Tiongkok, Wajah Baru Penjajah di Indonesia?
Rabu, 19 Agustus 2020 05:59 WIBPengaruh Tiongkok atau China telah hadir lama di Indonesia. Beberapa sektor di Indonesia sangat erat dengan Tiongkok, seperti budaya, pendidikan, bahasa, produk, dan kerjasama bilateral. Dari kerjasama ini, menghasilkan simbiosis mutualisme di berbagai bidang seperti pembangunan, ekonomi, hingga investasi.
Pengaruh Tiongkok atau China telah hadir lama di Indonesia. Beberapa sektor di Indonesia sangat erat dengan Tiongkok, seperti budaya, pendidikan, bahasa, produk, dan kerjasama bilateral. Dari kerjasama ini, menghasilkan simbiosis mutualisme di berbagai bidang seperti pembangunan, ekonomi, hingga investasi.
Lalu dengan adanya kedekatan Indonesia-Tiongkok tersebut, lantas apakah kita pernah berpikir, “Benarkah Tiongkok adalah wajah baru penjajah di Indonesia?”
Di tahun 1950, hubungan resmi Indonesia dan Tiongkok diakui dunia. Ini adalah tanda Presiden Indonesia Ir. Soekarno menunjukkan komitmen politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Puncak keakraban Indonesia-Tiongkok adalah revolusi Ir. Soekarno dengan Presiden Tiongkok Mao Zedong. Tonggak hubungan Indonesia-Tiongkok ini ditandai dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955, lalu perjanjian persahabatan dan kerja sama kebudayaan di tahun 1961, dan Ganefo di tahun 1963.
Namun hubungan Indonesia-Tiongkok harus berakhir semenjak rezim Orba (Orde Baru) berdiri gantikan Orde Lama. Pada Agustus 1990, ditandatangani sebuah nota kesepahaman pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia-Tiongkok.
Hubungan Indonesia-Tiongkok makin meluas pada kepemimpinan BJ Habibie. Hal ini berlanjut pada pemerintahan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang bekerjasama dalam berbagai sektor, salah satunya menukar LNG Indonesia dengan produk Tiongkok. Selain itu, Tiongkok memberikan bantuan 5 Miliar dollar AS dan fasilitas kredit 200 juta dollar AS untuk bahan makanan.
Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat, dirinya memperkuat kerja sama bidang industri, hingga ke industrialisasi dan pembangunan. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, nilai investasi Tiongkok ke Indonesia pada kuartal I tahun 2013 mencapai US$60,2 juta dari 99 Proyek yang dijalankan. Sedangkan nilai ekspor non-migas Indonesia ke Tiongkok pada semester I 2013 mencapai US$10,09 miliar.
Selain itu, semenjak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) diterapkan, jumlah perusahaan Tiongkok yang berinvestasi naik. Hingga akhir tahun 2010, terdapat lebih dari seribu perusahaan Tiongkok di Indonesia berinvestasi hingga 2,9 miliar dollar AS.
Kini, Tiongkok menjadi mitra perdagangan terbesar di Indonesia selama lebih kurang 9 tahun terakhir. Total nilai perdagangan kedua negara mencapai US$79,4 miliar pada tahun 2019, yang berarti naik 10 kali lipat sejak tahun 2000.
"Memang kita (Indonesia) punya hubungan yang lebih mesra dengan China sekarang, ini ‘tak lepas dari kesepakatan penguatan kemitraan kerja sama bilateral yang naik ke level comprehensive strategic pada 2013 lalu," tutur ahli politik internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah.
Walaupun kerja sama ekonomi Indonesia-Tiongkok berkembang signifikan, Wakil Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar, dalam sebuah jurnal menilai kedekatan Indonesia-Tiongkok masih dinilai rumit bagi pemerintah. Bahkan hubungan dua negara ini tak jarang menjadi bumerang bagi Presiden Jokowi karena sentimen politik dalam negeri terhadap Tiongkok.
Pemerintah mengatakan bahwa kedekatan Indonesia-Tiongkok tidak harus disalahartikan. "Indonesia dekat tidak hanya dengan China, tapi dengan berbagai negara di dunia. Indonesia berhubungan secara terhormat dengan negara manapun, tidak pernah inferior. Politik luar negeri Indonesia tetap di jalur bebas aktif dengan kemandirian untuk mengambil sikap," tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, dikutip dari CNNIndonesia.com
Setelah melihat kilas balik kerjasama antara Indonesia-Tiongkok di sektor bilateral, mampukah kita mencoba memberi ruang kepercayaan bagi pihak Tiongkok? Pun dengan pemerintah Indonesia yang telah sedemikian rupa merancang hukum dan mekanisme kerjasama yang dijalin dengan pihak luar negeri. Mau kah kita, memberikan ruang kepercayaan kepada dua negara ini? Lalu, jika sudah, pertanyakan kembali ke diri Anda, apakah benar Tiongkok merupakan wajah baru dari sebuah negara penjajah?
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Ekspor Mineral Mentah Indonesia Tak Lagi Boleh Dibiarkan
Rabu, 2 Maret 2022 17:50 WIBIndustri Nikel Morowali Bisa Dongkrak Pendapatan Fiskal Daerah Jika Lakukan Hal Ini
Jumat, 4 Februari 2022 07:55 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler