruh anak-anak TBM Lentera Pustaka memang sudah jadwalnya membaca di hari Jumat, selain Minggu dan Rabu. Lazimnya di taman bacaan, sekitar 50 anak pembaca aktif datang ke TBM Lentera Pustaka pukul 09.30 WIB dengan memakai masker sambil mengucap salam. Lalu antre menggunakan hand sanitizer lalu mengambil buku bacaan di boks buku. Dan mencari posisi duduk untuk membaca buku dengan memperhatikan “jaga jarak”. Saat si anak membaca, petugas TBM Lentera Pustaka pun membagikan face shield yang kebetulan baru diterima dari donatur seminggu sebelumnya. Patut diketahui, kegiatan membaca di TBM Lentera Pustaka, setiap anak harus membaca secara bersuara alias membaca nyaring.  

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah membaca, Syarifudin Yunus selaku Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka memulai event bulanan. Karena memang di TBM Lentera Pustaka selalu ada event bulanan dengan menghadirkan “tamu dari luar” yang kali ini adalah tim LOMA Society yang mengajarkan cara mencuci tangan dan menyerahkan donasi alat cuci tangan, buku bacaan, dan APD untuk puskesmas. Aktivitas pun dimulai dan dipandu Pendiri TBM Lentera Pustaka. Mulai dari salam literasi, doa literasi, dan senam literasi yang menjadi kultur wajin di TBM Lentera Pustaka. Setelah itu penyerahan donasi dari LOMA Society dan penyuluhan cara mencuci tangan yang benar oleh dr Emira Opengat. Lalu, laboratorium baca yang kali ini membahas pendidikan akhlak dari buku “Pulau Harapan Pulau Kami” tentang pentingnya akhlak menjaga kebersihan lingkungan dan anak-anak TBM lentera Pustaka pun kembali membaca di berbagai tempat sekitar TBM. Semua aktivitas itu, diliput oleh DAAI TV. Tentang “tips membaca di masa pandemi Covid-19”.

 

Sementara aktivitas membaca anak-anak sedang berlangsung, lalu tim DAAI TV mewawancarai Syarifudin Yunus selalu Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka dengan 5 pertanyaan penting dari 8 pertanyaan yang diajukan. Dan di situlah terkuak keanehan-keanehan TBM Lentera Pustaka dalam meningkatkan minat baca anak dan budaya literasi masyarakat yaitu sebagai berikut:

 

  1. Kenapa TBM Lentera Pustaka tetap buka di masa pandemi Covid-19?

Nah ini penting diketahui. Bahwa saat ini sekolah-sekolah “ditutup” akibat wabah virus corona dan kegiatan belajar mengajar diubah menjadi pembelajaran jarak jaun (PJJ). Namun faktanya, di kampung-kampung seperti di Desa Sukaluyu initidak bisa diterapkan aktivitas belajar jarak jauh. Karena infrastruktur tidak tersedia. Anak-anak tidak punya ponsel atau laptop, serta jaringan internet pun tidak ada. Maka praktis anak-anak itu tidak ada aktivitas yang berhubungan dengan sekolah. Maka TBM Lentera Pustaka mengambil peran untuk menyediakan sarana belajar dan membaca di masa pandemi Covid-19 ini. Belajar jarak jauh itu hanya bisa dilakukan anak-anak kota yang fasilitasnya tersedia. Tapi anak-anak di kampung pasti kesulitan untuk belajar jarak jauh. Maka daripada bermain atau nongkrong, maka TBM Lentera Pustaka jadi alternatif pilihan kegiatan anak-anak selama di rumah dan di masa pandemic Covid-19. Harusnya pemerintah perlu memperkuat kebedaraan taman bacaan saat situasi darurat seperti musibah virus corona ini.

 

  1. Apa perbedaan kegiatan membaca di TBM Lentera Pustaka sebelum pandemi dan sesudah terjadinya pandemi Covid-19?

Ya tentu berbeda. Karena sebelum Covid-19 semua kegiatan membaca normal-normal saja. Apalagi di TBM Lentera Pustaka, normalnya anak-anak membaca dengan berkerumun dan bersuara nyaring. Maka di masa pandemic Covid-19 ini, aktivitas membaca harus mengikuti protokol kesehatan. Anak-anak disedikan dan wajib pakai masker, sebelum dan sesudah membaca harus pakai hand sanitizer, dan kini tersedia face shield per anak. Saat membaca di TBM pun harus menjaga jarak antara anak yang satu dengan yang lainnya.  Nah hebatnya, 95% maskerm hand sanitizer, face shield tersebut merupakan donasi para sahabat dan donatur TBM Lentera Pustaka. Saya bersyukur TBM Lentera Pustaka dikelilingi oleh orang-orang baik yang peduli kepada taman bacaan. Karena jarang-jarang orang peduli pada taman bacaan, apalagi yang di kampung begini. Butuh waktu dan biaya untuk menjangkau ke sini.

 

  1. Apa saja program yang dijalankan selama masa pandemi Covid-19?

Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Saya yakin itu. Maka wabah Covid-19 ini pun memberi hikmah besar, termasuk untuk TBM Lentera Pustaka. Justru saat Covid-19 ini, anak-anak antusias untuk membaca di taman bacaan. Saat puasa lalu, TBM Lentera Pustaka bikin program “NGABUBU-READ” membaca di taman bacaan jelang berbuka sambil disediakan takjil seminggu sekali, termasuk berbagi mie instan dan paket sembako kepada 48 keluarga tidak mampu yang anaknya membaca di TBM Lentera Pustaka.

Dan akibat Covid-19 pula, TBM Lentera Pustaka berkreasi untuk melakukan 3 pembelajaran di taman bacaan, yaitu 1) Pembelajaran Lingkungan akan pentingnya lingkungan yang bersih dan cara hidup sehat, 2) Pembelajaran Karakter akan pentingnya memperbaiki karakter dan menyikapi kesulitan di tengah wabah penyakit, dan 3) Pembelajaran Sosial akan pentingnya menjaga harmoni sosial dan sikap toleransi dalam berbagai keadaan. Semua program itu dijalankan dengan model “TBM Edutainment” model taman bacaan yang dikembangkan TBM Lentera Pustaka, yaitu memadukan konsep edukasi dan hiburan. Agar anak-anak senang berada di taman bacaan.

 

  1. Apa tujuan besar dari aktivitas membaca di TBM Lentera Pustaka?

Nah ini penting. Karena TBM Lentera Pustaka sejak didirikan 3 tahun lalu bukan hanya untuk menjadi tempat baca anak-anak. Tapi tujuan besarnya adalah menekan angka putus sekolah anak. Karena di Desa Sukaluyu ini, 81% tingkat pendidikan masyarakatnya sebatas SD dan 9% SMP. Maka cara agar tidak ada anak putus sekolah harus diubah mind set atau cara pandangnya melalui buku bacaan, sekaligus melakukan “perlawanan positif” kepada orang tua. Saya tidak pakai uang untuk menyuruh anak-anak kampung sekolah. Tapi saya memilih mengubah mind set melalui buku-buku bacaan. Dan alhamdulillah hingga kini, tidak ada anak TBM Lentera Pustaka yang putus sekolah.

 

  1. Apa harapan TBM Lentera Pustaka?

Harapan saya sebagai pendiri dan kepala program TBM Lentera Pustaka sederhana. Agar pemerintah memberi perhatian yang lebih besar atas keberadaan dan eksistensi taman bacaan. Pendidikan itu bukan hanya formal saja di sekolah. Tapi ada pendidikan masyarakat yang sifatnya informal dan nonformal seperti taman bacaan. Maka pemerintah harus peduli, siapapun harus peduli kepada taman bacaan. Caranya pedulinya seperti apa terserah saja. Wabah Covid-19 ini jadi bukti bahwa pendidikan formal tidak siap dalam keadaan darurat. Maka Ketika anak-anak “dirumahkan” maka taman bacaan sebagai bagian pendidikan masyarakt harus diberdayakan. Taman bacaan mampu menjadi “tempat alternative” anak-anak saat di luar sekolah. Pikiran ini harus ada di pemerintah dan aparatur manapun dan harus bertindak nyata untuk taman bacaan.

 

Itulah 5 keanehan yang ada di TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan yang mengemban misi untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi masyarakat. Maka ke depan, taman bacaan di manapun harus terus memperkuan peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian pendidikan masyarakat. Harus dikelola dengan profesional dan penuh komitmen, bukan hanya sambilan atau seadanya. Taman bacaan harus punya program yang jelas, kreatif dalam mengelola, dan menyenangkan untuk anak-anak yang membaca.

 

Agar kegiatan membaca di mata anak-anak. Sehingga taman bacaan menjadi tempat membaca yang menyenangkan, bergaul dengan rileks, dan belajar dengan ceria. Agar anak-anak tidak tergerus dengan gempuran era digital yang kian kebablasan… Salam literasi  #Tamanbacaan #BudayaLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB