x

Iklan

Miftah Saadah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2020

Jumat, 18 Desember 2020 06:04 WIB

Peran Ayah yang Terlupakan

Peran Ayah dalam keluarganya memiliki dampak besar bagi kehidupan anak-anaknya kelak. Jika ingin melihat baiknya suatu kualitas keluarga, tentunya  yang dilihat pertama kali adalah pemimpin dari keluarga tersebut. Apabila seorang pemimpin mengaturnya dan membimbing keluarganya dengan baik, maka akan dihasilkannya generasi-generasi penerus bangsa yang baik pula.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sesungguhnya ayah adalah seorang laki-laki yang diamanahkan di dunia ini untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ayah. Dia merupakan seorang pemimpin serta pelindung  bagi semua anggota keluarganya. Ia menjadi penanggung jawab dalam segala urusan dan kebutuhan keluarganya, baik rohani maupun jasmani. Tentu saja juga dalam hal pendidikan anak juga pengasuhannya.

Karena dengan kewajiban seorang ayah yang begitu berat inilah maka didalam syari'at Islam  seorang laki-laki lebih tinggi kedudukannya dari seorang perempuan, yang disebutkan di dalam Al-Quran surah An-Nisaa' ayat 34 :

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

" Laki-laki(suami) itu pelindung bagi perempuan(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain(perempuan), dan karena mereka(laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya."

Ayah diibaratkan sebagai kapten atau nahkoda dalam sebuah  kapal pesiar. Jadi jika seorang kapten tidak menjalankan dan mengemudikan kapalnya dengan baik dikarenakan kelalaiannya atau sebab tertentu, maka akan menimbulkan bencana dan dampak buruk bagi penumpang kapal tersebut. Akibatnya semua penumpang dan dirinya juga ikut tenggelam dan hanyut dalam lautan.

Kapal di sini ibarat sebuah keluarga dan penumpang kapal adalah anggota keluarga. Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan dalam mengemudikan sebuah kapal dan pengetahuan akan perannya sebagai nahkoda sebelum menjalankan dan berlabuhnya kapal. Maka dia harus dibekali dengan suatu ilmu dasar dalam menjalankannya. Ilmu inilah yang kita harus pelajari terlebih dahulu sebelum berlanjut ketahapan pembentukan sebuah keluarga, yang biasa kita sebut dengan ilmu parenting.

Jika ingin melihat baiknya suatu kualitas keluarga, tentunya  yang dilihat pertama kali adalah pemimpin dari keluarga tersebut. Apabila seorang pemimpin mengaturnya dan membimbing keluarganya dengan baik, maka akan dihasilkannya generasi-generasi penerus bangsa yang baik pula. Parenting adalah ilmu yang mempelajari tentang mengasuh, mendidik dan membimbing anak dengan benar dan tepat. Dan juga merupakan proses pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari kelahirannya hingga mencapai kedewasaan personal.

Jadi parenting dimulai sejak anak baru dilahirkan, dan selesai pada saat anak sudah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai pribadi yang dewasa. Dewasa dalam fungsi parenting adalah dewasa secara mental atau psikologis. Biasanya ilmu parenting hanya diketahui oleh para ibu, namun ilmu ini juga penting diketahui bagi para ayah. Dan lebih baiknya diketahui oleh kedua belah pihak dari orangtua.

Father Hunger atau Fatherless di Indonesia

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan fatherless atau father hunger dalam pengasuhan anak, yaitu tidak adanya peran ayah karena hanya hadir secara fisik, tetapi tidak terlibat dalam urusan perkembangan anak (Pakar Pengasuhan Keayahan, Irwan Rinaldi).

Peran ayah sangat berdampak luar biasa dalam pengasuhan anak. Saat pengasuhan anak berada pada usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun, kehadiran sosok ayah di tahap perkembangan ini sangatlah dibutuhkan. Irwan Rinaldi mengungkapkan jika anak tidak mendapatkan peran ayah di usia tersebut, maka akan terjadi ketimpangan antara pertumbuhan dan perkembangan anak karena orangtua hanya fokus pada masalah pertumbuhan anak. Hal itu bisa berdampak pada mundurnya usia perkembangan anak dibandingkan pertumbuhan karena kurangnya stimulan dari kedua orangtua.

Adapun ciri-ciri dari father hunger atau fatherless yaitu ketika usia biologis anak, khususnya anak laki-laki lebih maju dibandingkan usia psikologisnya. Hal ini seringkali menjadi penyebab utama terjadinya perceraian di masa depan anak, dimana 80% istri meminta bercerai karena suaminya lebih mengalami kemajuan di usia biologis dibandingkan kematangan psikologisnya.

"Father hunger juga mengakibatkan anak mudah mengalami depresi, menjadi antisosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus seks bebas, narkoba, dan LGBT,” kata Irwan. Menurut Irwan, hal tersebut umumnya terjadi karena anak kehilangan sosok ayah, adanya kekosongan peran ayah dalam pengasuhan, terutama saat anak berada dalam periode emas, di usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun. “Biarpun anak memiliki ayah, namun mereka tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayah. Father hunger ini dapat menjadi penjara baru bagi anak di rumah. Di sinilah pentingnya memperkuat peran seorang ayah, yaitu loving, coaching, dan modelling,” tutur Irwan.

Untuk mengurangi fatherless atau father hunger di Negara tercinta ini, saya ingin mengingatkan kembali kepada seluruh ayah Indonesia apa saja peran seorang ayah dalam keluarga. Dan ternyata dampak dari berperannya seorang ayah sangatlah besar bagi anak-anak mereka kelak. Dan disini saya akan membahas apa saja peran seorang ayah  dalam keluarga menurut islam, menurut psikologi, peran ayah dalam penanaman nilai-nilai spiritual, dalam pendidikan dan pengasuhan anak, dalam kehidupan seorang anak baik laki-laki maupun perempuan, yang jarang diketahui oleh para ayah di negara kita ini.

Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Islam

  • Menjadi Pemimpin dalam Keluarga

Peran ayah dalam keluarga yang pertama adalah menjadi pemimpin keluarga. Setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dan Allah menciptakan manusia untuk menjadi Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'aala :  “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Al-An’am:165).

Manusia dianugerahkan oleh Allah kedudukan untuk mengatur, memimpin dan memiliki kekuasaan di muka bumi. Meski begitu, menjadi pemimpin tentu tidak mudah. Karena setiap pemimpin itu akan diminta pertanggungjawabannya.

Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,

Dan isteri pemimpin terhadap keluarga, rumah suaminya, dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya,”. Kedua keterangan tersebut menegaskan betapa pentingnya sosok seorang ayah sebagai pemimpin keluarga. Tugas dan tanggung jawabnya begitu besar, karena tidak hanya menyangkut kehidupan di dunia tapi juga di akhirat kelak.

Ayah berperan sebagai pemimpin agar keluarganya selalu melakukan kebaikan yang mendatangkan pahala. Allah berfirman: “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya,” (Al-Zalzalah: 7-8).

  • Menjadi Ayah dan Suami yang Berlaku Adil

Selain bertanggung jawab dalam memimpin anggota keluarga, dalam praktiknya sang Ayah diharapkan bisa berlaku adil. Dalam setiap keputusan, hendaknya  ayah bisa bersikap objektif. Saat terdapat konflik dalam keluarga, keputusan ayah merupakan penengah dan sangat dibutuhkan, karena anak serta istri memilki haknya masing-masing.

  • Pencari Nafkah Keluarga

Peran ayah dalam keluarga selain sebagai pemimpin adalah sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Sebagaimana Allah Berfirman: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.

Sebab itu maka perempuan yang shalehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar,” (An-Nisa: 34).

Nafkah yang dicari oleh seorang ayah ini juga haruslah nafkah yang halal, karena Allah sudah menentukan rezeki bagi setiap orang. Allah berfirman: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya,” (An-Nahl: 114).

  • Mencarikan Pendamping yang Baik untuk Anaknya

Peran ayah dalam keluarga yang selanjutnya adalah mencarikan pendamping yang baik untuk anaknya. Urusan pendamping atau jodoh ini memang sudah diatur oleh Allah SWT. Namun, apabila seorang ayah memiliki anak perempuan yang sudah mampu untuk menikah, maka ayah bisa mencarikan pendamping untuk anaknya.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa memelihara tiga orang anak perempuan, lalu ia mendidik dan menikahkan mereka, serta berbuat baik kepada mereka, maka dia akan mendapatkan surga,

Selain memimpikan surga, mencarikan pendamping yang baik untuk anaknya adalah peran ayah yang ditunjukkan agar anak-anaknya memiliki keluarga yang lebih baik dari dirinya. Tentunya setiap orang tua berharap anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dalam segala hal.

  • Peran Ayah sebagai Pendidik

Peran ayah dalam keluarga yang selanjutnya adalah menjadi pendidik keluarga. Dalam surat Luqman ayat 13-19, menyiratkan bahwa seorang ayah memiliki peran sebagai pemimpin sekaligus pendidik bagi anaknya. Dia tidak dapat melepaskan masalah pendidikan anak-anaknya hanya kepada ibu dan sekolahnya. Anak memerlukan ayah dalam perkembangannya, yang tidak dapat digantikan.

Nabi Muhammad SAW: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca AlQur’an, karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lingkungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain dari pada perlindungan-Nya; mereka beserta para Nabi-Nya dan orang-orang suci,” (At Thabrani).

Menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik atau educator dalam keluarga, ayah adalah guru bagi anak-anaknya, baik di dalam maupun di luar rumah. Cakupan pendidikan yang bisa diberikan pada anaknya begitu luas. Bukan hanya pendidik akademik saja, tetapi juga sosial dan nilai-nilai agama. Rasulullah telah membuatkan metode yang jelas dalam mencegah kesalahan-kesalahan pada anak serta meluruskan ketimpangan perilakunya.

Orang tua yang berperan sebagai pendidik semestinya menempuh metode yang diberikan Rasulullah dan memilih metode yang paling patut dipakai dalam mendidik dan mengasuh anak ,sehingga para orangtua sampai pada apa yang mereka cita-citakan yaitu mendapatkan anak yang disiplin, beriman dan bertakwa.

Di antara metode Rasulullah dalam mencegah atau mengatasi kesalahan ialah pengarahan langsung. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Salamah, ia berkata, “Aku pernah di bawah asuhan Rasul, dan waktu itu tanganku menggamak ke sana-sini di dalam baskom besar, maka Rasul berkata kepadaku,”Wahau anakku, bacalah bismillah kemudian makanlah dengan tangan kananmu, dan makan makanlah yang dekat denganmu,”.

Karena ayah juga memiliki peran dalam mendidik keluarga, hal yang sama juga dicontohkan oleh para sahabat nabi. Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H) Rahimahullah misalnya, senantiasa memantau pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) ditengah kesibukannya sebagai hakim. Diriwayatkan oleh al-‘Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.

Contoh lain bisa didapati dari riwayat pakar pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256H) Rahimahullah. Disebutkan, Hakim Isa bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lainnya.

Demikian pula dengan Asad bin al-Furat, panglima perang yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya. Nama lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi (496H) dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi (539H) Rahimahumullah.

Peran Ayah yang lainnya :

  • Peran Ayah sebagai Pelindung Keluarga dari ancaman bahaya di lingkungan internal maupun eksternal. Harus selalu siaga setiap saat dalam situasi atau kondisi apapun. Terlebih saat keluarga tersayang membutuhkan bantuan. Tak peduli apakah Ia sedang sibuk dengan urusannya. Ayah harus rela mengorbankan waktunya untuk membantu keluarganya.
  • Memenuhi segala kebutuhan keluarga, mulai dari kebutuhan pangan, papan, dan sandang.
  • Pemberi Perhatian, baik dalam bentuk materi, pendidikan, agama, kesehatan, serta emosional.dan juga Kasih Sayang kepada Keluarganya.
  • Merupakan Guru pertama dan Pendidik bagi Anak-anaknya juga berperan dalam memberikan pengajaran tentang arti kedisiplinan.
  • Walaupun sibuk dengan pekerjaannya, Ayah juga harus mampu menyempatkan diri memiliki Quality Time bersama keluarganya.
  • Ayah juga bisa menjadi teman curhat yang paling nyaman dan aman baik untuk istri ataupun anak – anaknya.
  • Sebagai Penghibur Keluarga. Ayah juga cenderung memiliki sifat penghibur. Sifat ini sangat dibutuhkan untuk menghibur keadaan keluarga yang sedang bersedih. Apabila sang istri sedang tidak dalam keadaan baik dikarenakan anak yang tidak mau nurut, sang ayah dibutuhkan untuk menenangkan hati sang istri dengan cara menghiburnya.Tak hanya itu, peran ayah sebagai penghibur juga dibutuhkan saat keadaan psikologi sang anak sedang turun drastis. entah dikarenakan ia sedang mengalami penurunan nilai, berantem dengan teman, atau masalah pribadi lainnya. Ayah cenderung mampu memposisikan diri sebagai teman kepada sang anak agar anak mau membuka diri dan menceritakan semua permasalahnya.

Dengan mengetahui peran-peran dalam keluarga yang harus diaplikasikan oleh sang ayah tersebut, semoga Indonesia bisa menjadi Negara yang perhatian akan pentingnya kehadiran dan kerjasamanya para ayah dalam meningkatkan keharmonisan dalam keluarga. Sehingga dapat menciptakan generasi-generasi unggul untuk kemajuan peradaban bangsa kedepannya. Karena jika kualitas keluarga baik, maka negara pun baik.

Sumber :

Peran Ayah Tingatkan Kualitas Pengasuhan Anak (mediaindonesia.com)

15 Peran Ayah Dalam Keluarga Menurut Psikologi - DosenPsikologi.com 

3+ Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Islam, Penting dan Tak Tergantikan! (orami.co.id)

Peran Ayah Dalam Keluarga (dalamislam.com)

Ikuti tulisan menarik Miftah Saadah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu